Opini
Opini: Filsafat Cinta bagi Generasi Milenial
Ia tidak terikat oleh sekat ruang dan waktu, melainkan hadir sebagai kekuatan yang mendorong manusia untuk terus mencari, mengenal, dan memahami.
Sebagaimana istana yang gerbangnya terbuka tanpa penjaga, cinta yang tidak dijaga dengan kebijaksanaan akan menjadi ruang yang rentan terhadap disorientasi moral.
Apakah keterbukaan itu terjadi karena ketidaksadaran, ataukah para penjaga nilai telah terlelap dalam kelalaian?
Pertanyaan ini patut direnungkan oleh mereka yang mengarungi kehidupan remaja dengan sikap permisif.
Ketika norma-norma etika mulai terkikis dan nilai-nilai luhur terabaikan, cinta yang seharusnya menjadi sumber ketentraman berubah menjadi arena kesesatan eksistensial.
Fenomena kohabitasi atau yang lebih dikenal sebagai kumpul kebo; merupakan cerminan dari distorsi dalam memahami makna cinta.
Dalam banyak kasus, kohabitasi bukanlah ekspresi cinta sejati, melainkan manifestasi keterikatan yang rapuh dan berbasis pada kepuasan sesaat.
Keintiman yang semestinya melambangkan kesucian dan komitmen justru direduksi menjadi sekadar pemenuhan kebutuhan biologis yang mengabaikan konsekuensi jangka panjang.
Kehidupan tanpa ikatan sah tidak hanya bertentangan dengan norma agama dan budaya, tetapi juga berpotensi mengganggu keteraturan sosial yang telah terbentuk selama berabad-abad.
Di era milenial ini, akselerasi teknologi semakin mempercepat transformasi nilai dan pola pikir.
Akses informasi yang begitu luas, jika tidak disikapi dengan kehati-hatian, dapat menjadi pedang bermata dua: menghadirkan pencerahan atau justru menjerumuskan dalam degradasi moral.
Banyak remaja yang tanpa disadari menjadi objek eksploitasi media, terperangkap dalam konten-konten destruktif yang mereduksi daya kritis dan spiritualitas mereka.
Kemampuan untuk memilah dan menganalisis informasi menjadi kunci dalam menghadapi dinamika ini.
Sayangnya, banyak remaja yang belum memiliki kecakapan epistemik yang cukup untuk membedakan antara yang bernilai dan yang merusak.
Kecenderungan untuk meniru tanpa refleksi kritis menyebabkan pergeseran nilai yang mendistorsi esensi cinta dan relasi.
Akibatnya, banyak yang terjerumus dalam pola perilaku yang bertentangan dengan prinsip moral dan etika kehidupan.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.