Paskah 2018

Ini Kelebihan Ayah Yesus Kristus, Yusuf, Ditiru oleh Kaum Pria di Dunia

Tak banyak yang tahu tentang sosok Yusuf, ayah Yesus Kristus. Namun si tukang kayu ini sungguh patut dijadikan kaum pria.

net
Ilustrasi Yusuf, ayah Yesus kristus 

POS-KUPANG.COM - Tak banyak orang yang mengetahui tentang sosok Yusuf, ayah Yesus Kristus. Namun fakta-fakta soal si tukang kayu ini sungguh patut dijadikan contoh bagi kaum pria.

Yusuf adalah seorang pria yang bertanggungjawab dan memiliki banyak kelebihan sehingga dipercaya oleh Tuhan untuk menjadi suami dari Maria, ibu Yesus. Kelebihan Yusuf ini tidak dimiliki oleh kebanyakan pria di jamannya.

Yusuf menaruh muatan terakhir di punggung keledainya. Bayangkan ia melayangkan pandangannya ke desa Betlehem yang sudah gelap lalu menepuk keledai kecil yang kuat itu untuk mulai berjalan.

Ilustrasi Yusuf ayah Yesus bersama Maria, Ibu Yesus
Ilustrasi Yusuf ayah Yesus bersama Maria, Ibu Yesus (net)

Pasti terpikir olehnya perjalanan panjang di hadapan mereka. Mesir! Orang-orangnya asing, bahasanya asing, kebiasaannya pun asing​—bagaimana keluarga kecilnya bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang begitu besar?

Baca: Mengapa Sudah Berusia 30 Tahun pun Yesus Masih Tinggal di Rumahnya, Dimanakah Yusuf, AyahNya?

Baca: Percayakah? Makam Asli Yesus Ditemukan di Kota Yerusalem, Setelah Dibongkar, Ini Hasilnya!

Baca: Heboh! Bukti Fisik Kebangkitan Yesus Kristus Ditemukan Pada Kondisi Kain Kafan PenguburanNya

Tidaklah mudah untuk menceritakan kabar buruk itu kepada Maria, istrinya tercinta, tetapi Yusuf menguatkan dirinya. Ia memberi tahu Maria bahwa dalam mimpinya, seorang malaikat menyampaikan pesan ini dari Allah: Raja Herodes ingin agar putra mungil mereka mati! Mereka harus segera angkat kaki. (Baca Matius 2:13, 14.) Maria sangat cemas. Bagaimana mungkin ada yang ingin membunuh anaknya yang tak bersalah dan tak berdaya? Maria dan Yusuf tidak habis mengerti. Tetapi, karena percaya kepada Yehuwa, mereka pun bersiap-siap.

Sewaktu Betlehem masih terlelap, Yusuf, Maria, dan Yesus menyelinap keluar dari desa itu di tengah-tengah kegelapan malam. Seraya mereka berjalan ke arah selatan dan langit mulai terang di ufuk timur, Yusuf tentu membayangkan apa yang akan ia hadapi.

Ilustrasi Yusuf dan Maria, orangtua Yesus Kristus
Ilustrasi Yusuf dan Maria, orangtua Yesus Kristus (net)

Bagaimana tukang kayu sederhana seperti dia bisa melindungi keluarganya dari raja yang begitu berkuasa? Dapatkah ia memenuhi kebutuhan keluarganya? Sanggupkah ia menjalankan tugas berat dari Allah Yehuwa untuk mengurus dan membesarkan anak istimewa ini? Yusuf menghadapi berbagai tantangan berat.

Dengan memerhatikan upayanya untuk mengatasi setiap tantangan, kita akan melihat mengapa para ayah dewasa ini​—dan kita semua—​perlu meniru iman Yusuf.

Baca: Misteri Nama Dua Penjahat yang Disalibkan Bersama Yesus Kristus

Baca: Ingat Cerita Zakeus Menaiki Pohon Ara untuk Melihat Yesus? Pohon Itu Masih Ada Sekarang

Baca: Misteri Lukisan karya Leonardo Da Vinci, Last Supper, Perjamuan Terakhir Yesus dan Muridnya

Lebih dari setahun sebelumnya, di kota asalnya, Nazaret, kehidupan Yusuf berubah total setelah ia bertunangan dengan putrinya  Heli. Yusuf mengenal Maria sebagai gadis yang beriman dan bersahaja. Tetapi tiba-tiba, ia mendapati bahwa Maria hamil! Ia berniat menceraikan Maria dengan diam-diam agar terhindar dari aib.

