Opini

Opini: Menolak Diskriminasi dengan Pendidikan Berperspektif Gender

Tindakan kekerasan pun terjadi dalam berbagai cara yang meliputi pelecehan seksual, bullying, hingga berujung pada kematian.

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Gebrile Mikael Mareska Udu. 

Sementara anak perempuan diberikan materi memasak atau menari karena nantinya bisa menjadi ibu rumah tangga.

Perbedaan-perbedaan tersebut berpeluang menciptakan fenomena ketidakadilan gender yang akan berakibat fatal. 

Anak-anak yang merasakan perlakuan yang berbeda di antara mereka yang pada akhirnya membentuk pemahaman mereka akan kedudukan satu sama lain. Perempuan berkedudukan lebih rendah dari laki-laki.

Pendidikan Berperspektif Gender

Diskriminasi terhadap perempuan merupakan konsekuensi gender yang telah
berkembang di rumah dan sekolah. 

Sejatinya ketidakadilan gender bisa berubah menuju keadilan sesuai dengan normatifnya dimana kedua jenis kelamin itu sebagai satu kesatuan sumber daya manusia yang sama. 

Seyogianya perempuan tidak hanya dipandang sebagai isteri/ibu tetapi juga sebagai sumber daya pembangunan. 

Keadilan gender tidak berarti perempuan dan laki-laki harus sama tetapi setidaknya keduanya memiliki akses yang sama untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan termasuk pengambilan keputusan.

Pandangan bahwa perempuan sebagai salah satu sumber daya yang potensial diharapkan dapat mengurangi tindak kekerasan yang banyak terjadi pada perempuan.

Keadilan gender dapat diwujudnyatakan lewat pendidikan baik dalam lingkungan keluarga maupun sekolah. 

Pendidikan berperspektif gender di tengah keluarga diwujudnyatakan lewat tanggung jawab yang sama diberikan kepada anak laki-laki maupun perempuan. 

Pekerjaan yang selama ini dianggap sebagai pekerjaan laki-laki seperti membantu ayah, menyampaikan pendapat sepatutnya diberikan juga kepada anak perempuan.

Sebaliknya, anak laki-laki dibiasakan dengan pekerjaan yang sifatnya domestik seperti menyapu, mencuci dan memasak. 

Tidak adanya perbedaan perlakuan oleh orang tua, akan membuat anak-anak lebih bertanggung jawab kepada dirinya dan orang lain. 

Dengan begitu kecenderungan untuk melakukan kekerasan terhadap satu sama lain bisa diminimalisasi. Masing-masing pribadi memiliki kesadaran bahwa semua orang menempati posisi yang sama dan saling melengkapi.

Pendidikan berperspektif gender juga bisa dilakukan di lingkungan sekolah. Para guru kiranya tidak menciptakan perlakuan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. 

Tidak boleh ada pertimbangan mana yang pantas dilakukan oleh laki-laki dan mana yang perempuan. 

Para guru hendaknya dengan bijaksana tidak terpaku dengan anjuran kurikulum yang terkadang memisahkan peran laki-laki dan perempuan. 

Para guru sekiranya membuka ruang seluas-luasnya kepada setiap pribadi. (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved