Opini

Opini: Idul Kurban dan Transformasi Moderasi Beragama

Sedangkan ibadah haji bagi kaum muslim yang berkemampuan secara finansial, ilmu pengetahuan maupun fisik.

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO
Ilustrasi hewan kurban. 

Misalnya, tambahan biaya Pendidikan anak yatim piatu, renovasi dan pembangunan sarana prasarana pendidikan dan sarana lainnya yang justru lebih efektif meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Untuk itu, distribusi hewan kurban semestinya perlu mengedepankan berbagai aspek horizontal sebagai sebuah indikator mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin.

Distribusi hewan kurban lintas agama adalah sebuah transformasi moderasi beragama yang perlu kita kedepankan untuk mempertahankan nilai-nilai humanis dalam interaksi dan komunikasi antar sesama sebagaimana pesan agama.

Menurut Drs. Salahudin Al Ayubi, salah satu unsur ketua MUI Pusat, ada tiga kriteria golongan yang berhak menerima distribusi hewan kurban. Adalah; pertama, fakir miskin yang sangat membutuhkan.

Kedua, tetangga dekat. Dan ketiga, orang yang berkurban. Khusus tetangga, tidak ada dalil yang menjelaskan adanya kekhususan etnis, suku bahkan agama.

Hal ini senada dengan pendapat Ustazd Abdul Somad, Lc. Salah satu Dai kondang saat ini dengan mengutip kitab mazhab Imam Syafi’I. Ia mengatakan ada satu jenis hewan kurban yang status hukumnya sunnah itu diperbolehkan untuk berikan semua golongan tampa memandang agama.

Kementerian Agama merupakan leading sektor dari pada konsep moderasi beragama perlu menjadi pionir distribusi hewan kurban lintas agama.

Bersama tenaga handal penyuluh dan penghulu agama yang telah ditugaskan ke lini masyarakat yang paling bawah melakukan sosialisasi kepada seluru lapisan masyarakat terutama kalangan keluarga, oramas, takmir masjid dan elemen lainnya.

Hal ini sesuai gagasan yang dikemukakan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Reginaldus Saverinus Sely Serang.

Pada beberapa kali momen membuka kegiatan penguatan moderasi beragama, ia menegaskan bahwa posisi saat ini konsep moderasi beragama tidak lagi berada pada tahapan teori dengan slogan merubah cara pikir dan cara pandang.

Akan tetapi lebih urgen dari pada itu adalah bagaimana perilaku individu-individu umat beragama lebih intens membangun keakraban, persahabatan, pertemanan dan kekeluargaan lewat berbagai aksi sosial maupun agama.

Untuk mewujudkan gagasan yang brilian ini, barang kali satu variabel pendukungnya adalah inovasi tradisi distribusi hewan kurban lebih meluas lintas agama. Semoga. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved