Opini
Opini: Mencari Mosalaki Kampung NTT
Mungkin karena daya tarik politik sebagai yang fascinosum et tremendum (menyenangkan dan menggentarkan).
Namun, saya tetap yakin bahwa semua warga kampung besar NTT tidak ingin biduk NTT dikayuh oleh orang-orang yang berpolitik kampungan, yang berpolitik tanpa etika, tanpa budaya, dan tanpa religiositas.
Karena itulah, mesti ada sosok ideal yang ditetapkan guna membantu kita menjaring dan menyaring para calon pemimpin NTT saat ini.
Pertama, hampir 80 persen masyarakat NTT miskin. Problem ini sepertinya turun-temurun dari rezim ke rezim.
Maka siapa yang menjadi pemimpin NTT adalah orang yang benar-benar mempunyai komitmen pribadi dan mempunyai program nyata untuk mengatasi masalah kemiskinan.
Kedua, korupsi juga menjadi masalah yang parah di NTT. Maka orang yang sungguh-sungguh mempunyai komitmen pribadi untuk menegakkan hukum dan memberantas korupsi adalah figur yang diharapkan memimpin NTT.
Ketiga, secara de facto, NTT merupakan wilayah kepulauan, sehingga secara geografis terpecah oleh wilayah dan kesukuan. Polarisasi amat menonjol.
Pemimpin yang dicari adalah dia yang mampu menjadi pemersatu perbedaan-perbedaan yang ada, yang merangkul semua dan mencegah isu SARA.
Sosok ideal pemimpin NTT ke depan adalah dia yang berpolitik kampung dan tidak berpolitik kampungan. Itu harapan kita.
Tugas kita rakyat kampung besar NTT adalah menjadi pemilih yang berfilosofi kampung, bukan pemilih kampungan apalagi kekampung-kampungan. Mari temukan mosalaki NTT yang berpolitik kampung. (*)
Opini: Setitik Optimisme Dari Kota Karang di Tengah Kemuraman Nasional |
![]() |
---|
Opini: Sungguhkah Paus Leo XIV Yang Dinantikan? |
![]() |
---|
Opini: Memoar Pater Wolters, Sang Poliglot yang Membangun Jembatan Peradaban |
![]() |
---|
Opini: Dua Dekade Sertifikasi Guru dan Krisis Pembelajaran |
![]() |
---|
Opini: Aktualisasi Nilai Melalui Gerakan Pramuka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.