Lewotobi Erupsi

Hati Gusar Lihat Lava Pijar Membara di Badan Gunung Lewotobi Laki-Laki

Wajah Gunung Lewotobi Laki-Laki saat malam hari tampak berwarna merah akibat muntahan lava pijar yang meleleh dari puncak gunung

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO-BPBD Kabupaten Flores Timur
Sinar api di kawah utama Gunungapi Lewotobi Laki-Laki dengan lontaran lava pijar ke arah utara sejauh 50 meter dari kawah utama, Selasa 9 Januari 2024 malam. Statusnya dari level III (waspada) ke level IV (awas). 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Jalanan masih dilanda belerang meski kadarnya tak setebal tiga pekan terakhir. Perkampungan tampak sunyi, nyaris tak ada suara manusia, yang ada hanya gemuruh Gunung Lewotobi Laki-Laki.

Beginilah suasana di Desa Nurabelen, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur yang ditinggal pergi ratusan jiwa pasca erupsi dasyat tanggal 9 Januari 2024.

Wajah Gunung Lewotobi Laki-Laki saat malam hari tampak berwarna merah akibat muntahan lava pijar yang meleleh dari puncak gunung dan mengarah ke pemukiman Desa Nurabelen.

Teror lava pijar dengan gemuruh bak runtuhan meterial batu besar itu terdengar mencekam. Warga setempat sudah mengungsi ke Desa Riangrita dengan jarak sekitar 5 kilometer dari Desa Nurabelen.

Kawanan anjing melolong sepanjang malam, mencari keberadaan sang tuan yang belum kembali. Suaranya seperti sedang meratap keadaan kampung yang sunyi bak tanpa penghuni itu.

Desa Nurabelen dekat dengan Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Gunung Lewotobi Perempuan. Percikan api terlihat jelas dari desa ini, begitu pula dari Desa Riangrita dan Nobo.

Aloysius Hoko (48) dan Yosep Puka (53), bersama ratusan warga Desa Nurabelen masih diteror erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang saat ini berstatus level IV (awas).

Keduanya duduk di pengungsian eks Kantor Desa Riangrita, Kamis, 11 Januari 2024 pukul 19.30 Wita. Mereka tidur beralaskan tikar bantuan pihak ketiga dan pemerintah.

Selain di tempat itu, masih ada dua lokasi lain, yaitu ruang kelas SDK Riangrita dan Kantor Desa Riangrita. Gurat wajah mereka tampak gusar karena terus mendengar gemuruh gunung dan melihat lava pijar dengan mata telanjang.

"Gemuruh yang ada getaran macam gempa. Kami lihat gunung sudah warna merah, langsung lari tergesa-gesa," katanya kepada wartawan.

Di lokasi pengungsian Desa Riangrita, tersedia satu dapur umum yang dikelola langsung oleh ratusan pengungsi. Kebutuhan logistik sejauh ini masih cukup.

Baca juga: Danlanud El Tari Kunjungi Pengungsi Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki Laki

Perangkat Desa Riangrita, Antonius Litong, mengatakan bantuan dari pihak pemerintah dan uluran tangan pihak ketiga akan disimpan di tempat berbeda agar lebih mudah didata.

"Pisahkan supaya tidak terjadi penumpukan logistik, sekaligus mudah didata untuk kita distribusikan ke pengungsi," ujarnya.

Wilayah Riangrita cukup jelas melihat aktivitas Gunung Lewotobi baik siang maupun malam hari. Terkadang, tiupan angin membawa abu belerang melanda ke wilayah itu, termasuk wilayah Lewotobi, Lewoawan hingga ke Pulau Solor. (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved