Opini

Opini: Membangun Relasi Harmonis Sekolah dan Komite

Relasi yang harmonis dapat tercipta ketika setiap pihak tidak memaksakan kehendak dan pendapatnya sebagai yang paling benar. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Adrianus Ngongo 

Ketiga, pakar pendidikan (pensiunan tenaga pendidik dan atau orang yang memiliki pengalaman di bidang Pendidikan) juga paling banyak 30 persen. Persentase 100  disesuaikan dengan kondisi sekolah setempat.

Lima Sumber Konflik

Relasi Sekolah dan Komite Sekolah dapat saja terganggu. Zebua (2024) menyebutkan ada lima faktor pemicu konflik yang terjadi antara sekolah dan komite sekolah. Pertama, kepribadian.

Beragamnya manusia yang tergabung di sekolah dengan beragam kepribadian tentu saja dapat memicu terjadinya konflik. Reaksi dan respon tipe orang introvert tentu berbeda dengan yang ekstrovert.

Perbedaan ini dapat saja menjadi pemicu konflik antar pihak. Kedua, kebijakan. 

Kebijakan yang dilahirkan di sekolah dapat saja memicu terjadinya konflik. Kebijakan yang tidak mengakomodasi kepentingan anak didik dan seluruh komponen sekolah adalah salah satu sumber konflik yang memecah persatuan dan persaudaraan. 

Contohnya kebijakan yang menganakemaskan guru tertentu akan memicu kecemburuan dan kemarahan dari guru yang lain. 

Guru baru dengan status honorer dan mendapatkan imbalan finansial yang lebih besar dibandingkan guru senior adalah contoh praktis kebijakan yang salah arah.

Ketiga, konflik kepentingan. Sekolah-sekolah besar dengan jumlah guru/pegawai ratusan dan anak didik ribuan, rawan dengan kejadian konflik kepentingan. 

Perebutan jabatan, jam mengajar, tunjangan dan proyek di sekolah menjadi menu harian yang menciptakan situasi yang tidak kondusif.

Saat ini, eskalasi konflik yang meningkat biasanya dipicu oleh masalah kepentingan. Sebuah persoalan yang sederhana dapat menjadi sangat rawan karena diboncengi kepentingan pihak tertentu.

Keempat, komunikasi. Komunikasi adalah salah satu kunci untuk memastikan adanya pemahaman yang sama atas sebuah kebijakan atau kegiatan. 

Mandegnya komunikasi dapat berakibat pada lahirnya salah paham atas kebijakan dan kegiatan yang dilakukan. 

Pertemuan-pertemuan kecil di ruang-ruang sempit oleh segelintir orang adalah tanda ada jalur komunikasi yang tidak terakomodasi.

Isu-isu liar yang tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya yang ditiupkan ke khalayak adalah tanda lain tentang komunikasi yang bermasalah.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved