Warung Makan di Flores Timur Dilarang Terima Daging Babi

Serangan virus mematikan African Swine Faver (ASF) atau demam babi afrika mengancam populasi ternak babi di Kabupaten Flores Timur (Flotim).

POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
Seekor ternak babi milik warga di Flores Timur, NTT. Disbunter Flores Timur melaporkan puluhan ternak mati, salah satu sampe darah dinyatakan positif virus ASF. 

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA -- Serangan virus mematikan African Swine Faver (ASF) atau demam babi afrika mengancam populasi ternak babi di Kabupaten Flores Timur (Flotim).

Sebanyak 46 ternak babi mati dan warung makan dilarang menerima daging babi untuk diolah.

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunter) Flotim mengatakan, ada laporan terdapat 46 ekor ternak babi milik warga mati sejak awal bulan Februari hingga Maret 2025.

 "Sejak Februari sampai dengan sekarang sudah 46 ekor. Sudah ada satu sampel yang dinyatakan positif ASF," ujar Vian Tokan, Kamis (6/3) siang.

Baca juga: Isolasi, Karantina dan Biosecurity Kandang Kunci Tangkal ASF 

Sebaran terbanyak, beber Vian, berasal dari Kelurahan Sarotari dan Puken Tobi Wangibao, Kecamatan Larantuka. Ancaman virus yang berpotensi mematikan usaha peternak ini wajib diantisipasi sesegera mungkin. 

Penyebaran ternak perlu pembatasan ketat demi memutus penularan virus yang dulu sempat membubuh puluhan ribu babi. Saat itu total kerugian mencapai miliaran rupiah. Vian menyebutkan, baru-baru ini ada satu dari dua sampel darah babi positif ASF. 

Seekor ternak babi milik warga di Flores Timur, NTT. Disbunter Flores Timur melaporkan puluhan ternak mati, salah satu sampe darah dinyatakan positif virus ASF.
Seekor ternak babi milik warga di Flores Timur, NTT. Disbunter Flores Timur melaporkan puluhan ternak mati, salah satu sampe darah dinyatakan positif virus ASF. (POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN)

Sampel itu diuji di Laboratorium Veteriner di Kabupaten Sikka. Kasus ASF ini adalah yang pertama di awal tahun 2025. Sampel darah itu berasal dari Kelurahan Sarotari, Kecamatan Larantuka. 

Dia mengingatkan warga peternak untuk meningkatkan kewaspadaan. Bahkan warga juga diingatkan untuk tidak menyembelih babi yang sakit untuk dikonsumsi. Sebab, jelas Vian, penyebarannya ke ternak akan semakin cepat.

"Penyebaran (semakin) cepat kalau babi sakit dipotong utuk dikonsumsi. ASF ini sulit diatasi karena belum ada obat dan vaksin.Kemarin kami sudah ketemu para penjajal seluruh Kota Larantuka, dan sudah disepakati untuk tidak ada pemotongan atau penjualan daging babi," kata Vian.

Baca juga: Virus ASF Merebak di Flores Timur, Peternak Babi Mulai Resah

Vian juga sudah bertemu dengan pemilik warung dan meminta mereka untuk sementara agar tidak menerima atau membeli daging babi.

Pemilik warung akan diundang lagi untuk hadir dalam diskusi yang digelar beberapa hari ke depan.

"Ada warung-warung yang kami sudah datangi, sementara ini jangan jual menu daging babi dulu. Satu dua hari kita undang mereka," ujar Vian.

Ternak babi milik warga Kabupaten Nagekeo, Provinsi NTT.
Ternak babi milik warga Kabupaten Nagekeo, Provinsi NTT. (POS-KUPANG.COM/HO.ISTIMEWA)

Setelah dua minggu, pemeriksaan terhadap babi diperketat. Petugas akan memeriksa babi sebelum dan sesudah disembelih.

Dia menyebut selama ini pemeriksaan ternak terus berjalan, namun beberapa kecolongan. Warga tahu dan mau memotong hewan tanpa pemeriksaan.

Baca juga: Cara Pemkab Sikka NTT Cegah Penyebaran Virus ASF pada Ternak Babi

"Nanti diperiksa, sebelum potong maupun setelah potong. Kalau dinyatakan aman dan layak, baru bisa diedarkan," ucapnya.  Menurut Vian, pihaknya terus mengedukasi masyarakat peternak demi meningkatkan kesadaran dalam menangani ASF.  cr6)

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved