Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 28 September 2025, "Allah Hadir Dalam Wajah yang Lain"

Orang kaya itu tidak berbuat jahat secara eksplisit, tetapi dosanya adalah ketidakpedulian

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Pater Adrianus Yohanes Mai SVD 

Renungan Hari Katolik Minggu 28 September 2025 – Minggu Biasa XXVI – Tahun C
Bacaan Pertama: Amos 6:1a.4–7
Mazmur: 146:7.8–9a.9bc–10
Bacaan Kedua: 1 Timotius 6:11–16
Injil: Lukas 16:19–31
Oleh: Pater Adrianus Yohanes Mai SVD

“Allah hadir dalam wajah yang lain”

Kisah Injil hari ini (Luk. 16:19–31) menggambarkan kontras yang sangat tajam: seorang kaya hidup mewah setiap hari, sementara Lazarus, seorang miskin yang sakit, terbaring di depan pintunya.

Orang kaya itu tidak berbuat jahat secara eksplisit, tetapi dosanya adalah ketidakpedulian.

Ia membiarkan Lazarus menderita tanpa sedikit pun belas kasihan. Akhir hidup mereka pun berbalik: Lazarus menikmati penghiburan di pangkuan Abraham, sementara orang kaya itu merasakan kesengsaraan abadi.

Inilah sebuah jawaban iman terhadap misteri teodice: Allah tidak membiarkan penderitaan sebagai tanda kelemahan, melainkan menghadirkan penderitaan sebagai ruang di mana kasih-Nya bisa diwujudkan.

Lazarus adalah wajah Allah yang hadir di pintu rumah orang kaya, mengundang kasih dan belas hati. Tetapi karena orang kaya gagal melihat wajah Allah itu, ia pun kehilangan keselamatannya.

Bacaan pertama dari Amos (Am. 6:1a.4–7) memperkuat pesan ini: Nabi mengecam orang yang bersenang-senang dalam kenyamanan dan pesta, sementara bangsanya hancur.

Sedangkan Paulus dalam bacaan kedua (1Tim. 6:11–16) menasihati Timotius untuk mengejar keadilan, kesalehan, iman, kasih, kesabaran, dan kelemahlembutan.

Artinya, di tengah dunia yang penuh penderitaan, murid Kristus harus menampilkan wajah kasih Allah dengan hidup sederhana, penuh kasih, dan berbelas hati.

Tiga poin permenungan hari ini:

Pertama, penderitaan bukan bukti absennya Allah, melainkan undangan untuk menghadirkan kasih-Nya.
Lazarus yang miskin dan sakit adalah tanda bahwa Allah memanggil kita untuk peka.

Dalam setiap wajah yang menderita, Allah hadir dan menunggu kita untuk menunjukkan cinta.

Kedua, dosa terbesar bukan hanya melakukan kejahatan, tetapi juga membiarkan diri acuh tak acuh.

Orang kaya itu tidak dikisahkan sebagai pembunuh atau pencuri, tetapi ia gagal peduli. Penderitaan sesama yang diabaikan adalah jurang yang memisahkan kita dari Allah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved