Opini
Opini: Tebe, Warisan Leluhur yang Menyimpan Nilai-nilai Pancasila
Syair dan pantun mengiringinya, menghadirkan energi kebersamaan yang sulit dicari tandingannya di era sekarang.
Raja Lidak Yohanes Kristian, misalnya, menekankan bahwa ada dua varian Tebe — Tebe Bot dan Tebe Hedan — yang masing-masing membawa pesan luhur.
Ketua Suku Uma Metan Aman Tukuneno, Niko Besin, bahkan menafsirkan Tebe sebagai refleksi sila-sila Pancasila dalam kehidupan nyata masyarakat Belu.
Sementara itu, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Belu, Marianus Loe Mau, menekankan hentakan kaki Tebe sebagai simbol cinta tanah kelahiran dan syukur kepada Sang Pencipta.
Tantangan dan Tanggung Jawab
Di sinilah saya merasa penting untuk menyuarakan satu hal: Tebe harus dijaga, dirawat, dan diwariskan.
Tanpa kesadaran kolektif, tarian ini bisa terkikis oleh budaya populer yang seringkali lebih digandrungi generasi muda.
Pelestarian tidak cukup hanya dengan menggelar Tebe di acara-acara adat atau pernikahan.
Diperlukan dokumentasi, inventarisasi, bahkan upaya pengakuan formal agar Tebe diakui sebagai warisan budaya takbenda bangsa Indonesia.
Pemerintah, lembaga kebudayaan, dan masyarakat harus berjalan bersama. Lebih jauh, Tebe seharusnya tidak berhenti sebagai tontonan.
Ia bisa dijadikan sumber inspirasi pendidikan karakter di sekolah, materi pembelajaran seni, hingga promosi pariwisata budaya yang berkelanjutan.
Dengan begitu, Tebe tidak hanya hidup di masa lalu, tetapi juga relevan di masa kini dan masa depan.
Menurut saya, Tebe adalah identitas masyarakat Belu, sekaligus bagian penting dari mosaik kebudayaan bangsa Indonesia.
Di setiap hentakan kakinya, kita diajak untuk kembali ke tanah, ke akar, dan ke jati diri.
Maka, tugas kita bersama adalah memastikan Tebe tidak hanya menjadi cerita indah yang dikenang, melainkan terus berdansa di bumi Belu, diwariskan, dan dirayakan oleh generasi mendatang. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Opini - Mengurai Krisis BBM di Sabu Raijua: Saatnya Solusi Konkret dan Berkelanjutan |
![]() |
---|
Opini: 150 Tahun, Seribu Cahaya Satu Harapan |
![]() |
---|
Opini: 150 Tahun Serikat Sabda Allah, Api Misi yang Tetap Menyala di Era Digital |
![]() |
---|
Opini: APBD Perubahan NTT, Ujian Komitmen pada Kesejahteraan Publik |
![]() |
---|
Opini: Polisi dalam Dilema Moral |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.