Liputan Khusus

LIPSUS : Kota Kupang Berpotensi Tsunami Harus Ada Mitigasi yang Bagus

Universitas Nusa Cendana (Undana) menggelar kuliah umum internasional bertema “Kesiapan Kupang dalam Menghadapi Gempa Bumi dan Tsunami”.

|
Penulis: Ray Rebon | Editor: OMDSMY Novemy Leo
POS-KUPANG.COM/RAY REBON
Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang menggelar kuliah umum bertema "Antisipasi Gerakan Intoleransi dan Radikalisme dalam Lingkungan Kampus di Wilayah Kota Kupang", pada Senin 23 Juni 2025, bertempat di lantai 3 Gedung Rektorat Undana. 

Kuliah umum ini menjadi wadah penting bagi mahasiswa Undana untuk memperdalam pemahaman tentang geologi Pulau Timor, potensi sumber daya alam, dan pentingnya kesiapsiagaan bencana di wilayah yang rentan secara geologis.

Terangkat 5 Milimter

Dalam rangkaian kuliah umum internasional tersebut tiga mahasiswa geologi dari Brigham Young University (BYU), yaitu Logan Peatross, Megan Flexhaug, dan Macy Lym, memaparkan hasil penelitian mereka terkait geologi Pulau Timor.

Macy Lym dalam presentasi berjudul “Pemetaan Teras Karang dan Tingkat Pengangkatan Pulau Timor” menuturkan, hal itu dilakukan untuk mengukur tingkat pengangkatan dan potensi gempa bumi. 

Ia menjelaskan bahwa Timor, yang dihuni sekitar 3,4 juta orang, rentan terhadap gempa bumi dan tsunami akibat lokasinya di dekat zona subduksi lempeng Australia. 

“Kami memetakan tingkat pengangkatan di sepanjang garis pantai Timor. Ada pola pengangkatan yang bervariasi, dengan beberapa area lebih tinggi dan lainnya lebih rendah, membentuk struktur seperti sinklin dan antiklin,” ujar Macy.

Ia juga menunjukkan peta geologi yang menggambarkan teras karang dan profil elevasi, yang mengindikasikan pengangkatan tambahan di beberapa area akibat aktivitas tektonik. 

Penelitian ini memungkinkan prediksi tentang bagaimana pulau-pulau kecil di sekitar Timor akan berkembang di masa depan, serupa dengan Pulau Timor dua juta tahun lalu. 

Baca juga: Heboh, Kepala BMKG Ingatkan Ancaman Tsunami di Wilayah ini Saat Arus Mudik Lebaran 2025

“Data ini menegaskan bahwa aktivitas pengangkatan di Timor masih aktif, sehingga risiko gempa bumi sangat mungkin terjadi,” tambahnya.

Sementara mahasiswa lainnya, Logan Peatross membawakan materi tentang “Analisis Linimen dan Tektonik Pulau Timor menjelaskan, analisis linimen (garis-garis geologis) di Pulau Timor menggunakan model elevasi digital melalui program TextDEM berbasis Matlab. 

Ia menjelaskan, linimen ini berkorelasi dengan titik-titik perubahan elevasi mendadak (nick points) seperti air terjun, yang mengindikasikan tingkat pengangkatan tektonik yang tinggi. 

“Kami menemukan bahwa linimen ini kemungkinan besar terkait dengan teras laut yang terangkat atau patahan akibat deformasi kontraksional,” ujar Logan. 

Ia juga membandingkan data linimen dengan solusi bidang patahan dari gempa bumi sebelumnya, yang menunjukkan patahan dorong yang mengarah ke utara. Logan mencatat tingkat pengangkatan rata-rata sekitar 5 mm per tahun, meskipun ada variasi akibat deformasi lempeng.

Ia juga menyoroti anomali batimetri di Selat Jawa, yang kemungkinan disebabkan oleh subduksi gunung laut, memengaruhi pembentukan pegunungan dan linimen di Timor.

Megan Flexhaug yang juga membawakan materi tentang “Studi Teras Karang di Timor Timur” menjelaskan, tingkat pengangkatan dan prediksinya untuk masa depan. 

Baca juga: Heboh, Kepala BMKG Ingatkan Ancaman Tsunami di Wilayah ini Saat Arus Mudik Lebaran 2025

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved