Opini

Opini: Tantangan, Peluang dan Arah Baru Transformasi Sekolah 

Tanpa pemimpin yang visioner, tangguh, dan transformatif, reformasi hanya akan menjadi agenda rutin tanpa arah perubahan yang jelas.

|
Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-DOK PRIBADI HERYON MBUIK
Heryon Bernard Mbuik 

Dalam konteks Indonesia yang plural dan religius, kepemimpinan pendidikan yang hanya mengandalkan kompetensi tanpa integritas spiritual akan kehilangan arah. 

Pemimpin pendidikan sejati adalah penjaga moralitas publik yang menghadirkan nilai-nilai keadilan, kasih, dan keteladanan dalam praksis pendidikan.

Kepemimpinan yang spiritual bukan sekadar etalase religiusitas, melainkan kekuatan moral yang menjiwai setiap aspek pengambilan keputusan dan tata kelola sekolah. 

Ia membentuk budaya organisasi yang anti-manipulasi, bebas dari korupsi, dan menjauhkan pendidikan dari jebakan formalitas tanpa makna. 

Kepemimpinan semacam ini menghadirkan integritas sebagai identitas dan kejujuran sebagai fondasi. 

Sebagaimana dikatakan oleh John C. Maxwell, “Everything rises and falls on leadership.” Artinya, mutu pendidikan tidak akan melampaui mutu karakter pemimpinnya. 

Maka, jika kita sungguh mendambakan pendidikan yang unggul dan memanusiakan, kita harus mulai dari membentuk pemimpin yang unggul secara moral, tangguh secara spiritual, dan berani berdiri tegak di tengah arus kompromi.

Penutup: Menempatkan Kepemimpinan di Jantung Reformasi

Reformasi pendidikan tidak akan pernah berdaya ubah jika hanya disandarkan pada kurikulum baru, regulasi teknokratis, atau infrastruktur fisik semata. 

Reformasi sejati menuntut kepemimpinan yang hidup pemimpin yang memiliki visi jauh ke depan, integritas yang tak tergoyahkan, dan keteguhan hati dalam menghadapi kompleksitas perubahan.

Inilah saatnya negara, gereja, akademisi, masyarakat sipil, sekolah, dan universitas tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi bergandengan tangan membangun ekosistem kepemimpinan pendidikan yang transformatif, berbasis meritokrasi, dan berakar pada nilai-nilai spiritualitas yang autentik.

Karena pada akhirnya, masa depan pendidikan Indonesia tidak akan ditentukan oleh teknologi, algoritma, atau sistem administrasi, melainkan oleh manusia para pemimpin pendidikan yang memimpinnya dengan hati, keberanian moral, dan komitmen untuk melayani. 

Reformasi yang bermakna selalu dimulai dari pemimpin yang bermakna. (*)

Referensi

  1. Kemendikbudristek. (2023). Rapor Pendidikan Indonesia.
  2. World Bank. (2021). Indonesia Education Flagship Report.
  3. Leithwood, K., Harris, A., & Hopkins, D. (2020). Seven Strong Claims About Successful School Leadership.
  4. Suyatno et al. (2022). Cultural-Based Leadership and Its Impact on School Community Engagement.
  5. Maxwell, J.C. (2007). The 21 Irrefutable Laws of Leadership.
  6. UNESCO. (2021). Doctoral Attainment Data.
  7.  City University of New York. (2022). Leadership Training and CUNY  Education Systems.
  8. National Honor Society. (2021). Leadership Development in U.S. Schools.
  9. Darling-Hammond, L. (2017). Empowered Educators: How High-Performing Systems Shape Teaching Quality.
  10. Fullan, M. (2020). The New Meaning of Educational Change.

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved