Breaking News

Anker

Energi Berkeadilan, Asa Pamungkas Anak Perbatasan Merajut Mimpi di Bawah Pijar Bola Lampu 

Instalasi listrik di dusun terpencil ini menjadi sejarah baru sejak nenek moyang masyarakat Desa Tes pertama kali berdomisili di wilayah itu.

|
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Ryan Nong
POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON 
PIJAR LAMPU - Siswi SDN Tes, Olivia Kolo sedang belajar di bawah pijar bola lampu di ruang tamu rumah mereka, Senin, 27 Oktober 2025. 

Meskipun demikian, Olivia bersyukur tidak memiliki handphone. Keterbatasan ini bisa membantunya memiliki lebih banyak waktu untuk belajar dan membantu ibunya di rumah.

Belajar diterangi Pelita dan Obor Sederhana Buah Tangan Ibu

Olivia memiliki 3 orang saudara. Kakak pertamanya sedang mengenyam pendidikan di tingkat SMA dan seorang lainnya di tingkat SMP. Sedangkan seorang adik dari Olivia sedang mengenyam pendidikan di tingkat SD kelas IV.

Ia mengaku bahagia bisa belajar diterangi cahaya lampu listrik. Saat ini Olivia sedang duduk di bangku Kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tes.

Ketika pertama kali masuk ke dunia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), rasa ingin tahu selalu menyelimuti bocah ini. Kendati demikian, semangat ini tidak dimaksimalkan lantaran rumah mereka tidak ditunjang penerangan yang cukup.

Sejak mengenyam pendidikan di tingkat PAUD Olivia selalu belajar dengan pelita buah tangan ibunya. Saat itu, ayahnya telah pergi merantau ke Pulau Kalimantan.

Pelita tersebut menggunakan bahan bakar minyak tanah. Mengingat daya tampung bahan bakar minyak sangat kecil, mereka hanya menggunakan pelita tersebut 3 jam.

Ketika tidak memiliki biaya membeli minyak tanah, ibunya selalu membuat obor sederhana demi memotivasi mereka selalu rajin belajar. Obor ini dibuat dengan bahan dasar buah dari pohon damar.

Biasanya obor dari bahan dasar buah damar yang dihaluskan ini hanya mampu menopang penerangan selama 30 menit. Kondisi ini menjadi penghambat semangat belajar mereka.

Bermimpi Jadi Pramugari 

Kendati lahir dari keluarga kurang mampu dan dari wilayah terpencil, Olivia memiliki cita-cita yang tidak bisa dipandang remeh. Bocah tersebut bercita-cita menjadi pramugari.

Cita-cita yang cukup tinggi untuk bocah yang lahir dari wilayah terpencil di perbatasan RI-RDTL Distrik Oecusse. Kendati demikian, cita-cita ini didukung oleh kecerdasan Olivia yang cukup baik diantara anak seusianya.

Ia selalu meraih peringkat pertama sejak duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar. Kecerdasan Olivia menjadi satu-satunya harapan ia memiliki mimpi yang besar.

Selain itu, salah satu alasan Olivia ingin menjadi seorang pramugari karena ingin berkunjung ke wilayah lain yang tidak pernah dikunjungi sebelumnya. 

Menjadi pramugari adalah salah satu kebanggaan tersendiri sebagai masyarakat di perbatasan. Pasalnya, profesi ini belum pernah digeluti oleh masyarakat di wilayah tersebut.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved