Opini
Opini: Cegah Korupsi Sejak Dini, Mulai dari Sekolah Dasar
Pemberantasan korupsi tidak cukup dilakukan lewat hukuman. Ia harus dicegah melalui pendidikan karakter yang dimulai sejak dini.
Pendidikan karakter tidak akan berhasil tanpa keteladanan. Di sinilah guru memainkan peran sentral. Mereka bukan sekadar pengajar, tetapi pembentuk peradaban.
Ketika guru mengajarkan kejujuran, tapi memalsukan data rapor; ketika sekolah bicara karakter, tapi memberi ruang untuk mencontek saat ujian apa yang sesungguhnya sedang ditanamkan?
Sekolah harus menjadi miniatur masyarakat jujur. Tata tertib, pembelajaran, hingga interaksi antarwarga sekolah harus menjadi sarana pembiasaan nilai-nilai anti korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) telah mengembangkan sembilan nilai anti korupsi, seperti jujur, tanggung jawab, disiplin, dan sederhana. Sayangnya, belum banyak sekolah yang menjadikannya sebagai budaya hidup sehari-hari.
Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang KPK menyebutkan pentingnya pendidikan anti korupsi di semua jenjang. Namun, implementasi di sekolah dasar masih minim, sporadis, dan belum sistematis.
Padahal, anak usia SD adalah fase emas masa di mana nilai dan karakter lebih mudah dibentuk daripada diubah.
Bayangkan jika setiap siswa SD di NTT terbiasa berkata “tidak” pada kecurangan, terbiasa membela yang benar meski sendiri, dan terbiasa jujur meski itu membuatnya tidak populer.
Dua puluh tahun dari sekarang, mereka akan menjadi pemimpin yang tak mudah dibeli, birokrat yang menolak korupsi berjubah aturan, dan warga negara yang menjaga integritas meski tak ada kamera yang merekam.
Korupsi bukan sekadar kejahatan, ia adalah kegagalan dalam membentuk manusia yang punya nurani. Dan jika itu akar persoalannya, maka penyembuhannya harus dimulai dari sekolah tempat nilai ditanam sebelum ambisi tumbuh.
Kita boleh membangun gedung pengadilan, memperkuat lembaga hukum, atau menggandakan anggaran pengawasan. Tapi jika anak-anak kita tumbuh tanpa karakter, korupsi akan selalu menemukan jalan pulangnya.
Sekolah adalah ladang strategis, tempat menabur kejujuran sebelum tipu daya merajalela. Dan pendidikan dasar bukan tahap awal, tapi fondasi yang menentukan arah.
Maka, siapa pun yang peduli pada masa depan Indonesia, harus menjadikan pendidikan karakter anti korupsi sebagai prioritas bukan pelengkap. Karena di sanalah, pertarungan masa depan sedang dimulai: antara integritas dan pembiaran.
Karena itu, mari kita mulai dari tempat yang sering terlupakan: ruang-ruang kecil di pelosok sekolah dasar. Di sana, benih perubahan sejati bisa ditanam sebelum korupsi tumbuh menjadi budaya.
Mencegah lebih dari sekadar menghukum; membentuk karakter jujur sejak dini jauh lebih murah, lebih mendalam, dan lebih menyelamatkan masa depan bangsa dibanding terus-menerus menambal kebobrokan yang sudah terlanjur mapan. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.