Opini

Empati dan Toleransi Beragama Ala Soedjatmoko

Nurani bangsa yang tertuang dalam Pancasila mesti menjadi pedoman bersama, entah dalam bertindak maupun dalam berpikir sebagai bangsa.

|
Editor: Dion DB Putra
unsplash
Ilustrasi. 

Dialog ini akan membentuk sebuah kesadaran bersama akan pentingnya hidup rukun dan damai di tengah keberagaman agama. Dengan demikian, setiap orang menyadari bahwa “yang lain” merupakan individu otonom yang khas dengan perbedaan apapun yang mereka anut.

Untuk sampai pada tahap dialog kehidupan, pemikiran Soedjatmoko, politisi cum intelektual Indonesia, menjadi penting untuk dikaji perihal empati dan toleransi. Soedjatmoko menganjurkan agar setiap orang mesti memiliki sebuah proyeksi imajinatif yang memungkinkan seseorang untuk masuk ke dalam kehidupan orang lain.

Dengan itu, setiap manusia Indonesia memiliki kesadaran bersama demi terciptanya kehidupan yang harmonis. Soedjatmoko menegaskan, “The projection of our own imagination into the experience of others breeds an awareness of the commonaiity of human experience and aspirations” (Soedjatmoko: 1986, hlm. 2). Dengan proyeksi imajinatif itu, seseorang mencemplungkan dirinya dalam empati dan toleransi bagi orang lain.

Menurut Soedjatmoko, empati adalah elan atau kekuatan vital yang mesti dimiliki oleh setiap orang untuk memahami dan mengakui perbedaan orang lain.

Dengan lain perkataan, empati adalah daya hidup yang memampukan perjumpaan “muka dengan muka”. Tanpa kualitas empati, lanjut Soedjatmoko, tidak ada tali perekat bersama untuk yang mengikat tali persaudaraan dan silahtirahmi. Sebab, empati adalah “bahan baku pembangunan bangsa” (Bdk. ibid).

Dengan kekuatan empati yang dianjurkan Soedjatmoko, seseorang sampai pada tahap kecakapan menjangkau orang lain. Konsekuensi etisnya, empati memampukan setiap orang untuk terlibat dalam hidup orang lain di dalamnya seseorang mampu menangkap ‘makna’ dari setiap perjumpaan.

Sementara toleransi, dalam pandangan Soedjatmoko, mesti sampai pada tahap pengakuan akan perbedaan yang dimiliki orang lain. Itu artinya, perbedaan dalam diri orang lain bukan hanya dilihat sebagai perbedaan yang terberi atau an sich, tetapi juga mengakui bahwa orang perbedaan adalah suatu rahmat yang mesti disyukuri.

Dengan kata lain, toleransi terjadi tidak hanya mengandalkan konsep bahwa orang lain berbeda, tetapi mengakui kekhasan mereka. Soedjatmoko menegaskan, “Tolerance is the recognition of the validity of difference, and as such it is the foundation of peaceful relations within and among nations” (ibid).

Hemat penulis, dua komponen ini (empati dan toleransi) merupakan sumbangan pemikiran yang penting dan berharga bagi terwujudnya dialog kehidupan di Indonesia.

Apabila sumbangan ini ditempatkan dalam konteks perbedaan agama, empati dan toleransi yang dianjurkan Soedjatmoko memungkinkan seseorang melihat perbedaan agama orang lain sebagai sebuah anugerah yang patut disyukuri.

Bahwasanya, setiap orang dengan kebebasan dalam dirinya berhak berbeda dalam menganut agama tertentu dan perbedaan tersebut dilihat sebagai “berbeda dalam menyembah Allah yang sama”.

Singkatnya, empati dan toleransi yang dianjurkan Soedjamoko membuka horizon pemikiran setiap manusia Indonesia untuk menyadari orang lain adalah “wajah saya yang lain” dan karena itu patut dihargai dan diakui.

Dengan demikian, berdasarkan tawaran Soedjatmoko tentang mendesaknya empati dan toleransi, hemat saya, akan membuka pintu yang lebar bagi terjalinnya dialog kehidupan.

Empati dan dialog adalah kekuatan vital yang mesti dimiliki setiap orang sebelum masuk pada taraf dialog kehidupan. Singkatnya, empati dan toleransi yang digaungkan Soedjatmoko merupakan sumbangan berharga bagi Indonesia.

Akhirnya, selain para sesepuh bangsa yang tergerak melihat persoalan bangsa, setiap manusia Indonesia yang beragama hendaknya menetapkan pentingnya empati dan toleransi.

Dengan itu, dialog kehidupan terjadi mulai dari “para sesepuh” hingga “akar rumput”. Sebagaimana ditegaskan Soedjatmoko, dialog kehidupan akan tercapai apabila didahului empati dan toleransi.*

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved