Berita NTT

WALHI NTT Terbitkan Buletin Bertajuk Etlago Mi Amigo

Berbagai rangkuman kerja WALHI NTT itu juga memasang sebuah tulisan besar di sampul buletin yang menerangkan, NTT sebagai 'Nusa Tekun Terkotor'. 

|
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
LAUNCHING - Acara launching buletin edisi Maret 2023 oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau WALHI NTT berjudul Etlago Mi Amigo. Kamis, 31 Mei 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau WALHI NTT menertibkan buletin bertajuk Etlago Mi Amigo. Buletin edisi Maret 2023 itu merangkum catatan advokasi lingkungan yang dilakukan WALHI NTT bersama jejaringnya selama bulan Januari hingga Maret 2023. 

Buletin itu menuliskan Etlago Mi Amigo, Cendana, keadilan ekologis untuk NTT. Berbagai rangkuman kerja WALHI NTT itu juga memasang sebuah tulisan besar di sampul buletin yang menerangkan, NTT sebagai 'Nusa Tekun Terkotor'. 

Buletin dengan 25 halaman ini menelisik beberapa temuan dari perairan khusus menguji kontaminasi mikroplastik perairan Kota Kupang. Ada juga melakukan pendampingan terhadap warga Alak karena dugaan maladministrasi akibat kebakaran TPA Alak beberapa waktu lalu. 

Baca juga: Calonkan Diri Jadi Anggota DPD RI, Direktur WALHI NTT Janji Pulihkan Provinsi NTT

Selain itu di buletin ini juga merekam hasil temuan WALHI NTT atas limbah medis yang dibuang di TPA Alak Kota Kupang. Adapun temuan lain yakni pencemaran lingkungan akibat bongkar muat baru bara di dekat PLTU Ropa Kabupaten Ende. 

Ketua Divisi Advokasi, Kampanye dan Pengorganisasian Rakyat WALHI NTT Grace Gracellia menyebut Etlago Mi Amigo berarti kepunyaan.

Ia menyebut makna kepunyaan mengartikan untuk mengembalikan semua kepunyaan yang ada di NTT, terutama alam. Kepunyaan itu pun berimplikasi bahwa alam tidak hanya milik seorang. 

"Kami kemudian berupaya menemukan kalimat apa yang pas, yang kami sendiri menemukan pemaknaan itu. Kami gali dari semua bahasa di NTT yang beragam ini. Kami menemukan Etlago Mi Amigo yang artinya sebuah kepunyaan. Jadi Cendana itu milik kita," kata Grace saat acara launching buletin di kantor WALHI NTT, Kamis 31 Mei 2023 petang. 

Baca juga: WALHI NTT Desak APH Tindak Tegas Terduga Pelaku Perambahan Hutan di Natakoli Sikka

Baginya ini adalah bagian awal dari kerja advokasi, yang tidak menginginkan isu lingkungan menjadi kendor. Buletin itu memuat semua kerja WALHI NTT selama ini untuk memberi informasi maupun edukasi bagi masyarakat. WALHI NTT juga, kata Grace, membuka ruang bagi siapapun yang ingin menyalurkan tulisannya mengenai masalah lingkungan dalam buletin terbitan berikut. 

Dia menerangkan, buletin edisi Maret 2023 ini juga turut mengangkat tema besar menyangkut perempuan merawat keadilan antar generasi, mencegah bencana ekologis. Aspek perempuan ditampilkan karena kerap kali terkena imbas dari sebuah pembangunan. 

"Bukan saja perempuan, ada banyak juga kelompok rentan yang menjadi korban dari pembangunan yang tidak melihat pada aspek lingkungan itu sendiri," sebut Grace. 

Deputi WALHI NTT Yuvensius S. Nonga menambahkan, buletin itu merupakan edisi perdana tahun 2023. Sebelumnya WALHI NTT selalu menerbitkan buletin tiap akhir tahun untuk memberi informasi tentang kerja advokasi WALHI NTT di sisi lingkungan. 

Baca juga: WALHI NTT Dukung Penjabat Kota Kupang Dalam Mengatasi Persoalan Sampah

Secara umum tulisan itu mengangkat dua aspek yaitu daya dukung dan daya tampung lingkungan. Yuven menyebut NTT sejauh ini sangat masif merusak lingkungan. Dari sisi kebijakan yang dianalisis dan temuan di lapangan, imbas dari kebijakan itu memberi dampak buruk bagi masyarakat. 

"Contoh misalkan persoalan sampah. Persoalan sampah itu ketika pemerintah gagal untuk melakukan kebijakan di tingkat daerah yang kemudian bisa menyelesaikan persoalan sampah ini. Kalau kita UU dari sampah, itu jelas soal tanggungjawab produsen," ujar dia. 

Selain itu, persoalan kebijakan nasional maupun daerah yang merambat ke NTT. Yuven mencontohkan pulau Flores yang ditetapkan sebagai daerah panas bumi. WALHI menilai kebijakan itu justru menambah kerentanan Pulau Flores. NTT, kata dia, berbasis kepulauan. Dampak perubahan iklim sangat memberi pengaruh ke wilayah kepulauan itu. 

Baca juga: WALHI NTT Sebut Moratorium Tak Pernah Ampuh, Banyak Tambang Tetap Salahi Aturan

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved