Opini
Opini: Spiral Kekerasan dalam Peradaban
Kedua undang-undang dikeluarkan dalam tempo yang sama, menunjukkan keterkaitan erat antara tanah dan produksi.
Tanpa keinginan untuk melampaui garis ideologi dan bertemu dalam konteks ruang waktu saat ini, amat tidak mungkin spiral kekerasan ini bisa diurai oleh para pihak yang bertikai.
Neraka di Bumi
Jika elemen koersif oleh masing-masing pihak hanya didasarkan pada hukum positif atau hukum adat, dan diterapkkan secara absolut, tanpa mampu mendengar suara yang lain, maka hak (right) dan kuasa menjadi satu. Dalam tafsir ini ruang hidup bagi yang lain atau liyan (the others) tidak ada.
Dengan sendirinya logika perang menjadi elemen dominan, dan spiral kekerasan tidak mungkin dihindari.
Konsep "neraka di Bumi" di Timur Tengah yang disebut Donald Trump, adalah bentuk dari kebuntuan berpikir dalam konflik tanah.
Untuk menghindari kebuntuan semacam ini, upaya membuka sekian lapisan kisah narasi sejarah, dengan membedakan antara res gestae, dan (historia) rerum gestarum (Trouillot, 1995) dalam sekian elemen sosial perlu dilakukan untuk melihat perbedaan mendasar di tingkat epistemologi, maupun ontologi. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari tragedi.
Negara (staat) adalah bagian dari institusi modern yang diperkenalkan di Indonesia di paruh kedua abad ke-18. Hukum positif hanya mencatat kebiasaan yang diwariskan sejak era (negara) kolonial.
Sedangkan pengakuan terhadap hukum adat maupun masyarakat hukum adat, juga masih amat terbatas. Bagi kaum ulayat pengetahuan diwariskan lewat tutur lisan dan ritus adat.
Sejarah mereka tidak dikenal dalam hukum positif negara. Dalam pandangan yang lain, modernitas/kolonialitas ada dalam satu keping yang sama. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.