Tetapi, seorang malaikat menjelaskan dalam mimpi bahwa Maria hamil melalui roh kudus Yehuwa. Malaikat itu menambahkan bahwa putra yang dikandung Maria akan ”menyelamatkan umat [Allah] dari dosa-dosa mereka”. Ia juga menenteramkan hati Yusuf, ”Janganlah takut membawa Maria, istrimu, ke rumah.”​—Mat. 1:18-21.

Sebagai pria yang saleh dan taat, Yusuf mematuhinya. Ia bersedia menerima tugas yang sangat berat, yakni membesarkan dan mengasuh putra yang bukan anaknya sendiri tetapi yang sangat berharga bagi Allah. Belakangan, karena ketetapan kaisar, Yusuf membawa istrinya yang hamil itu ke Betlehem untuk pendaftaran. Di sanalah anak itu dilahirkan.

Yusuf tidak membawa keluarganya kembali ke Nazaret, tetapi menetap di Betlehem, beberapa kilometer dari Yerusalem. Mereka miskin, tetapi Yusuf bekerja sekuat tenaga agar Maria dan Yesus tidak sampai berkekurangan dan menderita. Tidak lama kemudian, mereka tinggal di sebuah rumah yang sederhana. Lalu, sewaktu Yesus sudah lebih besar​—mungkin berumur setahun lebih—​kehidupan mereka tiba-tiba berubah lagi.

Datanglah beberapa pria, para ahli nujum dari Timur, mungkin dari Babilon yang sangat jauh. Mereka sampai di rumah Yusuf dan Maria karena mengikuti sebuah bintang, dan mereka mencari anak yang akan menjadi raja orang Yahudi. Pria-pria tersebut sangat sopan.

Ilustrasi kelahiran Yesus Kristus
Ilustrasi kelahiran Yesus Kristus (net)

Sadar atau tidak, para ahli nujum itu telah membuat nyawa Yesus kecil terancam. Bintang yang mereka lihat tidak langsung menuntun mereka ke Betlehem tetapi ke Yerusalem. Di sana, mereka memberi tahu Raja Herodes yang jahat bahwa mereka sedang mencari seorang anak yang akan menjadi raja orang Yahudi. Hal ini membuat Herodes terbakar rasa dengki.

Syukurlah, ada campur tangan dari kekuasaan yang lebih kuat daripada Herodes atau Setan. Bagaimana? Nah, ketika para tamu itu sampai ke rumah Yesus dan melihat dia dan ibunya, mereka mengeluarkan hadiah, dan tidak meminta balasan apa-apa.

Yusuf dan Maria tentunya  tidak menyangka bahwa mereka bisa tiba-tiba memiliki ”emas dan kemenyan dan mur”​—barang-barang yang sangat berharga! Para ahli nujum tersebut tadinya berniat memberi tahu Raja Herodes di mana anak itu berada. Tetapi, Yehuwa turun tangan. Melalui sebuah mimpi, Ia menyuruh para ahli nujum itu untuk pulang melalui jalan lain.​—Baca Matius 2:1-12.

Tidak lama setelah para ahli nujum itu pergi, Yusuf menerima peringatan ini dari malaikat Yehuwa, ”Bangunlah, bawalah anak kecil itu serta ibunya dan larilah ke Mesir, dan tinggallah di sana sampai aku memberi tahu engkau; karena Herodes akan segera mencari anak kecil itu untuk membinasakannya.” (Mat. 2:13).

Baca: Saat Bertengkar dengan Pasangan, Lakukan 3 Hal Ini untuk Menyelesaikannya

Baca: Saat Intim, 4 Hal ini Jadi Kekuatiran Pasangan, Apa Saja?

Baca: Bikin Pasanganmu Terkesan di Pagi Hari, Lakukan 5 Hal Ini!

