Opini
Opini: Memoar Pater Wolters, Sang Polyglot yang Membangun Jembatan Peradaban
Pater Wolters lahir pada tanggal 6 September 1907 dan ditahbiskan menjadi imam Societas Verbi Divini pada 29 Januari 1933.
Oleh: Ignasius Sara, S.Fil
Mantan jurnalis, tinggal di Sumba - Nusa Tenggara Timur
POS-KUPANG.COM - Perjalanan panjang misi Katolik di Pulau Sumba sejak tahun 1889 hingga saat ini memiliki serpihan-serpihan kisah yang dapat diringkas untuk menjadi catatan sejarah dan patut diabadikan dalam kenangan.
Pada masa sebelum Indonesia merdeka, dalam kurun antara tahun 1934 sampai dengan 1940, ada seorang misionaris Societas Verbi Divini (SVD) yang amat populer di Weetebula, Sumba bagian barat. Namanya Pater Johannes Wolters, SVD.
Ia merupakan seorang misionaris Societas Verbi Divini asal Ginneken-Belanda yang berkarya dalam waktu yang relatif singkat di Weetebula-Indonesia. Enam tahun lamanya.
Baca juga: Pastor Markus Solo Kwuta SVD, Bintang Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia
Pater Wolters meninggal dunia setelah sempat dirawat selama seminggu karena infeksi saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh bakteri difteri di sebuah rumah sakit di Waikabubak, Sumba Barat pada Senin 15 April 1940 pukul 15.30 Wita.

Saat itu, ia berusia 32 tahun. Pater Wolters dikebumikan di tempat pemakaman umum Katolik yang terletak di kaki bukit bagian selatan dari rumah pastoran Paroki Roh Kudus Weetebula, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.
Pater Wolters lahir pada tanggal 6 September 1907 dan ditahbiskan menjadi imam Societas Verbi Divini pada 29 Januari 1933.
Ia diutus oleh pimpinan regional Societas Verbi Divini yang berkedudukan di Ende-Flores untuk melakukan karya misi di Sumba. Pater Wolters tiba di daerah itu pada tanggal 1 Februari 1934.
Pater Wolters Sang Polyglot
Pater Wolters belajar bahasa Indonesia di Todabelu, Mataloko-Flores sejak bulan Oktober sampai dengan Desember 1933.
Selama periode itu, ia perlahan menguasai bahasa Indonesia. Kemudian, ia mendapatkan tugas untuk melakukan karya misi di Weetebula-Sumba dalam sebuah rapat Dewan Regional di Ende-Flores pada tanggal 10 Desember 1933.
Pada saat memulai misi di Sumba, Pater Wolters mempelajari bahasa Loura, yaitu salah satu bahasa lokal di daerah tersebut. Ia dengan cepat menguasai bahasa Loura.
Pater Wolters juga dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul dan cepat beradaptasi dengan masyarakat di tempat misi.
Konon ia juga mengajarkan bahasa Indonseia dan bahasa lokal kepada Pater Piet de Zwart, SVD.
Misionaris yang baru tiba di Sumba itu dibimbing oleh Pastor Wolters dalam kurun antara tahun 1937 sampai dengan 1938.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.