Opini
Opini - Mendorong Yang Muda Bertahan di Pertanian
Kaum muda menjadi potensi pembangunan NTT jika memperoleh pendidikan dan pelatihan yang baik.
Misalnya Kabupaten TTU, Ngada dan Manggarai focus bidang peternakan sapi perah atau budidaya ayam petelur dan pertanian wortel. Kentang atau jagung, Kabupaten Ende dan Sikka focus bidang perikanan dan pengolahan hasil laut.
Kabupaten Kupang dan Kabupaten Manggarai Barat fokus untuk distribusi hasil peternakan dan pertanian. Kabupaten Nagekeo fokus pada pertanian dan garam laut, beberapa kabupaten Sumba fokus pada peternakan babi karena pasarnya sudah tersedia.
Pemda harus membagi wilayah kabupaten berdasarkan cluster pengembangan pertanian sehingga tidak ada rebutan pasar lokal.
Pemerintah harus memfasilitasi anak muda dengan mengirimkan mereka untuk training di beberapa perusahaan di pulau Jawa sesuai bidang yang akan dikembangkan guna menambah pengalaman bidang yang akan ditekuni, managerial, profesionalisme dan leadership.
Pemda perlu bekerja sama dengan perusahaaan yang bergerak di bidang pertanian diluar NTT sebagai “kakak asuh”.
Baca juga: Opini Arnoldus Wea: Yang Muda, Yang Usaha Informal
Pembanguan pertanian yang sukses oleh anak muda beberapa tahun ke depan mampu mengisi kebutuhan program makan siang gratis dari pemerintah pusat seperti susu, sayuran, telur dan daging ayam.
Untuk kebutuhan susu sesuai arahan dari Kepala Badan Gizi Nasional Danan Hindayana dalam suatu acara peresmian peternakan sapi perah di pasuruan, Jawa Timur pertengahan Desember lalu bahwa susu, telur, daging ayam akan menjadi bagian dari makan bergizi gratis dengan kebutuhan susu 125 ml per hari per anak dan ibu hamil , dalam skala nasional kita membutuhkan 10 juta liter per hari.
Bantuan dana atau fasilitas dari pemerintah daerah untuk pembangunan pertanian dan peternakan/ perikanan tidak fokus diberikan kepada siapa dan masih menggunakan pola pola distribusi yang lama yang penuh eforia dan simbolis sehingga yang menerima bantuan adalah orang dengan usia tua yang secara umur sudah tidak produktif.
Orang muda hanya sebagai penonton dan menjadi perantau dengan bekerja di Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan, dan buruh non skill di beberapa kota di Indonesia.
Perlu badan khusus/Lembaga teknis di tingkat propinsi di bawah gubernur untuk mengatur dan mengelola anak muda untuk fokus terjun ke bidang pertanian, peternakan dan perikanan.
Badan/Lembaga ini dikelola oleh anak anak muda sukses di bidang pertanian sebagai penggerak menuju Milenial NTT cinta pertanian. Anak muda NTT akan lebih memahami dan menerima apabila dipengaruhi oleh sesama anak muda.
Baca juga: Yayasan Arnoldus Wea Serahkan Sapi Kurban Idul Adha di Masjid Besar An Nur Aimere Ngada
Badan ini yang akan berkoordinasi dengan dinas pertanian / perikanan untuk support kegiatan anak muda di daerah seperti urusan bibit, vaksinasi, pakan, dan fasilitas lainnya.
Seluruh upaya untuk mendorong anak muda bertahan di sektor pertanian sebaiknya dilakukan secara terintegrasi dari sisi produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran.
Pengalaman di masa lalu, pendekatan di sisi produksi dengan memberikan bantuan modal, bibit atau ternak tidak berkelanjutan karena sisi pemasaran diabaikan.
Setelah kambing atau babi berkembang, penerima kebingungan dengan proses pemasaran. Pendekatan terintegrasi menurunkan biaya-biaya tidak perlu yang harus dikeluarkan petani.
Akhirnya, rasio manusia selalu memilih hal yang memberi keuntungan. Sejauh sektor pertanian memberi pendapatan tinggi, anak-anak muda akan tetap bertahan dan bahkan kembali tertarik bekerja di sektor ini. Karena itu, berbagai kebijakan selayaknya ditujukan untuk meningkatakan produktivitas dan nilai tambah pertanian. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.