Lipsus

Delapan Tahun Hidup Dalam Pasungan ODGJ di Manggarai Barat NTT Butuh RSJiwa

Sebanyak 535 Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Provinsi NTT, membutuhkan Rumah Sakit Jiwa (RSJ)

|
POS KUPANG/BERTO KALU
DIPASUNG - Ari Effendi, salah seorang ODGJ didampingi ayahnya, Umar Bawa, mendapat kunjungan Ketua KKI Manggarai Barat Kristo Tomus, Sabtu (15/4). 

Kristo membeberkan, ada dua faktor penyebab kasus ODGJ di Mabar masih tinggi berdasarkan temuan KKI yakni faktor ekonomi, dan kurangnya perhatian dari keluarga ODGJ.

Baca juga: Dandim 1629 Sumba Barat Daya Akui Sedang Tangani 12 ODGJ Terpasung

Di Mabar ditemukan banyak ODGJ yang masih berkeliaran karena tidak dirawat oleh keluarga maupun pemerintah. Kondisi mereka memprihatinkan, karena mereka hidup tak berdaya. "Ada yang tidur di hutan juga di emperan toko," ungkap Kristo.

Sementara di sisi lain, dukungan dari lingkungan sekitar terutama keluarga yang merupakan kunci agar ODGJ bisa segera sembuh dan beraktivitas normal pun belum maksimal dilakukan. Hal lainnya yakni memastikan pasien mengonsumsi obat dan mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.

Kristo mengatakan, ODGJ bukan sosok yang harus diasingkan atau dikucilkan apalagi dipasung. Orang-orang terdekat seperti keluarga, tetangga, dan masyarakat di lingkungan sekitar harusnya memberikan bantuan secara emosional maupun kebutuhan praktis.

"Jujur soal obat bagi saya nomor 2, tapi yang pertama adalah faktor kesembuhan ODGJ itu berasal dari lingkungan terutama keluarga," imbuhnya.

Kristo mengatakan, saat ini mereka terus mendorong keluarga untuk memberi perhatian dan membawa ODGJ ke puskesmas untuk ambil obat. Juga bagaimana keluarga memberi perhatian terhadap pasien, misalkan memberi makan dan kebutuhan lainnya," sambung dia.

Sejak Relawan KKI Mabar terbentuk tahun 2017 hingga tahun 2023 ini kurang lebih 20-an ODGJ yang sudah bebas pasung. Walau demikian, Kristo berharap, pemerintah harus terus melakukan pengawasan serta pemberdayaan melalui berbagai bantuan sosial.

ODGJ - Tim bebas pasung dari Dinkes Manggarai bersama dokter dari Panti Rehabilitas gangguan jiwa Renceng Mose Berdialog dengan keluarga pasien untuk bebas pasung Kristina Line, pasien asal Benteng Tubi, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai Jumat 11 Maret 2023
 
ODGJ - Tim bebas pasung dari Dinkes Manggarai bersama dokter dari Panti Rehabilitas gangguan jiwa Renceng Mose Berdialog dengan keluarga pasien untuk bebas pasung Kristina Line, pasien asal Benteng Tubi, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai Jumat 11 Maret 2023   (POS-KUPANG.COM/CHARLES ABAR)

Kristo mengungkapkan, tantangan relawan KKI yakni kesulitan menjangkau pasien ODGJ di wilayah Manggarai Barat. Sebab banyak pasien yang tinggal di wilayah pelosok sehingga sulit diakses.

"Sampai sekarang kami masih susah mengakses ODGJ karena kondisi jalan ke sana rusak, pakai sepeda motor juga susah. Ditambah lagi masih ada puskesmas tertentu yang belum tersedia obat untuk ODGJ. Itu kendala kami sejauh ini," kata Kristo.

Meski demikian, Kristo memastikan, Relawan KKI Mabar tetap intens mengunjungi ODGJ yang berkeliaran di jalan setiap pekan. Mereka memberi bantuan makan, air minum dan pakaian layak. "Dengan jumlah ODGJ yang makin tinggi menunjukan keseriusan kami relawan untuk mengabdikan diri pada gerakan layanan kesehatan jiwa di Mabar, terutama untuk terpenuhi hak asasi ODGJ setelah sekian lama diabaikan oleh masyarakat dan negara," ujarnya.

Terkait kabar bahwa dalam waktu dekat pemerintah akan membangun pusat rehabilitasi sosial di Labuan Bajo, Kristo menyambut baik hal itu. "Semoga dengan ada rumah pusat rehabilitasi maupun RSJ di Mabar akhirnya nanti bisa menjadi shelter, jadi ruang khusus, tempat bernaung bila keluarga tidak mau mengurus keluarganya yang ODGJ," pintanya.

Baca juga: 1 Korban Pasung di Manggarai Barat Dilepas, 51 ODGJ Masih Dipasung

Ari Effendi (29) warga Labuan Bajo sudah 17 tahun mengalami gangguan jiwa. Delapan tahun terakhir, Ari dipasung keluarganya di rumahnya yang berdinding papan kayu di Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo. Ari tinggal bersama orang tuanya, dengan kondisi kaki yang terbelenggu.

Ia dikurung di dalam ruangan kecil di belakang rumahnya.
Ia tidur di atas papan kayu beralaskan karpet, Ari tidak pernah berinteraksi dengan dunia luar. Dia menghabiskan waktunya di ruangan yang sempit.Kondisi Ari cukup memprihatinkan, dua kakinya sudah mengecil. Kuku memanjang tak terurus.

Umar Bawa (70), Ayah kandung Arif menjelaskan, Ari merupakan anak ke tujuh dari sembilan bersaudara. "Anak saya sudah sakit 15 tahun, dia kami pasung karena waktu itu pernah hilang 4 hari dari rumah, dia juga sering ngamuk," ucapnya, Sabtu (15/4).

Baca juga: Dinas Kesehatan Lepas Pasung Pasien ODGJ di Poka Rahong Utara, Kabupaten Manggarai

Umar mengaku sedih melihat putranya dipasung. Namun, dia tak kuasa untuk mengawasi pergerakan Ari. Sekali waktu Umar pernah dihajar hingga babak belur. "Dulu sebelum pasung saya dihajar habis, muka saya babak belur, saya ditendang seperti bola," ungkapnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved