Opini

Opini: Heboh Influencer Lebih Baik daripada Dosen?

Dosen harus didorong untuk membuat konten edukatif berkualitas tinggi yang bersifat aplikatif dan engaging di platform digital.

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI INOSENSIUS E MOKOS
Inosensius Enryco Mokos 

Jumlah ini bahkan dilaporkan lebih tinggi dari biaya rata-rata di negara seperti Prancis.

Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan, dalam diri mahasiswa mereka ingin lulus dan mendapatkan pekerjaan yang layak karena biaya yang sudah mereka keluarkan begitu besar. 

Yang lebih menyakitkan bahwa ketika mereka sudah lulus dan tidak mendapatkan pekerjaan sama sekali. Apa gunanya pendidikan? 

Meskipun dengan pertanyaan ini kita mereduksi pendidikan ke arah komersial, tetapi kenyataan pendidikan di Indonesia bersifat komersial. 

Dari kenyataan inilah, fenomena mahasiswa mencari dan menemukan keilmuan yang dapat berguna bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. 

Dari yang dulu hanya bersumber pada hal utama dosen, sekarang bergeser ke praktisi dunia nyata langsung dalam diri para influencer. 

Perbandingannya seperti ini, jika dalam sebuah acara workshop tentang membangun keuangan finansial yang baik, dua narasumber dihadirkan, satu influencer keuangan dan satu dosen bisnis, siapa yang akan menarik banyak perhatian? 

Tentu saja influencer keuangan. Kenapa? Karena dia sudah terbukti secara sosial mampu meyakinkan banyak orang akan ilmu yang dia miliki, praktik langsung dengan menjalankan bisnis yang dia miliki dan ilmu itu diajarkan lewat media sosial. 

Bagaimana dengan seorang dosen? Tentu yang dia miliki hanya ilmu teori bisnis dan kurang dalam praktik langsung kehidupan nyata. 

Contoh lainnya, jika ada dua pembicara dalam tema membangun branding diri dalam media sosial untuk sukses dalam pemasaran digital, antara influencer bisnis dan dosen marketing bisnis, siapa yang akan paling memberi penjelasan yang masuk akal? 

Tentu saja influencer karena dia sudah ada bukti nyata kesuksesan selfbranding. 

Dosen pada dasarnya hanya bisa menjelaskan lewat keilmuan dan penelitian. Kisah itu adalah sebuah kritik pedas untuk para dosen termasuk saya sendiri.

Dosen seringkali terjebak dalam zona nyaman keilmuan yang semata-mata bersifat teoritis dan penelitian, kurang bersentuhan dengan realitas industri dan pasar kerja. 

Hal ini menjadikan pengetahuan yang ditransfer terasa "steril" dan kurang relevan bagi mahasiswa yang berorientasi pada hasil (pekerjaan layak).

Dosen gagal memposisikan diri sebagai authoritative figure yang sukses di mata publik (mahasiswa). 

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved