Opini
Opini: Membangun Narasi Kritis Mahasiswa Flores
Kampus seharusnya menjadi ruang intelektual yang membuka ruang bagi perdebatan konstruktif, bukan tempat yang hanya menerima pengetahuan.
Dalam kerangka ini, mahasiswa berfungsi sebagai agen intelektual yang mempertanyakan praktik-praktik yang merugikan dan mencari solusi alternatif yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan.
Kedua, mahasiswa sebagai agen perubahan dalam perlawanan epistemik. Sebagai agen perubahan, mahasiswa memiliki peran penting dalam melawan "feodalisme kognitif" yang terjadi dalam tiga ranah utama: akademik, politik, dan psikologis.
Feodalisme Akademik: mahasiswa dapat melawan struktur birokratis yang otoriter dan steril dengan memperjuangkan ruang diskursus yang lebih bebas dan kritis di kampus.
Mereka harus mampu menggunakan pengetahuan kritis untuk mendorong adanya penelitian dan diskusi yang mengkritisi kebijakan-kebijakan pembangunan yang tidak ramah lingkungan dan merugikan masyarakat.
Kampus seharusnya menjadi ruang intelektual yang membuka ruang bagi perdebatan konstruktif, bukan tempat yang hanya menerima pengetahuan dari otoritas tanpa pertanyaan kritis.
Feodalisme Politik: Mahasiswa juga berperan dalam melawan bentuk kekuasaan politik yang tidak transparan dan menganut kediktatoran dalam pengelolaan sumber daya alam.
Dalam konteks eksploitasi geothermal di Flores, mahasiswa harus memperjuangkan hak-hak masyarakat lokal, terutama masyarakat adat, yang sering kali tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Mereka dapat berperan dalam memperjuangkan keadilan sosial dan keberlanjutan ekologis dalam kebijakan publik.
Feodalisme Psikologis: Pada ranah psikologis, mahasiswa perlu mengingatkan diri dan orang lain untuk tidak terjebak dalam pola pikir sektarian atau keserakahan individu yang mengabaikan rasionalitas dan nalar.
Dalam menghadapi polarisasi sosial dan ketegangan emosional, mahasiswa diharapkan dapat menjaga akal sehat sebagai pedoman dalam berpikir dan bertindak. Selain itu, mahsiswa harus membangun Narasi Kritis.
Mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk membangun narasi kritis terhadap proyek geothermal yang sedang berkembang di Flores.
Mereka harus melakukan riset yang komprehensif untuk memahami potensi dampak jangka panjang terhadap lingkungan, seperti kerusakan ekosistem, penurunan kualitas air, dan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat setempat.
Selain itu, mereka perlu mengajukan solusi yang lebih berkeadilan, seperti
mendorong model pembangunan yang mempertimbangkan keberlanjutan ekologis dan hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan sumber daya alam. Gunakan akal sehat sebagai alat bentuk perlawanan.
Akal sehat harus dipahami sebagai senjata utama untuk melawan ketidakadilan. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi suara alternatif di tengah kebisingan politik dan retorika yang sering kali dangkal dengan berpikir kritis dan rasional mengenai dampak eksploitasi geothermal.
Melalui pendekatan yang berbasis pada akal sehat, mahasiswa dapat menyuarakan isu-isu yang sering terabaikan, seperti kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam yang tidak bertanggung jawab.
Epilog
Mahasiswa dengan kapasitas intelektual yang mereka miliki, mempunyai potensi untuk menjadi agen perubahan dalam menangani masalah yang terjadi di Flores, khususnya terkait dengan eksploitasi panas bumi.
Sebagai subjek epistemik, mereka tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga mampu mengkritisi dan menganalisis dampak-dampak yang ditimbulkan oleh eksploitasi geothermal terhadap masyarakat dan lingkungan.
Selain itu, mereka harus aktif membangun narasi tandingan yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan, serta berani mengkritik kebijakan yang ada demi mewujudkan pembangunan yang lebih berpihak pada masyarakat lokal dan lingkungan.
Akal sehat, sebagai alat perlawanan epistemik, menjadi kunci dalam perjuangan ini, memastikan bahwa perubahan yang dihasilkan dapat menciptakan keadilan sosial dan keberlanjutan ekologis di Flores. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.