Maka, sebagaimana diceritakan di awal, Yusuf taat tanpa menunda. Ia mengutamakan keselamatan anaknya dan memboyong keluarganya ke Mesir. Berkat hadiah yang mahal-mahal dari para ahli nujum kafir itu, mereka kini memiliki bekal untuk menunjang kehidupan mereka selama di negeri asing.

Yusuf sigap dan rela berkorban demi melindungi anaknya

Mitos dan legenda apokrifa belakangan membumbui kisah perjalanan ke Mesir itu dengan menyatakan bahwa Yesus secara mukjizat mempersingkat perjalanan, melumpuhkan para perampok, bahkan membengkokkan pohon kurma agar ibunya bisa mengambil buahnya. * Faktanya, perjalanan itu sangat panjang, melelahkan, dan penuh ketidakpastian.

Yusuf mengorbankan kenyamanan pribadi demi keluarganya

Yusuf memberi pelajaran apa bagi orang tua yang membesarkan anak-anak dalam dunia yang berbahaya dewasa ini? Orang tua bisa menarik banyak pelajaran dari Yusuf. Ia langsung meninggalkan pekerjaannya dan mengorbankan kenyamanan pribadi demi melindungi keluarganya dari bahaya. Jelaslah, ia memandang keluarganya sebagai tanggung jawab suci dari Yehuwa.

Orang tua dewasa ini membesarkan anak-anak dalam dunia yang berbahaya, yang sarat dengan pengaruh yang mencelakakan, merusak, bahkan menghancurkan kaum muda. Para ayah dan ibu yang tanggap dan segera bertindak seperti Yusuf sungguh patut dikagumi. Mereka berjuang keras untuk melindungi anak-anak mereka!

Yusuf Menyediakan Kebutuhan Keluarganya
Bagaimana sampai Yusuf dan Maria menetap dan membesarkan anak-anak mereka di Nazaret? Kelihatannya mereka tinggal di Mesir hanya sebentar, sebab tidak lama kemudian, malaikat memberi tahu Yusuf bahwa Herodes  sudah mati. Yusuf membawa keluarganya pulang ke negeri asal mereka.

Hal ini sesuai dengan nubuat kuno bahwa Yehuwa akan memanggil putra-Nya ”dari Mesir”. (Mat. 2:15) Yusuf turut berperan dalam penggenapannya, tetapi ke mana ia akan membawa keluarganya sekarang?

Yusuf penuh pertimbangan.

Ia berhati-hati terhadap Arkhelaus, penerus Herodes, yang juga kejam dan haus darah. Atas bimbingan ilahi, Yusuf beserta keluarganya pergi ke utara, jauh dari Yerusalem dengan segala intriknya, dan kembali ke kota asalnya, yaitu Nazaret di Galilea. Di sanalah, ia dan Maria membesarkan anak-anak mereka.​—Baca Matius 2:19-23.

Inilah Pekerjaan Yusuf

Mereka hidup sederhana, tetapi bukannya tanpa perjuangan. Alkitab menyebut Yusuf sebagai tukang kayu, yang dalam bahasa aslinya mencakup berbagai pekerjaan seperti menebang pohon, mengangkutnya, dan memotong-motongnya agar siap digunakan untuk membuat rumah, perahu, jembatan kecil, gerobak, roda, kuk, dan berbagai alat pertanian. (Mat. 13:55) Ini pekerjaan fisik yang berat. Tukang kayu pada zaman Alkitab sering bekerja di depan atau di samping rumahnya yang sederhana.

Yusuf menggunakan berbagai macam alat; beberapa di antaranya mungkin diwariskan oleh ayahnya. Ia bisa jadi menggunakan siku-siku, unting-unting, tali penanda, kapak pendek, gergaji, beliung, palu besi, palu kayu, pahat, bor berbentuk busur, beberapa macam lem, dan mungkin paku, meskipun harganya mahal.

Baca: Sudah Mau Berkomitmen dengan Pasanganmu? Lihat 6 Tanda Ini Dulu!

Baca: Ngajak Pasangan Travelling? Ikuti TIps Ini Agar Hubungan Kalian Makin Hangat

Baca: 5 Cara Ampuh Agar Kamu Dipercaya Pasanganmu, Nomor 4 Seringkali Sulit Dilakukan

Hal ini yang Dipelajari Yesus dari ayahnya

Bayangkan Yesus yang masih kecil memerhatikan ayah angkatnya bekerja. Dengan penuh perhatian, ia mengamati setiap gerakan ayahnya; ia tentu mengagumi kekuatan bahunya yang bidang dan lengannya yang kekar, keterampilan tangannya, dan kecerdasan yang terpancar dari sorot matanya.

Bisa jadi, Yusuf mulai mengajarkan pekerjaan yang mudah kepada putranya yang masih kecil itu, seperti mengampelas kayu dengan kulit ikan kering. Ia mungkin juga mengajarkan jenis-jenis kayu yang ia gunakan​—misalnya, kayu pohon ara-hutan, pohon ek, atau pohon zaitun.

Yusuf melatih putranya untuk menjadi tukang kayu

Yesus juga tahu bahwa tangan perkasa yang terbiasa menebang pohon, membelah kayu, dan menghantamkan palu itu juga adalah tangan lembut yang membelai dan menyayangi dia, ibunya, dan adik-adiknya. Ya, keluarga Yusuf dan Maria semakin besar dengan sedikitnya enam anak lagi setelah Yesus. (Mat. 13:55, 56) Yusuf harus bekerja semakin keras untuk mengurus dan memberi makan mereka semua.

Yusuf paham bahwa memenuhi kebutuhan rohani keluarganya

Tetapi, Yusuf paham bahwa memenuhi kebutuhan rohani keluarga adalah hal terpenting. Jadi, ia menyisihkan waktu untuk mengajar anak-anaknya tentang Allah Yehuwa dan hukum-hukum-Nya. Ia dan Maria secara rutin mengajak mereka ke sinagoga terdekat, tempat Hukum dibacakan dan dijelaskan.

Setelah itu, Yesus mungkin mengajukan banyak pertanyaan dan Yusuf berupaya keras untuk memuaskan dahaga rohani anak itu. Yusuf juga mengajak keluarganya ke Yerusalem guna memperingati perayaan-perayaan keagamaan. Untuk Paskah tahunan, mungkin dibutuhkan waktu dua minggu untuk berjalan ke Yerusalem sejauh kira-kira 120 kilometer, memperingati acara itu, lalu berjalan pulang.

Para kepala keluarga Kristen dewasa ini mengikuti pola yang sama. Mereka rela berkorban demi anak-anak mereka, mendahulukan pelatihan rohani di atas segalanya, termasuk di atas kenyamanan materi. Mereka mengerahkan banyak upaya untuk melakukan ibadat keluarga di rumah dan membawa anak-anak ke pertemuan Kristen yang besar maupun yang kecil. Seperti Yusuf, mereka tahu bahwa itulah investasi terbaik yang dapat mereka lakukan demi anak-anak mereka.
”Sangat Cemas”

Situasi perayaan Paskah bagi keluarga Yusuf

Sewaktu Yesus berusia 12 tahun, Yusuf seperti biasanya membawa keluarganya ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Keluarga-keluarga besar berangkat bersama dalam iring-iringan panjang melintasi daerah pedesaan yang asri di musim semi.

Seraya mereka mendaki daerah yang agak tandus dekat Yerusalem, banyak yang menyanyikan mazmur pendakian yang terkenal. (Mz. 120-134) Kota itu bisa jadi sudah sangat ramai dengan ratusan ribu orang yang datang. Setelah perayaan selesai, keluarga-keluarga berbondong-bondong pulang.

Yusuf dan Maria, yang mungkin sedang kerepotan, mengira Yesus berada  bersama kerabat lainnya. Sesudah satu hari perjalanan dari Yerusalem, barulah mereka menyadari sesuatu yang membuat mereka panik​—Yesus tidak ada!​—Luk. 2:41-44.

Baca: Ingin Punya Badan Gemuk? Coba Tips Ini!

Baca: 5 Tips Sederhana untuk Menghemat Gajimu, Lakukanlah!

Baca: Bayar Jaman Now, Bayar Pakai HP, Kok Bisa? BNI Kasih Tipsnya!

Ini yang dikatakan Yusuf dan Maria saat kembali menemukan Yesus

Dengan kalut, mereka menelusuri kembali semua tempat yang telah mereka lewati, sampai mereka tiba lagi di Yerusalem. Bayangkan betapa asing dan sepinya kota itu sekarang ketika mereka melintasi jalan-jalannya, sambil memanggil-manggil nama putra mereka.

Di mana anak ini? Setelah tiga hari mencari, Yusuf mungkin mulai merasa gagal dalam menjalankan tanggung jawab suci dari Yehuwa. Akhirnya, mereka pergi ke bait. Setelah mencari-cari di sana, mereka menjumpai sekumpulan orang terpelajar, yang mahir dalam Hukum, sedang berkumpul di sebuah ruangan​—dan Yesus muda sedang duduk di tengah-tengah mereka! Bayangkan betapa leganya Yusuf dan Maria!​—Luk. 2:45, 46.

Yesus sedang mendengarkan orang-orang itu dan dengan antusias mengajukan banyak pertanyaan. Mereka takjub akan pengertian dan jawaban anak itu, sedangkan Yusuf dan Maria terpukau. Menurut catatan, Yusuf tidak berkata apa-apa. Namun, kata-kata Maria dengan jelas mewakili perasaan mereka berdua, ”Nak, mengapa engkau memperlakukan kami seperti ini? Lihatlah, bapakmu dan aku sangat menderita secara mental mencari engkau.”​—Luk. 2:47, 48.

Bagaimana Alkitab melukiskan gambaran yang realistis tentang menjadi orang tua?

Dengan hanya beberapa kata, Firman Allah melukiskan  gambaran yang realistis tentang menjadi orang tua. Itu bisa membuat stres​—sekalipun si anak sempurna! Membesarkan anak dalam dunia yang berbahaya dewasa ini bisa membuat ayah dan ibu ”sangat cemas”, namun mereka bisa terhibur karena Alkitab mengakui tantangan yang mereka hadapi.

Bagaimana Yesus menjawab orang tuanya, dan bagaimana perasaan Yusuf tentang perkataan putranya?

Yesus senang berada di tempat ia bisa merasa sangat dekat dengan Bapak surgawinya, Yehuwa, dan dengan antusias menyerap sebanyak mungkin hal yang bisa ia pelajari. Jadi, ia dengan polos menjawab orang tuanya, ”Mengapa kamu harus mencari-cari aku? Tidakkah kamu tahu bahwa aku harus berada di rumah Bapakku?”​—Luk. 2:49.

Yusuf tentu memikirkan pernyataan itu berulang-ulang, bisa jadi dengan perasaan bangga. Selama ini, ia dengan giat mengajar putra angkatnya untuk memiliki perasaan demikian terhadap Allah Yehuwa. Pada usia semuda itu, Yesus sudah mengerti seperti apa bapak yang baik dan pengasih itu​—terutama karena hubungannya dengan Yusuf.

Baca: Nah Loh! Bohongi Suami, Selingkuh di Hotel, Perempuan Ini Meninggal tak Wajar, Begini Faktanya

Baca: Ingin Balas Dendam Karena Diselingkuhi Pacar? Ikuti Cara yang Dilakukan Pria Asal Inggris Ini!

Baca: Pria Ini Ngeliat Ceweknya Selingkuh, Reaksinya Sungguh Tak Terduga!

Keteladanan Yusuf

Jika Saudara seorang ayah, apakah Saudara menyadari hak istimewa Saudara untuk membantu anak-anak mengerti seperti apa ayah yang pengasih dan suka melindungi itu? Demikian pula, jika Saudara memiliki anak tiri atau anak angkat, ingatlah teladan Yusuf​—hargailah setiap anak dan perlakukanlah mereka menurut kepribadian masing-masing. Bantulah mereka mendekat kepada Bapak surgawi mereka, Allah Yehuwa.​—Baca Efesus 6:4.

Berikutnya, hanya ada sedikit petunjuk tentang kehidupan Yusuf dalam Alkitab, namun itu patut kita cermati. Kita membaca  bahwa Yesus ”terus tunduk kepada mereka”​—ayah dan ibunya. Selain itu, ”Yesus terus bertambah hikmatnya dan bertumbuh secara fisik dan semakin diperkenan oleh Allah dan manusia”. (Baca Lukas 2:51, 52.)

Dari kata-kata itu, apa yang dapat kita ketahui tentang Yusuf? Ada beberapa hal. Yusuf terus memimpin keluarganya dengan baik, sebab bahkan putranya yang sempurna merespek ayahnya dan tetap tunduk kepadanya.

Ayat itu juga mengatakan bahwa hikmat Yesus terus bertambah. Yusuf pasti sangat berperan dalam hal ini. Kala itu, ada sebuah peribahasa Yahudi yang masih bisa ditemukan dan dibaca sekarang. Peribahasa itu menyatakan bahwa hanya orang yang hidupnya nyaman yang bisa benar-benar berhikmat.

Sedangkan para pekerja kasar seperti tukang kayu, petani, dan pandai besi ”tidak dapat berbicara tentang keadilan dan kebijaksanaan; dan mereka tidak akan ditemui di tempat-tempat parabel diucapkan”. Namun, Yesus membuktikan bahwa peribahasa itu tidak benar. Sewaktu kecil, ia sering mendengar ayah angkatnya mengajarkan ”keadilan dan kebijaksanaan” Yehuwa, meskipun Yusuf hanyalah seorang tukang kayu yang sederhana!

Kita juga bisa mengetahui bahwa Yusuf berperan dalam pertumbuhan fisik Yesus. Sebagai anak yang diurus dengan baik, Yesus tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan sehat. Selain itu, Yusuf melatih putranya agar terampil dalam pekerjaannya. Yesus sendiri dikenal sebagai ”tukang kayu”, bukan hanya sebagai putra tukang kayu. (Mrk. 6:3) Jadi, pelatihan Yusuf berhasil. Para kepala keluarga hendaknya meniru Yusuf, mengurus anak-anak dengan baik dan memastikan agar mereka dapat mandiri.

Baca: Hei Pria, Jangan Mengejar Wanita dengan Cara Murahan, Ganti Strategi, Ini Tipsnya

Baca: Hei Perempuan, Hati-Hati Mengunakan Maskara, Kalian Bisa Buta Loh!

Baca: Doyan Dandan? Perhatikan Masa Kedaluwarsa Make Up Kamu, Ladies!

Kapan Yusuf Meninggal

Sewaktu kita membaca catatan Alkitab bahwa Yesus dibaptis pada usia 30 tahun, Yusuf sudah tidak disebut-sebut lagi. Bukti menyiratkan bahwa Maria sudah menjanda sewaktu Yesus memulai pelayanannya. (Lihat kotak ” Kapan Yusuf Meninggal?”)

Namun, teladan yang Yusuf tinggalkan sangat jelas​—ia ayah yang menjadi pelindung keluarganya, penyedia kebutuhan mereka, dan pantang menyerah sampai akhir. Setiap ayah, setiap kepala keluarga, bahkan setiap orang Kristen, hendaknya meniru iman Yusuf.

Kita tahu bahwa Yusuf masih hidup sewaktu Yesus berusia 12 tahun. Pada usia itu, banyak remaja Yahudi mulai mempelajari pekerjaan ayah mereka dan mulai ikut bekerja pada usia 15. Yusuf tampaknya masih sempat mengajar Yesus menjadi tukang kayu.

Apakah Yusuf masih hidup sewaktu Yesus memulai pelayanannya kira-kira pada usia 30? Sepertinya tidak. Ibu, adik lelaki, dan adik perempuan Yesus disebutkan masih hidup kala itu, tetapi tidak demikian halnya dengan Yusuf. Sekali peristiwa, Yesus bahkan disebut sebagai ”putra Maria”, dan bukan putra Yusuf. (Mrk. 6:3) Maria dikisahkan bertindak dan mengambil inisiatif tanpa bertanya kepada suaminya. (Yoh. 2:1-5) Hal itu tidak lazim pada zaman Alkitab kecuali Maria sudah menjanda.

Terakhir, sebelum meninggal, Yesus memercayakan ibunya untuk diurus oleh rasul Yohanes. (Yoh. 19:26, 27) Hal itu tentunya tidak perlu seandainya Yusuf masih hidup. Jadi, kemungkinan besar Yusuf meninggal sewaktu Yesus masih relatif muda. Sebagai putra sulung, Yesus tentu meneruskan usaha ayahnya sebagai tukang kayu dan menafkahi keluarganya hingga ia dibaptis. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved