NTT Terkini

FKUB NTT Bersama Tokoh Agama Katolik dan Protestan di Kupang Sepakati Enam Poin Bangun Harmonisasi

maraknya kesalahpahaman antar umat beragama belakangan ini muncul di ruang publik sebagai dampak dari pesatnya perkembangan teknologi komunikasi.

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO-DOK.FKUB NTT
Pose bersama pimpinan FKUB NTT bersama para tokoh agama dari Katolik dan Protestan dalam pertemuan untuk memperkuat harmonisasi. 

"Para imam, tidak hanya iman tapi pendeta untuk berdasarkan semangat pembaharuan," katanya. 

Pdt Djaman mengajak, semua pihak terkait agar menanggapi situasi sosial yang belakangan terjadi di media sosial dengan arif dan bijak. Sisi lain, kata dia, dia menyebut banyak pemuka agama juga ikut menyampaikan keyakinan secara vulgar dengan menyinggung umat lainnya. 

"Intinya jangan membalas ujaran kebencian dengan kebencian. Mengeluarkan pernyataan menekankan nilai kasih. Identitas orang Kristen, baik Katolik dan Protestan dikenal sebagai Kasih. Kita melihat Kristus sebagai kepala gereja. Dengan keunikan dan keberagaman. Ini harus diwariskan," ujarnya. 

Terpisah, Uskup Agung Kupang Mgr Hironimus Pakaenoni mengatakan, rapat itu untuk membicarakan dan mencari solusi terkait dengan pewartaan oknum pemuka agama yang belakangan menimbulkan keresahan. 

Menurut Mgr Hironimus, akibat dari pernyataan salah seorang pemuka agama itu cenderung mengklaim kebenaran sepihak di ruang publik. Akibatnya ada pro dan kontra di tengah masyarakat. 

Dia menjelaskan beberapa hal yang dibicarakan dari pertemuan itu adalah rekomendasi agar semua pemuka agama tidak mengeluarkan pernyataan yang merendahkan keyakinan orang lain. 

"Mengedepankan nilai-nilai persaudaraan dan toleransi. Bukan dalam kehidupan sehari-hari tapi juga menggunakan media sosial yang ada," katanya, Kamis (24/7/2025). 

Rekomendasi juga mendorong adanya pertanggungjawaban dari setiap orang yang menggunakan media sosial. Sebab, media sosial ada berbagai orang dengan ragam latar belakang. Tanggungjawab yang dimaksudkan adalah menjaga kerukunan dan kekeluargaan. 

Rekomendasi juga meminta pemuka agama untuk menghindari klaim sepihak di ruang publik. Sebab, kebenaran iman adalah kebenaran yang tidak hanya bersifat rasional tetapi dari berbagai macam aspek. 

"Memang kebenaran menyangkut kebenaran imannya tapi tanpa meremehkan, merendahkan, tanpa klaim kebenaran hanya dari keyakinannya sendiri. Ada istilah, kebenaran yang tercecer," ujarnya. 

Dalam semua keyakinan, masing-masing memiliki kebenaran. Sehingga tidak boleh ada pihak yang mengeklaim secara sepihak.

Mgr Hironimus menyebut rekomendasi lainnya yakni dialog bila ada kesalahpahaman. Rapat yang diadakan FKUB NTT merupakan salah satu langkah untuk mengedepankan dialog.
 
Dialog itu dilakukan karena ada kekeliruan dari pimpinan Gereja. Tugas selanjutnya adalah pimpinan yang lebih tinggi harus memberi teguran bagi orang atau pemimpin yang melakukan tindakan kurang baik. 

"Saya juga sudah memberikan nasihat dan peringatan kepada oknum, orang yang bersangkutan yang memang selama ini aktif di media sosial tentang iman dan sebagainya," ujarnya. 

Rekomendasi berikut adalah pemimpin gereja harus menjadi teladan. Kasus yang belakangan viral dilakukan oleh seorang pemimpin gereja dengan klaim kebenaran. Dia berkata itu tidak pantas dilakukan oleh seorang pemimpin umat atau jemaat. 

Tugas sebagai pemimpin atau gembala harus memberikan teladan yang baik untuk umat atau jemaat. Dalam hal media sosial, teladan juga harus terlihat. 

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved