POS-KUPANG.COM - United Liberation Movement for West Papua ( ULMWP ) atau Pemerintahan Sementara Papua Barat memberi pesan khusus kepada masyarakat Papua.
Hal itu disampaikan Juru Bicara ULMWP Markus Haluk saat upacara pemakaman jenazah Filep Karma di Expo Waena, Kota Jayapura, Papua, Rabu 2 November 2022.
Video berdurasi 11 menit 22 detik berisi pernyataan Markus Haluk diunggah oleh akun Rimbah Hutan 61.
Dia mengawali sambutannya dengan menyampaikan rasa haru dan bangga terhadap mendiang Filep Karma, tokoh pejuang Papua Merdeka.
"Dengan haru dan penuh bangga, dengan kepala tegak bersama kita ucapkan syukur bagi Tuhan sebab Engkau telah memberi kami bangsa Papua, keluarga besar Karma, seorang patriot sejati, tokoh Papua, nasionalis Papua, Filep Karma selama 63 tahun hidup dan berjuang membela tanah air, rakyat dan bangsanya," ucapnya.
Markus Haluk menyebut ada lima poin pesan tertulis.
Pertama, dengan penuh sadar kita menyampaikan satu tiang bangsa Papua boleh patah tapi seribu tiang hidup dan akan bangkit tumbuh untuk dan demi membela tanah air bangsa Papua Barat.
Kita sampaikan bahwa Filep Karma boleh pergi tapi 1001 Filep Karma akan bangkit untuk membela tanah air dan bagsanya.
"Metode perjuangan anima, animsa dan perjuangan damai yang alamarhum tinggalkan bagi pedoman bagi kita semua. Karena itu saya meminta, mari apa yang dia tinggalkan isi dalam noken, isi dalam perahu, taro dalam honain, umewa, yaima, para-para rumah kita masing-masing," ujarnya.
Baca juga: TNI Polri Tangkap Anggota KKB Papua Intan Jaya, Bocah Perempuan Terkena Peluru Nyasar
Kedua, kami menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi besar kepada keluarga besar Karma, istri Filep Karma, Ratu Karolina beserta dua anak, menantu dan cucu.
"Ibu terima kasih bayak atas semua kesetian kesabaran dan ketabahan serta kasih setia bersama alhmarhum. Karena dukungan kalian, dia menjadi tiang bangsa Papua. Dia menjadi bapak biologi dan ideologi bagi kita semua bangsa Papua tanpa terkecuali," ucap Markus Haluk.
Ketiga, pemaksaan pemberlakuan Otonomi Khusus Jilid 2, pemekaran Papua bukan masa depan bangsa Papua. Indonesia dan NKRI juga bukan rumah yang menjanjikan masa depan anak cucu kita bangsa Papua.
Demikian juga banyak negara kapitalis yang kerap memperpanjang penderitaan bangsa Papua. Mereka semua bukan sahabat dan masa depan saya dan Anda. Karena itu mari kita menegadah ke Pasifik sesuai pesan beliau. Kembali ke rumah kita sendiri, Melanesia, Polinesia dan Mikronesia, keluarga pasifik.
Kita ke Afrika, Karabian. Kiranya Tuhan membuka jalan untuk kita di akhir tahun 2022 dan dan awal tahun 2023 bagi bangsa Papua.
Kiranya Filep Karma, Yunus Wenda, Leonie Tanggahma yang telah mendahului kita, menjadi jembatan emas masuk ke rumah Melanesia. Dari Melanesia kita ke Pasifik kemudian ke rumah tua yang menjadi pertarungan percaturan politik dan bisnis tahun 1961, yaiti PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa).
"Di atas puasara ini, beliau2 ini serta semua orang Papua sudah meninggal dunia mendoakan kita untuk melangka ke sana," imbuhnya.
Keempat, Sehubungan dengan masih belum puas dengan kematian almarhum, kiranya perlu dibentuk tim independen untuk melakukan investigasi penyebab kematian Filep Karma.
Kelima, Tuhan yang memberi memohon almarhum diterima di sisiNya, dan keluarga dan bangsa Papua diberi penghiburan oleh Allah.
Baca juga: KKB Papua - 6000 Warga Maybrat Papua Barat Mengungsi Akibat Aksi Kelompok Kriminal Bersenjata
Markus Haluk juga mengutip pernyataan Filep Karma dalam buku Seakan Kitorang Setengah Manusia.
Filep Karma menulis : "Saya siap mati. Kalau saya masi hidup sampai hari ini, jangan tanya saya, karena hidup dan mati hanya Tuhan yang menentukan. Kenapa saya diizinkan masi hidup, saya pun tidak tahu. Tapi bagi saya pribadi, masih hidup berarti Tuhan masih izinkan saya berjuang dan saya tetap berjuang sampai Papua merdeka. Tetapi apabila saya akan melihat Papua merdeka atau tidak mungkin saya sudah mati duluan, bagi saya itu tidak penting, yang terpenting rakyat Papua bebas dari penindasan, merdeka di tanah sendiri, dia berhak menentukan hidupnya ke depan. Mau jadi apa semua ada di tangan orang Papua, bukan bangsa lain harus mentukan orang Papua harus begini atau begitu."
Pemakaman Filep Karma
Jenazah Filep Karma dimakamkan di Expo Waena, Kota Jayapura, Papua, Rabu 2 November 2022. Tokoh pejuang Papua Merdeka ini dihantar ribuan warga dan simpatisannya.
Mereka mengusung jenazah dari kediaman Filep Karma dengan berjalan kaki.
Pemakaman jenazah Filep Karma berlangsung malam hari. Di lokasi, dibangun beberapa tenda beserta lampu. Bendera Bintang Kejora juga berkibar di sana.
Ibadat pemakaman dipimpin pendeta. Sebelum peti jenazah diturunkan ke liang lahat oleh enam pria berpakaian loreng mirip baju TNI, beberapa orang memberi sambutan.
Hal ini diketahui dari video pemakaman jenazah Filep Karma yang diunggah akun YouTube @Rimbah Hutan 61. Dalam video berdurasi 25 menit itu, rekan Filep Karma, mengatakan bahwa Filep Karma telah melandasi dasar dan memberikan roh perjuangan.
"Filep tokoh sejati yang diteladani. Dia terus memberi pendidikan untuk selamatkan bangsa Papua. Itu yang selama ini beliau perjuangkan," kata pria tersebut.
Juru Bicara Font Nasional Rakyat Indonesia untuk West Papua, Surya Anta Ginting mengaku mengenal Filep Karma tujuh tahun lalu. Menurutnya, Filep Karma pemimpin dengan pemikiran paling maju.
"Beliau Nelson Mandelanya Papua," sebutnya.
Baca juga: KKB Papua - Abraham Mate Tewas Di Lapas Kota Sorong, Keluarga Pertanyakan Penyebab Kematian
Penyebab Kematian
Pihak keluarga mengungkapkan penyebab kematian Filep Karma.
Anak kedua Filep Karma, Adrefina Karma menyatakan ayahnya meninggal dunia karena tenggelam. Adrefina Karma mengaku mengikuti visum luar yang dilakukan dokter.
"Saya berduka, sangat sedih. Bapa sudah meninggalkan kita semua," ucap Adrefina Karma sembari menangis, dikutip dari video yang diunggah akun Twiter ULMWP NEWS @KagoyaSilas.
Adrefina Karma menjelaskan bahwa dia mengikuti visum yang dilakukan dokter terhadap mayat ayahnnya, Filep Karma.
"Saya sudah ikut dalam visum luar. Memang berdasarkan visum luar jelas bahwa bapa meninggal karena tenggelam.
Pada saat itu bapa menyelam sehingga terdampar," terangnya.
Menurut Adrefina Karma, ada saksi juga dari keluarga menyatakan bahwa ketemu dengan bapa pada hari Minggu pagi. Keduanya sempat berenang bersama-sama.
Namun Filep Karma tidak ikut pulang pada siang hari karena masih mampir di keluarga. Lantaran masih pasang surut sehingga Filep Karma menunggu sampai pagi saat air naik baru menyelam.
"Kita ketemu (bapa) pada pagi hari ini. Saya ditelepon, dan saat tiba menemukan bapa meninggal dunia," ujarnya.
Adrefina Karma meminta semua pihak tidak menyebarkan hoaks mengenai penyebab kematian Filep Karma. Dia mengimbau tidak ada kekerasan.
"Saya harap semua teman-teman, kami mau yang terbaik. Tidak ada lagi isu dan hoaks beredar karena ini murni bapak kecelakaan.
Teman yang lain tidak perlu ada kekerasan," ujarnya.
Filep Karma ditemukan tewas mengenaskan di tepi Pantai Base-G Distrik Jayapura Utara, Papua, Senin 1 November 2022. Pakaiannya robek tak beraturan, tubuhnya pun penuh luka.
Filep Karma merupakan salah satu aktivis dan tokoh pejuang Papua Merdeka. Saat ditemukan, tubuh Filep Karma dalam posisi terlentang.
Lelaki pemilik namal lengkap Filep Jacob Semuel Karma itu mengenakan pakaian selam yang robek tak beraturan dengan tubuh penuh luka.
Baca juga: KKB Papua - Bendera Bintang Kejora Berkibar Saat Pemakaman Jenazah Filep Karma
Sepak terjangnya menimbulkan kemarahan publik. Pasalnya, pada 1 Desember 2004, ia turut mengibarkan Bendera Bintang Kejora di Papua.
Atas tindakannya tersebut, Filep Karma pun dituduh melakukan tindakan makar sehingga dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
Versi KKB Papua
Sementara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka ( TPNPB-OPM ) Sorong Samarai menduga Filep Karma tewas dibunuh intelijen TNI.
Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua tersebut mencurigai tokoh pejuang kemerdekaan Papua itu dihabisi oleh empat orang intelijen saat sedang menyelam di laut.
Mayat Filep Karma terdampar dan ditemukan di lokasi Managkawi Pantai Base-G sebelah kiri Steven Makanuai Jayapura, Kamis 1 November 2022.
Melansir thetpn-pbnews.com, TPNPB-OPM Sorong Samarai mendesak Pemerintah Indonesia, Pemerintah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat serta LBH segera mengkralifikasi pembunuhan sadis terhadap Filep Karma.
“Filep berdiri untuk keadilan, demokrasi, untuk perdamaian dan perlawanan tanpa kekerasan. Meskipun demikian, dia dipenjara selama 11 tahun karena mengibarkan bendera Bintang Kejora, kita bisa melihat bagaimana Indonesia memperlakukan pembawa damai," demikian pernyataan TPNPB-OPM Sorong Samarai.
"Bahkan sekarang, mereka tidak bisa membiarkan kita berduka dengan tenang. Saat ribuan orang Papua turun ke jalan untuk menghormati Filep Karma sebagai seorang ayah, tentara dan polisi Indonesia menghalangi jalan mereka dengan persenjataan berat. Saat para pendukung mengucapkan perpisahan terakhir mereka sambil membawa peti mati Filep ke rumahnya, polisi merampas bendera Bintang Kejora mereka."
Menurut TPNPB-OPM, tanggapan ini menunjukkan rasisme endemik di jantung pendudukan Indonesia.
Filep Karma menghabiskan hidupnya untuk berjuang. Mereka melihat kita ‘monyet’ – sebagai ‘setengah binatang’ , seperti yang dijelaskan dalam bukunya. Pertanyaan besarnya adalah: bagaimana Filep mati? Kami tahu dia tenggelam dengan berempat intelejen negara Indonesia TNI.
Kami tahu bahwa ada empat orang intelijen TNI bersamanya ketika dia meninggal, tetapi kami tidak tahu apakah ada di antara mereka yang memberikan kesaksian.
"Kita juga tahu bahwa militer Indonesia membunuh secara sistematis melenyapkan orang West Papua yang berjuang melawan. Kadang-kadang mereka akan membunuh kita di depan umum, seperti Theys Eluay dan Arnold Ap, yang dibunuh dan mayatnya dibuang di pantai tempat Filep meninggal sekarang," demikian TPNPB-OPM Sorong Samarai.
Rencana Kedatangan PBB
Ketua West Papua Council Buchtar Tabuni mengaitkan kematian tokoh pejuang Papua Merdeka Filep Karma dengan rencana kedatangan Komisi Tinggi HAM Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di West Papua.
Menurut Buchtar Tabuni, Komisi Tinggi HAM PBB akan menyelidik kasus pelanggaran HAM berat di Papua. Hal itu membuat Jakarta tidak tinggal diam.
"Semakin gencarnya kunjungan Komisi Tinggi PBB ke West Papua, saya yakin Jakarta tidak akan tinggal diam. Saya menduga ini ada skenario halus karena Filep Karma adalah saksi hidup kasus Biak Berdarah tahun 1998," kata Buchtar Tabuni melalui video yang diunggah akun Rimbah Hutan 61.
Baca juga: KKB Papua - Sniper Satgas Damai Cartenz Tembak 3 Orang, Terpantau dari Drone
Dalam video berdurasi 7 menit itu, Buchtar Tabuni menyebut Filep Karma sebagai teman dan sahabat. Keduanya menjadi tahanan politik, pernah menempati satu sel di Lapas Abepura, Papua.
Dia mengingatkan saksi kasus pelanggaran HAM berat untuk lebih berhati-hati. "Saya menyerukan kepada seluruh saksi hidup korban pelanggaran HAM berat yang dilakukan militer TNI, untuk menjaga diri dan waspada dan berhati-hati saat beraktivitas apapun," imbuh Buchtar Tabuni.
Termasuk saksi Kasus Washior dan Kasus Wamena serta kasus pelanggaran HAM berat lainnya. "Peristiwa meninggalnya Filep Karma adalah pelajaran bagi semua saksi untuk menjaga diri, melinduingi diri dan mewaspadai diri," katanya.
"Saya menduga, dengan gencarnya Komisi Tinggi PBB dalam investigasi pelanggaran HAM berat sejak ankesasi tahun 1963 sampai hari ini mereka tidak mau kecolongan, tidak mau menanggung malu."
Buchtar Tabuni menduga, akan ada berbagai cara untuk menghilangkan saksi-saksi korban pelanggaran HAM berat. "Semoga pesan ini bermanfaat. Semua saksi korban yang masih hidup jangan terlena," ucapnya. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS