Opini
Opini: Remaja dan Seni Mencintai, Membaca Ulang Pacaran di Zaman Kini
Dahulu, pacaran cenderung terbatas, dengan interaksi langsung yang jarang dan komunikasi yang terikat ruang dan waktu.
Akibatnya, pacaran lebih mudah terjebak konflik, salah paham, atau bahkan hubungan tidak sehat karena belum ada kemampuan mengelola emosi dan perbedaan.
Media sosial mempercepat sekaligus memperumit dinamika pacaran remaja. Unggahan foto dan status hubungan membuat pacaran bergeser dari relasi pribadi menjadi tontonan publik.
Tekanan muncul karena remaja merasa harus menjaga citra hubungan di hadapan teman sebaya atau pengikut media sosial.
Cinta yang seharusnya pribadi pun berubah menjadi bagian dari identitas sosial yang harus terus dipertahankan.
Risiko lain muncul, seperti kecemburuan akibat komentar orang lain, perbandingan dengan pasangan lain, atau bahkan cyberbullying.
Banyak remaja mengalami tekanan psikologis karena hubungan mereka menjadi bahan pembicaraan publik.
Tekanan semacam ini membuat relasi yang seharusnya membahagiakan justru berubah menjadi beban.
Ketika hubungan berakhir, luka yang ditinggalkan semakin dalam karena disaksikan banyak orang.
Perubahan pola pacaran ini menuntut kesadaran baru bagi remaja maupun orang dewasa yang membimbing mereka.
Pacaran di era digital bukan hanya soal dua individu yang saling mencintai, melainkan juga soal bagaimana mereka menavigasi ruang publik digital.
Kemampuan menjaga privasi, mengelola emosi, dan bersikap bijak dalam bermedia sosial sangat penting untuk membangun relasi sehat.
Selain itu, pacaran di era digital cenderung mudah bergeser dari komitmen mendalam menjadi hubungan dangkal dan cepat berubah.
Kemudahan berinteraksi dengan banyak orang membuka peluang munculnya godaan untuk tidak setia atau berganti pasangan dengan cepat.
Hal ini memperlihatkan bahwa meskipun teknologi memberi ruang interaksi tanpa batas, ia juga menuntut kedewasaan emosional lebih besar agar cinta tidak kehilangan makna.
Pada akhirnya, pacaran di era digital menghadirkan peluang sekaligus tantangan. Teknologi bisa mempererat cinta, tetapi juga bisa mempercepat keretakan.
Opini: Mohon Tenang Sedang Pemilihan Rektor Undana |
![]() |
---|
Opini: Kasus Eks Kapolres Ngada Cacat Hukum atau Cacat Nurani? |
![]() |
---|
Opini: Menolak Normalisasi Eksploitasi Anak Dalam Kasus Mantan Kapolres Ngada |
![]() |
---|
Opini: Mauponggo Terendam, Bencana Banjir di Luar Musim Hujan |
![]() |
---|
Opini: Didik Anak Bukan untuk Nilai Tapi untuk Hidup |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.