Opini
Opini: Persusuan
Begitulah lika liku laki-laki, harus siap menanggung luka-luka kalau berani bicara tetek bengek di hadapan perempuan-perempuan kelas berat.
Seperti demokrasi dalam cengkeraman oligarki, pemberian susu kemasan kemudian menjadi seolah-olah sesuatu yang diharamkan. Sementara mendapatkan susu asli pun bukan perkara mudah. Gone with the wind.
Tapi keterpurukan kualitas SDM harus segera diatasi. Dan itu tak cukup hanya dengan omon-omon. Ia harus diwujudkan dalam program nyata. Prabowo-Gibran tampaknya menyadari betul arti status gizi bagi peningkatan kualitas anak-anak untuk mewujudkan SDM yang berkualitas menuju Indonesia emas.
Barangkali karena concern itulah “makan siang gratis” dan “minum susu gratis” menjadi program nyata Prabowo-Gibran. Dan pasti diwujudkan.
***
SORE ini saya duduk di pantai Tedis Kupang memandang sinar putih kuning senja yang jatuh di permukaan laut. Anak-anak bermain di buih ombak.
Para suami SIAGA membawa istri-istri mereka yang hamil menikmati jagung bakar dengan mentega yang berlepotan di mana-mana. Konon semakin dioles semakin nikmat.
Saya membayangkan tiba-tiba Prabowo muncul dengan gayanya yang gemoy. Pasti ibu-ibu hamil ini serentak menyerbu dengan gaya yang nyeleneh. “Mr Presiden mana susunya?”
Mungkin ada sesuatu yang sentimentil di sini. Tapi ia mudah dipahami maknanya tanpa mempersoalkan apa kemasan yang membungkusnya.
Kita menyadari status gizi lebih ditentukan oleh makanan, bukan susu. Meski hanya sebagai supplement food, mendapatkan susu jauh lebih sulit dari mendapatkan makanan. Maka kalau memilih antara makan gratis dan minum susu gratis mungkin banyak yang akan memilih susu.
Memberi susu bagi anak-anak, balita dan ibu hamil satu negara bukan perkara mudah. Itu sebuah pekerjaan rumah yang besar sekali, yang mungkin tak selesai dalam satu periode kepresidenan.
Lagi pula kita tahu betapa rapuhnya sebuah janji kampanye. Tapi bisakah kita mengecamnya?
Perkataan ini tak indah, bahkan terdengar putus asa, tetapi haruskah susu tak datang meski hanya sekali saja dalam mimpi anak-anak kita?
Atau haruskah para suami SIAGA membisikkan kata-kata penghiburan ke telinga istri-istri mereka yang hamil dan mengharapkan segelas susu di pagi hari, bahwa susu itu hanya minuman para penjajah dan kaum borju di jaman kolonialisme?
Memberi janji tidak jelek, memang. Tapi ketidakpastian dan keserakahannya bisa mengerikan. Kita bangga Prabowo dan Gibran punya kepedulian untuk memberi susu gratis kepada anak-anak dan para ibu yang akan melahirkan generasi emas Indonesia.
Dan kita percaya, mereka tidak hanya omon-omon. Karena passion itulah taruhan legitimasi politiknya.
JB Kleden
minum susu
persusuan
Opini Pos Kupang
Empat Sehat Lima Sempurna
Prabowo Subianto
makan siang gratis
Opini: Green Chemistry, Solusi Praktis Melawan Krisis Lingkungan di NTT |
![]() |
---|
Opini - Drama Penonaktifan Anggota DPR: Siapa yang Sebenarnya Berkuasa, Rakyat atau Partai? |
![]() |
---|
Opini: Anomali Tunjangan Pajak DPR RI, Sebuah Refleksi Keadilan Fiskal |
![]() |
---|
Opini: Paracetamol Publik Menyembuhkan Demam Bukan Penyakit |
![]() |
---|
Opini: Pendidikan Generasi Muda Indonesia Berciri Kalos Kagathos Menurut Konsep Paidea Plato |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.