Opini
Maranata: Mensyukuri Kehidupan, Merindukan Kematian
Mgr. Anton juga adalah sosok yang ketika bersua dengan beliau, orang akan dibawa dan digiring untuk begaimana mensyukuri serentak memaknai kehidupan.
Secara pribadi saya tidak mengenal secara mendalam sosok Mgr. Anton. Tetapi lewat
beberapa sharing dari beberapa romo dan frater yang pernah hidup berdampingan dengan beliau, saya bisa menangkap satu semangat hidup yang pasti dan mungkin dihidupi oleh beliau yakni keseriusan dan ketekunan memaknai kehidupannya.
Tentu dalam spirit Maranata beliau menata dengan begitu cermat dan tegas kehidupannya sendiri.
Nuansa sukacita karena kehadiran Tuhan dalam hidupnya menjadi satu semangat tersendiri yang terus menggerakkan dan mendorongnya untuk benar-benar berjuang memberi makna dan bobot untuk hidup dan panggilannya kegembalaanya.
Berikut beberapa keutamaan yang dimiliki oleh Mgr. Anton Pain Ratu, SVD berdasarkan sharing dari beberapa imam dan frater yang pernah hidup dengan beliau dalam satu komunitas.
Pertama, Mgr. Anton adalah sosok yang rajin membaca dan merenungkan Kitab Suci.
Tugas sebagai seorang gembala tentu identik dengan tugas mewartakan. Kalau demikian maka membaca dan merenungkan Kitab Suci harus menjadi habitus yang perlu diinternalisasi dalam diri setiap pewarta (diakon, imam dan uskup).
Hal ini tidak berarti bahwa mereka yang bukan diakon, imam atau uskup tidak harus membaca Kitab Suci. Tetapi sebaliknya, membaca dan merenungkan Kitab Suci harus menjadi semangat dan kebiasaan setiap orang beriman.
Kitab Suci dapat menjadi pedoman arah dan langkah kemana dan bagaimana kita harus berlangkah.
Kedua, Mgr. Anton adalah sosok yang rajin berolahraga. Olahraga adalah satu upaya
untuk tetap menjaga kebugaran tubuh. Sebab itu untuk menjaga tubuhnya tetap sehat dan kuat, Mgr. Anton rutin berolahraga.
Saya masih ingat cerita dari RD. Dius Nahas dan RD. Yudel Neno yang pernah hidup bersama beliau di Komunitas SMK Bitauni, bahwa olahraga yang sering dilakukan oleh Mgr. Anton adalah dengan berlari (jogging).
Hal inilah yang menjadi satu indikator pendukung sehingga Mgr. Anton bisa mencapai umur yang ke-95 tahun.
Ketiga, Mgr. Anton adalah sosok yang rajin membaca dan rajin menulis. Mgr. Anton
adalah sosok yang tekun membaca dan menulis, dan hal yang ditulis setiap hari dan tidak pernah alpa yakni menulis diary atau catatan hariannya.
Pada titik ini, hemat saya Mgr. Anton adalah pribadi yang sangat menekuni dan menghidupi budaya literasi.
Mengapa tidak, di tengah situasi zaman yang kian berkembang, beliau masih nyaman dan betah dengan pena dan lembaran-lembaran kertas diarynya.
Tentu ini menjadi satu kesaksian hidup yang menarik dan perlu kita teladani supaya kita tidak terlalu nyaman dengan kenyamanan yang diberi atau ditawarkan oleh perkembangan teknologi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.