Siswi di Ngada Pinjam HP, Sulit Cari Signal, Hingga Pinjam Uang Tetangga Beli Pulsa Demi KBM Online
BM) secara online gencar dilakukan sejak pandemi Covid-19. Proses KBM secara online sebagai dampak pandemi Covid -19 tentu tid
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Ferry Ndoen
Bersyukur dirinya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan.
"Saya berterima kasih kepada pak guru karena rela mau membaca soal sebanyak 10 nomor untuk saya. Sekitar satu jam Saya menyelesaikan ulangan dan mendapatkan nilai yang memuaskan," tuturnya.
• Warga di Wuhan China Dilarang Konsumsi Binatang Liar, Berburu Tak Boleh
Ia menyampaikan limpah terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan dia kekuatan dan kesehatan sehingga masih bisa melaksanakan aktivitas sehari-sehari.
"Terima kasih Tuhan. Terima kasih bapak dan mama. Terima kasih bapak ibu guru. Terima kasih buat semua orang yang peduli dengan pendidikan saya. Semoga perjuangan saya tidak sia-sia," ungkapnya penuh haru.
Ia berharap pemerintah bisa memperhatikan kondisi di wilayahnya dan bisa melihat dari dekat persoalan yang dialami oleh masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
"Harapan saya agar pemerintah bisa memperhatikan setiap kesulitan yang dialami oleh rakyat kecil," ungkapnya.
Puji dan Bangga
Terpisah, Guru Mata Pelajaran Kimia SMA Negeri I Mauponggo, Ferdinandus L. Nuwa, S.Pd, memuji perjuangan sang murid di tengah pandemi Covid-19.
Selain itu, Ferdinandus sangat bangga karena sang murid tidak mudah menyerah dan tidak putus asa untuk mengikuti les online meski penuh keterbatasan.
"Mereka semua satu kelas ada 26 siswa. Yang aktif 16 siswa termasuk Maria. 10 siswa lainnya tanpa kabar karena berada di lokasi tanpa jaringan seperti Desa Wolokoli, Desa Bela, Desa Wuliwalo, Desa Lere. Cukup banyak di kawasan kecamatan Mauponggo tersebar siswa SMA Negeri I Mauponggo yang tempat tinggalnya tanpa signal seluler," ungkapnya.
Ferdinandus berkisah bahwa dirinya sering melaksanakan KBM online dengan siswa-siswinya.
Namun banyak rintangan. Bahkan sangat berat dan cukup sulit. Uang, energi dan waktu tentu sangat dibutuhkan.
Ferdinandus menyatakan Maria merupakan satu diantara beberapa siswanya yang aktif dan selama tiga hari berturut, Maria tak bisa mengikuti les online.
Ferdinanduspun berupaya menghubungi. Padahal selama tiga hari itu ditempat tinggal Maria signal putus total.
"Ceritanya begini, sudah 3 hari kelas XI IPA les Kimia daring. Tapi Maria tidak ikut. Sudah pasti dia ketinggalan materi. Namun sepanjang signal putus, Maria ini berusaha mengikuti pelajaran namun gagal. Namun, tak kenal putus asa. Lewat mesengger juga gagal. Maria berlari mengejar waktu yang kian menghimpit, menerobos belukar demi dapat kepingan signal," ungkapnya.
Ia menuturkan Maria tidak mau ketinggalan materi sehingga bicara via telepon.
"Pa guru, pa guru saya sudah dapat signal, tapi mau buka WA tidak bisa. Jaringan internet tidak bisa akses. Saya bilang baik sudah anak, kita les pakai telepon saja. Mariapun mengiakan," ujarnya.
Ia mengatakan sebelum les dan ulangan dirinya bertanya apakah bawa pulpen dan buku ke tempat signal. Ternyata Maria sudah sangat siap mengikuti ulangan Kimia saat itu.
Lanjutnya, setelah itu guru membaca soal dan Mariapun mengerjakan soal tersebut serta mendapatkan nilai yang memuaskan.
"Terus berusaha meraih mimpi di tengah himpitan Covid-19 berpadu jalur komunikasi GSM atau geser sedikit mati. Tak perlu mengeluh pada menteri komunikasi, tak perlu salahkan mereka. Tetap berdiri tegar seperti engkau tersenyum ceria kala dari puncak engkau menatap hijaunya persawahan, perlahan menuruni lembah kembali bersua bersama bapak mamamu. Kami bangga padamu," ujarnnya.
Harus Bangkit
Ia mengatakan dengan penuh keterbatasan dituntut untuk kreatif. Seorang guru tidaklah mudah. Dunia pendidikan sebenarnya bukan hanya tugas seorang guru namu semua pihak ikut bertanggungjawab.
"Sebelumnya saya mengajar di SMAK Frateran Ndao selama 17 tahun. Kini harus balik ke Mauponggo demi kecintaanku dalam dunia pendidikan. Sejak Januari ini saya bergabung di SMA Negeri I Mauponggo. Banyak hal yang berbeda. Namun realita lapangan membuat saya dan teman teman terus berbenah. Dari diri siswa yang sebagian besar berasal dari keluarga petani, asilitas belajar yang masih minim menuntut kreatifitas guru dalam menyajikan materi," paparnya.
Ia mengatakan pandemi Covid-19 ini menenggelamkan sebagian mimpi. Namun harus bangkit dan terus menyelesaikan pembelajaran dengan cara daring atau offline..
"Sebagai guru kami sadar masalah anak. Tak sedikit mereka tanpa jaringan internet, bahkan ada jaringan, pulsa data tak ada. Yang lebih buruk ada yang orang tua tak memiliki HP. Banyak siswa berusaha mengumpulkan tugas offline namun kadang tak mampu melewati pos-pos penjagaan yang sangat ketat," ujarnya.
Ia menyampaikan dengan demikian guru harus menjemput tugas ke rumah siswa, melaksanakan pembelajaran di rumah siswa sambil tetap memperhatikan protokol kesehatan.
"Untain kata dari siswi kami Maria menggambarkan realita hati yang berteriak namun sayup-sayup suara kami memang ditinggalkan oleh pemangku kepentingan," ujarnya.
Ia mengaku sebenarnya bukan hanya kebutuhan hidup yang disalurkan. Hampir tiap desa tak satupun di masa corona ini menyibukan diri dengan mengurus pendidikan anak.
"Dengan demikian kami mempercayakan pendidikan siswa di rumah bersama orang tua sambil terus memantau perkembangan pembelajaran anak baik secara langsung (home visit) maupun melalui jaringan seluler," pungkasnya.
Foto: Pos-Kupang.Com/Istimewa
Ket: Maria Oktaviana Nata saat mencari signal sambil belajar di kebun Kisaraghe Desa Nabelena Kecamatan Bajawa Utara Kabupaten Ngada, Flores NTT, Kamis (21/5/20202
5 Lampiran
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/maria-oktaviana-nata.jpg)