Opini

Opini: Ketika Esensi Kemerdekaan Dibolak Balik oleh Lagu Tabola Bale

Irama gembira yang dibalut sentuhan gerakan kaki penuh energik dan kekinian, lirik sederhana namun menyentuh psikologis manusia..

Editor: Dion DB Putra
DOK POS-KUPANG.COM
Apolonius Anas 

Terus apa pelajaran yang didapat rakyat setelah penampilan lagu itu. Justru reduksi nilai kebangsaan akan tergerus.

Padahal, sejarah Indonesia memperlihatkan bagaimana lagu-lagu perjuangan memainkan peran vital dan strategis dalam membangun jiwa dan raga bangsa.

Setidaknya menjadi pelita dan laku hidup warga bangsa dalam menjalankan amanat kemerdekaan dari para founding fathers. 

Lagu lagu seperti “Hari Merdeka,” “Bagimu Negeri,” hingga “17 Agustus Tahun 45 dan beberapa lagu perjuangan lainnya” tidak hanya menjadi pengikat identitas kita sebagai bangsa merdeka, tetapi juga sarana edukasi lintas generasi bahwa tanpa semangat perjuangan dan rela berkorban kemerdekaan itu tidak digapai. 

Melalui syair lagu-lagu tersebut, nilai tentang keberanian, pengorbanan, dan semangat kebersamaan diwariskan secara pasti. 

Dan yang paling penting adalah lagu-lagu itu tidak terjebak oleh jebakan lagu viral seperti tabola bale yang lebih mementingkan euforia sesaat tanpa kesadaran mendalam akan makna perayaan peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Ketika ruang kenegaraan yang seharusnya menjadi sarana edukasi sejarah diisi dengan lagu pop seperti Tabola Bale atau Ojo Dibandingken, maka esensi mendidik generasi penerus bangsa seolah dilucuti seketika. 

Lagu perjuangan dan lagu daerah yang telah mengakar, secepat kilat keropos dihantam jebakan viral karena berbasis pada popularisme tanpa meninggalkan pesan apa-apa. Hanya goyang yang justru memicu rakyat sakit hati.

Dari sudut pandang pendidikan apalagi di momentum sakral HUT Kemerdekaan RI, pemilihan ini sungguh tidak elok dan waras. 

Generasi muda yang menonton acara kenegaraan seharusnya diberikan teladan tentang pentingnya menghargai sejarah perjuangan minimal melalui lagu lagu yang pas khas dan bersahaja konteks perjuangan para pahlawan masa lalu.

Apa yang terjadi justru sebaliknya, ruang pendidikan sejarah berubah menjadi ruang pesta. 

Para peserta upacara bergoyang lenggak lenggok, di saat rakyat menjerit karena krisis pangan, krisis energi, harga barang melambung, dan pengangguran menghantui di mana mana. Kontras ini menorehkan luka moral bahwasannya negara seolah menari di atas penderitaan rakyat.

Fenomena Tabola Bale Memang Nyata

Jika direnungkan secara mendalam, fenomena ini bukan sekadar soal pilihan hiburan semata. Namun tanpa disadari inilah cara alam Indonesia mendidik dan memberi peneguhan kepada pemimpin bahwa kebijakannya yang dilakukannya selama ini lebih banyak mengandung fenomena tabola bale. 

Di berbagai daerah fenomena seperti itu diperkuat dan dipertegas oleh pesan alam Indonesia yang terbaca saat pengibaran bendera Merah Putih seperti tali bendera putus, posisi warna bendera terbalik dan beberapa kejadian aneh lainnya. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved