Paskah 2018
Ini Kelebihan Ayah Yesus Kristus, Yusuf, Ditiru oleh Kaum Pria di Dunia
Tak banyak yang tahu tentang sosok Yusuf, ayah Yesus Kristus. Namun si tukang kayu ini sungguh patut dijadikan kaum pria.
Yusuf melatih putranya untuk menjadi tukang kayu
Yesus juga tahu bahwa tangan perkasa yang terbiasa menebang pohon, membelah kayu, dan menghantamkan palu itu juga adalah tangan lembut yang membelai dan menyayangi dia, ibunya, dan adik-adiknya. Ya, keluarga Yusuf dan Maria semakin besar dengan sedikitnya enam anak lagi setelah Yesus. (Mat. 13:55, 56) Yusuf harus bekerja semakin keras untuk mengurus dan memberi makan mereka semua.
Yusuf paham bahwa memenuhi kebutuhan rohani keluarganya
Tetapi, Yusuf paham bahwa memenuhi kebutuhan rohani keluarga adalah hal terpenting. Jadi, ia menyisihkan waktu untuk mengajar anak-anaknya tentang Allah Yehuwa dan hukum-hukum-Nya. Ia dan Maria secara rutin mengajak mereka ke sinagoga terdekat, tempat Hukum dibacakan dan dijelaskan.
Setelah itu, Yesus mungkin mengajukan banyak pertanyaan dan Yusuf berupaya keras untuk memuaskan dahaga rohani anak itu. Yusuf juga mengajak keluarganya ke Yerusalem guna memperingati perayaan-perayaan keagamaan. Untuk Paskah tahunan, mungkin dibutuhkan waktu dua minggu untuk berjalan ke Yerusalem sejauh kira-kira 120 kilometer, memperingati acara itu, lalu berjalan pulang.
Para kepala keluarga Kristen dewasa ini mengikuti pola yang sama. Mereka rela berkorban demi anak-anak mereka, mendahulukan pelatihan rohani di atas segalanya, termasuk di atas kenyamanan materi. Mereka mengerahkan banyak upaya untuk melakukan ibadat keluarga di rumah dan membawa anak-anak ke pertemuan Kristen yang besar maupun yang kecil. Seperti Yusuf, mereka tahu bahwa itulah investasi terbaik yang dapat mereka lakukan demi anak-anak mereka.
”Sangat Cemas”
Situasi perayaan Paskah bagi keluarga Yusuf
Sewaktu Yesus berusia 12 tahun, Yusuf seperti biasanya membawa keluarganya ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Keluarga-keluarga besar berangkat bersama dalam iring-iringan panjang melintasi daerah pedesaan yang asri di musim semi.
Seraya mereka mendaki daerah yang agak tandus dekat Yerusalem, banyak yang menyanyikan mazmur pendakian yang terkenal. (Mz. 120-134) Kota itu bisa jadi sudah sangat ramai dengan ratusan ribu orang yang datang. Setelah perayaan selesai, keluarga-keluarga berbondong-bondong pulang.
Yusuf dan Maria, yang mungkin sedang kerepotan, mengira Yesus berada bersama kerabat lainnya. Sesudah satu hari perjalanan dari Yerusalem, barulah mereka menyadari sesuatu yang membuat mereka panik—Yesus tidak ada!—Luk. 2:41-44.
Baca: Ingin Punya Badan Gemuk? Coba Tips Ini!
Baca: 5 Tips Sederhana untuk Menghemat Gajimu, Lakukanlah!
Baca: Bayar Jaman Now, Bayar Pakai HP, Kok Bisa? BNI Kasih Tipsnya!
Ini yang dikatakan Yusuf dan Maria saat kembali menemukan Yesus
Dengan kalut, mereka menelusuri kembali semua tempat yang telah mereka lewati, sampai mereka tiba lagi di Yerusalem. Bayangkan betapa asing dan sepinya kota itu sekarang ketika mereka melintasi jalan-jalannya, sambil memanggil-manggil nama putra mereka.
Di mana anak ini? Setelah tiga hari mencari, Yusuf mungkin mulai merasa gagal dalam menjalankan tanggung jawab suci dari Yehuwa. Akhirnya, mereka pergi ke bait. Setelah mencari-cari di sana, mereka menjumpai sekumpulan orang terpelajar, yang mahir dalam Hukum, sedang berkumpul di sebuah ruangan—dan Yesus muda sedang duduk di tengah-tengah mereka! Bayangkan betapa leganya Yusuf dan Maria!—Luk. 2:45, 46.
Yesus sedang mendengarkan orang-orang itu dan dengan antusias mengajukan banyak pertanyaan. Mereka takjub akan pengertian dan jawaban anak itu, sedangkan Yusuf dan Maria terpukau. Menurut catatan, Yusuf tidak berkata apa-apa. Namun, kata-kata Maria dengan jelas mewakili perasaan mereka berdua, ”Nak, mengapa engkau memperlakukan kami seperti ini? Lihatlah, bapakmu dan aku sangat menderita secara mental mencari engkau.”—Luk. 2:47, 48.
Bagaimana Alkitab melukiskan gambaran yang realistis tentang menjadi orang tua?
Dengan hanya beberapa kata, Firman Allah melukiskan gambaran yang realistis tentang menjadi orang tua. Itu bisa membuat stres—sekalipun si anak sempurna! Membesarkan anak dalam dunia yang berbahaya dewasa ini bisa membuat ayah dan ibu ”sangat cemas”, namun mereka bisa terhibur karena Alkitab mengakui tantangan yang mereka hadapi.
Bagaimana Yesus menjawab orang tuanya, dan bagaimana perasaan Yusuf tentang perkataan putranya?
Yesus senang berada di tempat ia bisa merasa sangat dekat dengan Bapak surgawinya, Yehuwa, dan dengan antusias menyerap sebanyak mungkin hal yang bisa ia pelajari. Jadi, ia dengan polos menjawab orang tuanya, ”Mengapa kamu harus mencari-cari aku? Tidakkah kamu tahu bahwa aku harus berada di rumah Bapakku?”—Luk. 2:49.
Yusuf tentu memikirkan pernyataan itu berulang-ulang, bisa jadi dengan perasaan bangga. Selama ini, ia dengan giat mengajar putra angkatnya untuk memiliki perasaan demikian terhadap Allah Yehuwa. Pada usia semuda itu, Yesus sudah mengerti seperti apa bapak yang baik dan pengasih itu—terutama karena hubungannya dengan Yusuf.
Baca: Nah Loh! Bohongi Suami, Selingkuh di Hotel, Perempuan Ini Meninggal tak Wajar, Begini Faktanya
Baca: Ingin Balas Dendam Karena Diselingkuhi Pacar? Ikuti Cara yang Dilakukan Pria Asal Inggris Ini!
Baca: Pria Ini Ngeliat Ceweknya Selingkuh, Reaksinya Sungguh Tak Terduga!
Keteladanan Yusuf
Jika Saudara seorang ayah, apakah Saudara menyadari hak istimewa Saudara untuk membantu anak-anak mengerti seperti apa ayah yang pengasih dan suka melindungi itu? Demikian pula, jika Saudara memiliki anak tiri atau anak angkat, ingatlah teladan Yusuf—hargailah setiap anak dan perlakukanlah mereka menurut kepribadian masing-masing. Bantulah mereka mendekat kepada Bapak surgawi mereka, Allah Yehuwa.—Baca Efesus 6:4.
Berikutnya, hanya ada sedikit petunjuk tentang kehidupan Yusuf dalam Alkitab, namun itu patut kita cermati. Kita membaca bahwa Yesus ”terus tunduk kepada mereka”—ayah dan ibunya. Selain itu, ”Yesus terus bertambah hikmatnya dan bertumbuh secara fisik dan semakin diperkenan oleh Allah dan manusia”. (Baca Lukas 2:51, 52.)
Dari kata-kata itu, apa yang dapat kita ketahui tentang Yusuf? Ada beberapa hal. Yusuf terus memimpin keluarganya dengan baik, sebab bahkan putranya yang sempurna merespek ayahnya dan tetap tunduk kepadanya.
Ayat itu juga mengatakan bahwa hikmat Yesus terus bertambah. Yusuf pasti sangat berperan dalam hal ini. Kala itu, ada sebuah peribahasa Yahudi yang masih bisa ditemukan dan dibaca sekarang. Peribahasa itu menyatakan bahwa hanya orang yang hidupnya nyaman yang bisa benar-benar berhikmat.
Sedangkan para pekerja kasar seperti tukang kayu, petani, dan pandai besi ”tidak dapat berbicara tentang keadilan dan kebijaksanaan; dan mereka tidak akan ditemui di tempat-tempat parabel diucapkan”. Namun, Yesus membuktikan bahwa peribahasa itu tidak benar. Sewaktu kecil, ia sering mendengar ayah angkatnya mengajarkan ”keadilan dan kebijaksanaan” Yehuwa, meskipun Yusuf hanyalah seorang tukang kayu yang sederhana!
Kita juga bisa mengetahui bahwa Yusuf berperan dalam pertumbuhan fisik Yesus. Sebagai anak yang diurus dengan baik, Yesus tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan sehat. Selain itu, Yusuf melatih putranya agar terampil dalam pekerjaannya. Yesus sendiri dikenal sebagai ”tukang kayu”, bukan hanya sebagai putra tukang kayu. (Mrk. 6:3) Jadi, pelatihan Yusuf berhasil. Para kepala keluarga hendaknya meniru Yusuf, mengurus anak-anak dengan baik dan memastikan agar mereka dapat mandiri.
Baca: Hei Pria, Jangan Mengejar Wanita dengan Cara Murahan, Ganti Strategi, Ini Tipsnya
Baca: Hei Perempuan, Hati-Hati Mengunakan Maskara, Kalian Bisa Buta Loh!
Baca: Doyan Dandan? Perhatikan Masa Kedaluwarsa Make Up Kamu, Ladies!
Kapan Yusuf Meninggal
Sewaktu kita membaca catatan Alkitab bahwa Yesus dibaptis pada usia 30 tahun, Yusuf sudah tidak disebut-sebut lagi. Bukti menyiratkan bahwa Maria sudah menjanda sewaktu Yesus memulai pelayanannya. (Lihat kotak ” Kapan Yusuf Meninggal?”)
Namun, teladan yang Yusuf tinggalkan sangat jelas—ia ayah yang menjadi pelindung keluarganya, penyedia kebutuhan mereka, dan pantang menyerah sampai akhir. Setiap ayah, setiap kepala keluarga, bahkan setiap orang Kristen, hendaknya meniru iman Yusuf.
Kita tahu bahwa Yusuf masih hidup sewaktu Yesus berusia 12 tahun. Pada usia itu, banyak remaja Yahudi mulai mempelajari pekerjaan ayah mereka dan mulai ikut bekerja pada usia 15. Yusuf tampaknya masih sempat mengajar Yesus menjadi tukang kayu.
Apakah Yusuf masih hidup sewaktu Yesus memulai pelayanannya kira-kira pada usia 30? Sepertinya tidak. Ibu, adik lelaki, dan adik perempuan Yesus disebutkan masih hidup kala itu, tetapi tidak demikian halnya dengan Yusuf. Sekali peristiwa, Yesus bahkan disebut sebagai ”putra Maria”, dan bukan putra Yusuf. (Mrk. 6:3) Maria dikisahkan bertindak dan mengambil inisiatif tanpa bertanya kepada suaminya. (Yoh. 2:1-5) Hal itu tidak lazim pada zaman Alkitab kecuali Maria sudah menjanda.
Terakhir, sebelum meninggal, Yesus memercayakan ibunya untuk diurus oleh rasul Yohanes. (Yoh. 19:26, 27) Hal itu tentunya tidak perlu seandainya Yusuf masih hidup. Jadi, kemungkinan besar Yusuf meninggal sewaktu Yesus masih relatif muda. Sebagai putra sulung, Yesus tentu meneruskan usaha ayahnya sebagai tukang kayu dan menafkahi keluarganya hingga ia dibaptis. (*)