Kapolres Ngada Cabuli Anak
Ketua LPA NTT dan Pendamping Korban Kasus Eks Kapolres Ngada Ungkap Kondisi Korban
Lalu W juga ketika kami mendampingi, waktu ketemu dia juga masih sangat ketakutan dan minder, tidak mau bicara, masih malu.
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Oby Lewanmeru
P : Jadi yang saya katakan tadi, bekal dari pengalaman pendampingan itu akhirnya kita tahu bahwa kalau berinteraksi dengan anak korban apalagi usia I yang lima tahun tentu kita mesti pakai pendekatan seperti jadi teman buat dia jadi bagaimana dia berinteraksi dengan kita, cara dia berbicara seperti apa itu harus kita sesuaikan, sikap kita, gestur tubuh kita berbicara dengan dia, karena dia masih anak kita misalnya harus tunduk tidak boleh berdiri ketika berkomunikasi dengan dia, harus sama, setara dan sejajar. Kita berbicara juga seperti teman buat dia jadi memang kalau untuk dia mengingat kejadian atau tidak memang paling banyak digali itu untuk diambil keterangan di kepolisian.
Didampingi?
P : Kita dampingi. Memang ada satu kali I dan orang tuanya diminta datang ke Polda, ke PPA untuk diambil keterangannya karena ada petunjuk dari jaksa. Nah kita dampingi terus memang di momen itu agak susah karena peristiwanya sudah agak lama di Juni 2024 kemudian masih ditanya lagi di tahun 2025. Memang dia agak lupa, nah tantangannya di situ bagaimana kita sebagai pendamping itu berkomunikasi dengan dia via orang tuanya, memancing dia supaya dia ingat lagi kejadiannya seperti apa, walaupun itu kita juga agak dilema karena kalau kita kembali mendorong korban untuk mengingat kembali atau menceritakan, di satu sisi itu bisa membuat dia trauma kembali. Tapi kita juga mengikuti proses hukum yang ada, memang karena mau dicari tahu perbuatan dari si pelaku ini apa, apa yang dialami sebagai korban, kita berusaha sebisa mungkin apa yang dia ingat itu yang disampaikan. Kalau memang tidak bisa kita juga tidak memaksakan dia harus sedetail mungkin menceritakan apa yang dialami karena mempertimbangkan traumatis bagi dia dan sebagainya.
Menurut orang tuanya, trauma apa yang dia tunjukkan dalam keseharian?
P : Salah satunya yang disampaikan mama Tori tadi, dia sangat takut kalau melihat ada laki-laki dewasa berbaju coklat dengan perawakan gagah, pokoknya melihat bayangan-bayangan seperti polisi dia seperti terdiam, berlari ke kamarnya dan kemudian cerita ke mamanya, meringkuk dibalik orang tuanya kalau melihat ada sosok-sosok yang membuat dia trauma.
M dan W siapa pendampingnya?
P : Kita juga, LBH APIK termasuk mama Tori juga bagian dari tim kuasa hukum, jadi kita di tim pendamping yang mendapatkan kuasa dari orang tua, tiga orang korban itu ada sepuluh orang (pendamping).
Sekarang mereka ditangani oleh siapa? LBH APIK di Rumah Harapan GMIT atau di Dinas P3AP2KB?
P : Tiga orang korban ini, kalau korban berusia lima tahun, (I) dia memang bersama dengan orang tuanya. Support system dari keluarganya juga sangat mendukung sekali jadi dalam proses ini dia di-backup penuh oleh keluarganya.
Kalau korban W(13) ini dia di Rumah Harapan salah satu shelter. M juga di shelter.
Kebutuhan mereka terlayani dengan baik?
V : Karena memang di shelter yang berbeda, W di salah satu shelter lain itu terpenuhi dari sisi psikologinya ada Psikolog, kemudian mereka juga melakukan pemeriksaan rutin di rumah sakit, layanan rohani juga didapatkan, kemudian pendampingan hukum sebagaimana yang selama ini memang dilakukan, untuk makan minum, sesuai dengan apa yang tersedia di shelter sedangkan di shelter lain, itu beberapa aspek terpenuhi tapi harus lebih ditingkatkan lagi karena misalnya untuk konseling, dampingan oleh Psikolog perlu ditingkatkan lagi. Informasi yang kami dapatkan bahwa masih minim. Dia butuh untuk didampingi secara psikologis. Kenapa tidak digabungkan? Karena memang kebutuhannya tentu berbeda. Setiap orang punya karakter berbeda, dibesarkan dalam lingkungan kekerasan, itu mereka terpaksa harus menjadi korban seperti itu sehingga mereka ada juga yang mau privasi, sementara di rumah aman itu ada banyak anak dan kita juga di satu sisi harus memahami latar belakang dia jadi jangan sampai kita mempersalahkan dia lagi. (uzu)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.