Opini

Opini: Persusuan

Begitulah lika liku laki-laki, harus siap menanggung luka-luka kalau berani bicara tetek bengek di hadapan perempuan-perempuan kelas berat.

Editor: Dion DB Putra
purestock
Ilustrasi. 

***

TERNYATA dalam segelas susu terkandung beragam nutrisi yang amat bermanfaat untuk pertumbuhan anak. Itu baru saya ketahui di bangku kelas 3 SD di tahun 1974 saat diajari menu makanan 4 sehat 5 sempurna.

Kami menghafal luar kepala. 4 sehat itu nasi, ikan/putih telur, sayur, dan buah-buahan. 5 sempurna itu segelas susu.

Susu ditempatkan pada nomor buntut, bukan tidak penting tetapi justru menjadi sangat penting karena seolah-olah susu menyempurnakan menu makanan 4 sehat. Guru kami di SDK Waibalun I kala itu punya cara jitu melakukan propaganda agar kami bisa minum susu.

Katanya, susu adalah minuman orang pintar. Barangsiapa ingin pintar, harus minum susu.

Masalah mencret tidak perlu dibesar-besarkan. Usus akan segera beradaptasi dengan minuman yang serba sempurna itu. Maka wajiblah kami minum susu setiap pagi sebelum ke sekolah.

Sebagai bukti, sisa susu yang menempel di bibir atas seperti kumis (milk moustache), kami jaga sedemikian rupa sampai di sekolah, untuk menunjukkan bahwa kami sudah minum susu.

Begitu pentingnya susu, untuk meningkatkan pertumbuhan fisik dan kualitas otak, di tahun 1990-an digalakkan Program Susu Sekolah.

Indonesia bahkan mendapatkan pemberian susu gratis dari AS melalui United State Department of Agriculture. Kelebihan susu di AS memberi berkah bagi anak-anak Indonesia.

Gencarnya Program Susu Sekolah bahkan mendorong industri susu mengolah susu bubuk menjadi susu cair dengan kemasan tetrapak yang higienis dan menawan, membuatnya menjadi minuman yang prestigious di mata anak-anak.

De gustibus non est disputandum. Tidak ada yang patut diperdebatkan menyangkut selera. Aku suka susunya hingga tetes terakhir

***

MESKI dapat merasakan sendiri manfaatnya, susu bisa jadi sumber gara-gara. Ketika diproyekkan, susu menjadi sesuatu yang menggiurkan dan membangkitkan perasaan sama-sama berhak memilikinya. Maka intrik, kasak kusuk dan bisik-bisik dihembuskan.

Naturalia non sunt turpia, segala hal yang alami tidak memalukan. Susu dalam kemasan bukan barang asli. Indonesia bukan negara produsen susu. Maka program susu gratis hanya menguntungkan industri susu dan pemimpin proyeknya.

Semangat egaliter memang baik tapi selalu ribut soal pembagian. Mereka yang mengeritik Program Susu Sekolah menguntungkan industri susu, bukan hendak meniadakannya tetapi mengonsolidasikan diri secara selektif untuk memanfaatkan dan mengambil keuntungan. Susu menjadi harta, menguasai harta demi kekuasaan.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved