Begini Cara Pasukan Khusus Anti Teroris Jerman Melawan Teroris yang Menyandera Pesawat Airbus.

Waktu itu dunia gempar, karena ada kelompok yang bisa menaklukkan teroris. Sejak itu tidak terdengar apa-apa lagi tentang kelompok elite Jerman itu.

Editor: Eflin Rote

Setiap setelah  delapan kali tembakan, dengan sepatu bot tempur, para penembak menuju ke sasaran yang terletak 25 meter di depan untuk melihat berapa yang kena.

Dalam ruang senjata di tingkat pertama terdapat bungkusan obat-obatan dan pisau karet untuk pendidikan pertempuran jarak dekat. Di atas sebuah rak panjang,  terdapat peralatan kerja pasukan anti teroris: senjata mesin, senapan, revolver dan pistol.

Pada setiap gagang senjata itu tertempel  label nama masing-masing pemilik. Setiap anggota GSG-9, yang kini berjumlah dua ratus orang itu, mempunyai senjata yang siap pakai. Yang terbaru adalah senjata PSG-1, alat tembak tepat dengan lensa teleskop sinar infra merah.

"Sehingga malam hari kami juga dapat menggunakan teleskop," kata seorang anggota. Persenjataan seberat tujuh kilo yang dimasukkan dalam kopor hijau dari aluminium itulah yang dibawa oleh tiap regu dalam tugas.

Di dalam tempat persenjataan itu juga terdapat "senjata-senjata rahasia" GSG-9, misalnya alat tembak yang bisa menembus dinding beton setebal 30 cm. Ada lagi alat tembak dengan amunisi khusus, untuk "mengetuk", kata seorang pelatihnya.

Dengan peluru itu kaca-kaca tebal jendela dan pintu dengan mudah bisa dipecahkan.

"Sekarang saya sudah tahu semua tipuan. Seandainya saya ganti tempat jadi teroris, saya yakin  tidak akan bisa berbuat apa-apa," kata seorang anggota, sehabis latihan menyerbu rumah.

Dari atap sebuah gedung tinggi, dua anggota meluncur dengan tali ke sebuah ruangan. Ceritanya, di dalam ruang itu ada seseorang yang sedang disandera sekelompok teroris.

Dalam waktu bersamaan yang begitu sempurna, para anggota GSG-9 menerjang jendela dan langsung membekuk teroris-teroris palsu itu. Melihat adegan itu, seorang ahli efek khusus film ala James Bond, begitu kagum.

Menurut dia, walau dia tahu tepat apa yang akan terjadi, dia tetap begitu terkejut. Sampai dia berpendapat, mungkin kalau di AS mereka itu bisa dipakai sebagai stuntman dengan bayaran tinggi. Di sana belum ada yang bisa bertindak demikian sempurna.

Selalu siap 100%

"Entah mengapa, kata elite sekarang ini tidak begitu suka saya gunakan,” kata Uwe Dee. "Kami ini memang elite dan kami tidak perlu memamerkan kebisaan kami, karena keyakinan itu sudah dimiliki dalam diri masing-masing anggota kami."

"Usahakan supaya Anda selalu bisa bertindak bebas!" merupakan salah satu dari tujuh petunjuk dasar yang tercantum di kertas yang tertempel di ruang kelas 3 barak Hangelar. Juga ada: "Hanya yang mudah yang biasanya berhasil."

Contoh buruk dari gerak yang diatur dari pusat adalah apa yang terjadi pada pasukan anti teroris AS, ketika berusaha membebaskan para sandera di kedubes di Teheran. Menurut Dee, pada prinsipnya: Ada perintah.

Baca: Amankan Debat Publik Polisi Periksa Warga Saat Masuk Kantor Bupati

Tindakan apa yang akan diambil, terserah pada masing-masing pemimpin regu.

Semua upaya penyelamatan sandera yang pernah terjadi di dalam maupun di luar negeri, dianalisa oleh para ahli di Hangelar. Selama berhari-hari dari sampai pada hal yang sekecil-kecilnya.

"Kami mengundang seorang anggota yang pernah ikut dalam masing-masing aksi itu dan minta dia memberi penjelasan sampai hal sekecilnya. Juga disertai foto dan film yang bisa memperlihatkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Kemudian kami diskusikan, tindakan lebih baik mana yang dapat diambil," demikian ungkap Dee.

"Di antara kami memang ada yang tangannya sudah gatal. Sementara sebagian besar tetap bersikap tenang. Mereka lebih senang terus berlatih sesempurna mungkin," kata pemimpin bagian pendidikan.

"Yang jelas, bila tiba waktu penyerangan, mereka sudah siap 100%!" (Michael Seufert)

Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.id dengan judul Cara Pasukan Khusus Anti Teroris Jerman Mengenang Keberhasilan Melawan Teroris yang Menyandera Pesawat Airbus

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved