Opini

Opini: Krisis Batasan Domain Leviathan dan Tuhan

Karena itu, negara harus hadir sebagai Leviathan yang memiliki kekuasaan yang mutlak dan terpusat.

|
Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-FOTO ILUSTRASI BUATAN AI
ILUSTRASI 

Namun, bagi Hobbes, manakala negara tidak dapat menjamin apa yang menjadi tugas utamanya, maka setiap warga masyarakat akan hadir sebagai pemberontak. 

Dengan kata lain, Leviathan dapat mengandung unsur ambivalensi; di satu sisi dapat disematkan untuk negara dan dalam kasus tertentu masyarakat hadir sebagai sosok Leviathan bagi negara. 

Indonesia terindikasi sebagai salah satu praktisi partisipatif konsep Hobbes. Namun, meski negara memiliki kuasa, di lain pihak agama juga memiliki tempat yang strategis. 

Negara memfasilitasi segala aktivitas keagamaan sekaligus mendirikan Departemen Agama. 

Dalam Undang-undang, seperti pasal 28E ayat satu menyatakan bahwa “setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya”; 

Di pasal 29 ayat dua menegaskan, “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya”. 

Penulis melihat ada sikap penerimaan sekaligus kesadaran kolektif masyarakat akan keterlibatan entitas yang disebut Tuhan dalam sejarah perjalanan bangsa ini. 

Karena itu, setiap orang memiliki ruang serta kesempatan memeluk agama tertentu dan mengekspresikan keyakinannya tersebut.

Hubungan Negara dan Agama

Secara harafiah agama berarti tidak pergi/tetap di tempat. Kata agama 
umumnya diartikan sebagai “ketiadaan kekacauan”. 

Artinya, panggilan fundamental orang beragama adalah mengamalkan setiap ajarannya dengan sungguh-sungguh tanpa menciptakan kekacuan dengan pihak lain. Agama selalu diterima dan dialami secara subjektif. 

Friedrich Schleiermacer berpendapat bahwa agama tidak dapat dilacak dari pengetahuan rasional maupun dari tindakan moral. 

Agama berasal dari perasaan ketergantungan mutlak kepada yang tak terhingga (feeling of absolute dependence). 

DNA bawaan agama selalu mendorong orang untuk hidup baik. Kebaikan yang ditawarkan agama merupakan emanasi dan proyeksi kebaikan dari yang transenden. 

Sebaliknya, negara secara definisi berfokus pada urusan-urusan praktis. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved