NTT Terkini
FKUB NTT Bersama Tokoh Agama Katolik dan Protestan di Kupang Sepakati Enam Poin Bangun Harmonisasi
maraknya kesalahpahaman antar umat beragama belakangan ini muncul di ruang publik sebagai dampak dari pesatnya perkembangan teknologi komunikasi.
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Eflin Rote
"Kita sepakat juga untuk menyusun semacam pedoman internal, berkaitan dengan tata krama, etika bermedia sosial supaya bisa di hayati, dilaksanakan untuk pemimpin agama dan jemaat dan umat," ujarnya.
Mgr Hironimus mengimbau, semua orang agar menggunakan media sosial dengan arif dan bijak. Siapapun, agar tidak terprovokasi dengan berbagai klaim-klaim sepihak yang disampaikan, terutama di media sosial.
Sikap bijak adalah kunci utama menanggapi segala sesuatu. Semua orang tidak boleh cenderung mempertahankan kebenaran di ruang publik yang bisa menimbulkan ketegangan.
Sekertaris Majelis Sinode harian GMIT Pdt. Lay Abdi K. Wenyi mengatakan, rapat di FKUB NTT itu dihadiri oleh pemimpin lintas Gereja, dari Protestan dan Katolik. Pembahasan mengenai perdebatan dan percakapan di media sosial yang beredar di media sosial.
"Kita merasa bahwa NTT ini selama ini dikenal Nusa Terindah Toleransi. Tidak mudah merajut itu semua. Sebagai pimpinan agama kita ingin menyelesaikan perdebatan di media sosial. Hari ini orang tidak lagi melihat kebenaran tapi viralitas," katanya.
Dia mengatakan, harusnya teologi hanya menjadi konten yang seringkali tidak membawa orang pada kolaborasi tetapi pada perpecahan. Pertemuan itu diharapkan agar para pemimpin Gereja, dari Katolik dan Protestan agar mengingatkan semua untuk tidak melampaui kepatutan dalam bernarasi, tulisan atau membuat konten.
Terutama, dalam kaitannya dengan narasi atau konten yang menyinggung gereja atau agama lain. Kalaupun ingin melakukan hal itu, maka sebaiknya hanya pada pengajaran internal.
"Prinsipnya kita sepakat, kita tidak mau situasi dimanfaatkan pihak tertentu untuk menciptakan perpecahan di antara kita anak bangsa, Nusa Tenggara Timur dan lebih khusus sebagai tubuh Kristus," ujarnya.
Komitmen bersama itu, kata dia, merupakan seruan moral dan pastoral untuk pimpinan umat dan semua umat. Dengan begitu maka semakin meningkatkan semangat kolaborasi dan kerukunan di NTT.
Pdt Abdi Lay juga berharap adanya etika menggunakan media sosial. Sebaiknya media sosial digunakan untuk hal positif, bukan sebaliknya mengutuk atau mencaci orang lain.
"Mari kita merayakan kebersamaan kita sebagai anak-anak Kristus, yang diberi tanggungjawab bukan hanya perdebatan doktrin, tapi tanggungjawab sosial kita. Mari kita berikan perhatian dan energi besar untuk persoalan kemanusiaan seperti stunting, buruh migran, kemiskinan," ujarnya.
Baginya hal-hal positif atau kolaboratif menjadi lebih penting. Itu akan lebih menolong banyak orang. Dia berkata, agar pembelajaran dari Kristus yang tidak terlalu banyak mempersoalkan doktrin atau dogma, tapi tanggungjawab kemanusiaan sebagai wujud kecintaan terhadap Tuhan. (fan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Aliansi Rakyat Menggugat Desak Kapolda NTT Copot Kapolres Rote Ndao |
![]() |
---|
BERITA POPULER- Dugaan Korupsi di RSUD Ende, Penobatan Raja Amanuban TTS, Kasus Pencabulan di Sarai |
![]() |
---|
Aliansi Rakyat Menggugat Bakal Gelar Aksi Damai Jilid 3 di Polda NTT |
![]() |
---|
Aksi Aliansi Rakyat Menggugat di Depan Mapolda NTT Sampaikan 6 Tuntutan Utama |
![]() |
---|
Pemerintah Resmi Merilis Program Paket Ekonomi 8+4+5, Simak Dampak Positifnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.