Berita Nasional

Dokter Forensik Khawatir, Bukti-Bukti Penyebab Kematian Brigadir J Bisa Saja Hilang Gegara Ini, Lho?

Jenazah Nofryansah Yosua Hutabaran akan diekshumasi atau otopsi ulang setelah dimakamkan lebih dari dua minggu atau tepatnya selama 16 hari. Simak ini

Editor: Frans Krowin
Tribunnews.com
OTOPSI ULANG - Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa siap membantu pelaksanaan otopsi ulang jenazah Brigadir J. Bahkan disiapkan pula tim dokter dan rumah sakit untuk ekshumasi itu dan bisa dipastikan tak akan ada intervensi dari pihak manapun. 

Seberapa cepat tubuh membusuk bergantung pada beberapa faktor, seperti suhu, apakah tubuh berada di luar atau di dalam air, serta jumlah bakteri yang ada dalam tanah.

Tubuh yang terpapar unsur-unsur seperti udara dan air akan terurai lebih cepat. Serangga akan lebih banyak menghinggapinya ketimbang jenazah yang dikubur atau dikurung di ruang tertutup.

Setidaknya dibutuhkan waktu antara 8–12 tahun untuk menguraikan kerangka manusia di dalam tanah.

Sementara waktu yang dibutuhkan untuk menguraikan mayat di dalam peti, bisa mencapai 50 tahun.
Nah, bagaimana bagaimana proses pembusukan mayat pada setiap tahapannya, simak uraian berikut ini.

KOLASE - Bharada E, Brigadir J dan Irjen Pol Ferdy Sambo bersama istri. Misteri Bharada E kini berhasil diungkap nitizen dari jejak digital di akun instagram @r.lumiu.
KOLASE - Bharada E, Brigadir J dan Irjen Pol Ferdy Sambo bersama istri. Misteri Bharada E kini berhasil diungkap nitizen dari jejak digital di akun instagram @r.lumiu. (Tribunnews.com)

1. Fresh (autolisis)

Proses pembusukan mayat sebenarnya sudah dimulai sejak jantung Anda sudah berhenti berdetak, sebab tidak ada lagi darah yang dipompa ke seluruh tubuh. Kemudian dalam waktu 3–6 jam, otot tubuh mulai kaku dan tidak dapat berelaksasi. Jasad pun menjadi tegang dalam kondisi yang disebut rigor mortis. Setelah jasad dikuburkan dalam tanah (24–72 jam setelah kematian), suhu tubuh perlahan menjadi dingin karena menyesuaikan dengan suhu lingkungannya. Ditambah lagi, tak ada oksigen yang terbawa dalam peredaran darah.

Bakteri dalam usus mulai menggerogoti dinding usus hingga sel kehilangan strukturnya. Enzim juga akan bekerja untuk memecah sel tubuh sendiri, begitu pun dengan jaringan di sekitarnya. Proses tersebut dikenal dengan autolisis. Tanda tubuh sudah mengalaminya dapat dilihat dengan adanya beberapa permukaan kulit yang lecet. Lalu perlahan, lalat-lalat mulai menghinggapi tubuh untuk bertelur.

Baca juga: 10 Dokter Forensik Lakukan Autopsi Ulang Jenazah Brigadir J, Ayah Yosua Utus Anggota PBB

Dalam proses pembusukan mayat ini, mungkin tak banyak perubahan yang dapat Anda lihat dengan mata telanjang dan tanda-tandanya pun sedikit sekali. Ini karena sebagian besar kerusakan terjadi dalam tubuh dan tidak akan terlihat dari luar.

2. Bloat (penggembungan)

Sekitar 3–5 hari setelah kematian, bakteri mulai berkembang biak dan menghasilkan berbagai gas seperti karbon dioksida, metana, nitrogen, dan hidrogen sulfida. Gas inilah yang menjadi alasan kenapa tubuh bisa menggembung. Gas tersebut menciptakan tekanan berlebihan dalam tubuh, lalu mendorong cairan keluar lewat lubang-lubang pada tubuh, seperti hidung, mulut, telinga, dan anus.

Jika ada serangga atau belatung yang memakan jaringan tubuh, ia akan meninggalkan telurnya dan mulai menimbulkan kerusakan pada permukaan kulit jenazah. Kulit dengan kondisi luka terbuka, tentu akan memberikan peluang untuk serangga dan bakteri untuk masuk ke dalam tubuh. Dengan begitu, proses pembusukan mayat akan terjadi lebih awal. Tak jarang, gas yang keluar akan menguarkan bau amis dan tidak sedap. Ini pertanda bahwa bagian dalam jenazah sudah mulai mengalami proses pembusukan dalam kubur.

3. Active decay (peluruhan aktif)

Bisa dibilang tahap ketiga ini merupakan proses terjadinya pembusukan aktif sekaligus menjadi tahap yang paling cepat dan progresif. Tahapan ini terjadi sekitar 8–10 hari setelah kematian. Selama proses ini, sebagian besar massa tubuh akan hilang karena bakteri dan serangga sudah merusak berbagai sel tubuh dan membuat cairan tubuh keluar. Sebagaimana yang Anda tahu, bahwa lebih dari 50 persen tubuh manusia terdiri dari air.

Kulit juga sudah mulai membesarkan pori-porinya. Dengan demikian, akses untuk binatang-binatang yang mencari makan akan lebih terbuka. Binatang-binatang ini akan mulai menggerogoti kulit. Setelah itu, kulit mulai meluruh, lalu menghitam karena tidak ada lagi darah yang mengalirkan oksigen dan zat gizi. Tahap ketiga ini dikatakan selesai jika belatung atau serangga apa pun sudah tidak menghinggapi tubuh lagi.

Baca juga: Setelah 3 Kali Presiden Jokowi Bicara, Penanganan Kasus Brigadir J Pun Kini Dipertajam, Ada Apa?

4. Advanced decay (peluruhan tahap lanjut)

Jika sebelumnya sebagian jaringan lunak telah membusuk, pada tahap keempat ini, pembusukan lebih lanjut akan terjadi pada tulang, rambut, tulang rawan, dan ligamen. Selama proses pembusukan mayat ini, sebagian besar komponen tubuh telah berubah warna dan menghitam. Jaringan dan sel-sel tubuh juga mulai rusak. Jantung, ginjal, hati, dan organ-organ lain yang awalnya berbentuk padat sudah berubah menjadi cair selama pembusukan tahap lanjut. Pada tahap ini, kumbang dan jenis lalat tertentu dengan kemampuan mengunyah benda keras akan mendatangi tubuh untuk memproses komponen tubuh yang lebih keras.

5. Skeletonisation (pembusukan tulang)

Kini, hampir semua komponen tubuh telah terurai dan satu-satunya bagian tubuh yang tersisa dari jenazah hanyalah tulang kering. Tulang kering lama-kelamaan juga akan hilang, tetapi proses ini bisa memakan waktu hingga lebih dari dua tahun. Kondisi lingkungan yang kering dan panas dapat mempercepat proses dan menyelesaikan tahap ini dalam hitungan minggu. Tahapan pembusukan mayat mungkin terlihat seperti proses yang begitu menyedihkan. Namun, proses ini sebenarnya sangat penting untuk keseimbangan ekosistem makhluk hidup. (*)

Berita Lain Terkait Brigadir J

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved