Obituari

Mak Comblang

Sebut RSU Johannes Kupang, sontak ingat sosok dr. Husein Pancratius Rukeng alias Dokter Husein.

|
Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI DION DB PUTRA
Dion DB Putra dan dr. Husein Pancratius R (kanan) dalam suatu acara. 

Tahun 1992 saya lolos seleksi masuk menjadi wartawan Harian Pos Kupang yang terbit perdana 1 Desember 1992. 

Pos Kupang mengangkasa di Flobamora hanya berjarak  dua pekan sebelum gempa dan tsunami meluluhlantakkan Pulau Flores yang menelan korban jiwa sedikitnya 2.080 orang.

RSUD Johannes Kupang yang dinakhodai dr. Husein Pancratius merupakan rumah sakit terbesar dan terlengkap di  NTT kala itu. 

Korban gempa dan tsunami  yang tak bisa ditangani pada fasilitas kesehatan di Flores, umumnya dirujuk ke rumah sakit tersebut. 

Kesibukan dan level pelayanan di RSUD Johannes Kupang  meningkat pesat. Sang direktur menjadi orang yang paling diburu para jurnalis untuk mengetahui perkembangan terbaru mengenai perawatan korban.

Perkenalanku dengan beliau berawal dari situ dan terus berlanjut hingga bertahun-tahun kemudian lantaran wilayah tugas saya paling lama sebagai wartawan di Kota Kupang. 

Sementara teman-teman seangkatanku yang lain mendapat tugas dari Om Damyan Godho selaku pemimpin redaksi Pos Kupang di 11 kabupaten yaitu Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Manggarai, Ngada, Ende, Sikka, Flores Timur, Alor, Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Timur.

Dokter Husein adalah pria humoris dengan kumis hitam mengilap dan logat Manggarai yang kental. Dia juga seorang yang sangat berperhatian.

Suatu hari di pertengahan tahun 1995, dia mengejutkanku dengan pertanyaan menggelitik ini, "Dion, kamu sudah ada pacar atau belum?" 

Saya spontan tersenyum. Beliau lanjut bertutur. "Di sini (RSUD Prof Dr. W.Z. Johannes Kupang)  banyak nona perawat yang belum ada nyong (baca: pacar). Kalau ada yang kamu orang suka, beritahu saya."

Rupanya beliau mau menjadi mak comblang. Saya kembali meresponsnya dengan tertawa.

Perjalanan hidup membawaku sampai pada titik ini. Nona perawat di RSUD Johannes Kupang ternyata orang lain pung jodoh. Bukan jodoh saya.

"Bapa dokter saya sudah beristri, tapi dia bukan perawat," kataku kepada beliau dalam suatu acara di awal tahun 2000-an. Beliau ngakak.

Respek, rendah hati, hangat  dan kebapaan merupakan keutamaan sosok Dokter Husein Pancratius.

Tahun 2001 ia melepas tugasnya sebagai direktur RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang. Posisinya digantikan dr. E. H. J. Mooy yang menahkodai manajemen rumah sakit itu sampai tahun 2006.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved