Opini

Opini: Calon bukan Balon

Di sudut-sudut kota, foto dan baliho nyaris memiliki pola yang sama. Semua foto ditampilkan dengan tangan mengepal.

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/FB LASARUS JEHAMAT
Lasarus Jehamat. 

Seperti dianjurkan Abensour, dkk, politik mengandaikan adanya gerak laju demokrasi radikal. Di sana, elite perlu mencari ide, gagasan, dan cara menyelesaikan masalah dari rakyat. 

Elite bukanlah elemen yang tahu segala-galanya. Termasuk di dalamnya ialah bertanya ke masyarakat tentang mekanisme kontrol yang tepat jika suatu saat, elite kekuasaan mendapatkan kekuasaan. Itulah yang disebut demokrasi radikal. Rakyat yang menentukan segalanya.

Untuk konteks NTT, sejauh ini para bakal calon pemimpin (calon gubernur dan wakil, bupati dan wakil bupati, serta para calon walikota dan wakil walikota) belum menjelaskan programnya secara komprehensif. 

Betul ini bagian dari taktik politik. Tetapi, dalam beberapa konteks, mestinya para bakal calon pemimpin menjelaskan ke publik program kerjanya nanti. 

Gugatannya ialah apakah para bakal calon tersebut telah serius menggali dan melibatkan masyarakat dalam mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi dan dengan demikian merancang model penyelesaian bersama nanti? 

Untuk kasus pemilihan gubernur dan wakil gubernur NTT misalnya, ketiga paket yang ada saat ini hemat saya hanya bernarasi menurut latar program yang digeluti selama ini. 

Paket Melki-Johni fokus ke bidang kesehatan, Ansy-Jane hanya berkutat dengan pertanian dan perikanan, dan Simon P Kamlasi-Ande Garu ke air bersih. Saya belum mendengar tiga paket ini mengangkat program lain. 

Isu kemiskian, perdagangan manusia, lingkungan, pendidikan, penyediaan lapangan kerja, dan lain-lain jauh dari diskursus. Seperti para paket calon gubernur, paket bupati dan wakil bupati atau walikota juga sama. 

Saya kira ini belum terlambat. McKeown dan Abensour, dkk sudah memberikan kunci. Pertama, elite harus berpikir bahwa mereka merupakan agen moral. Artinya, mereka bukan hanya entitas politik. 

Karena entitas moral, para paket tentu harus berpikir tentang cara mensejahterakan rakyat sebagai puncak tertinggi dari urusan moral politik. 

Kedua, demokrasi radikal mengandaikan rakyat mengontrol cara bernegara yang benar. Jadi, saat kampanye, minta kesediaan rakyat untuk memetakan aset, masalah, dan rencana  yang dapat dilakukan paket jika terpilih nanti (tentu disinkronkan dengan program yang sudah disusun dalam visi dan misi). 

Termasuk di dalamnya ialah mekanisme kontrol dan evaluasi. Jika itu tidak dilakukan, paket sesungguhnya balon dan bukan calon. Ingat itu. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved