Opini
Opini: Yang Hilang dari Kesadaran Bangsa Ini
Abad ini ditandai gelombang globalisasi yang membawa masuk ideologinya ke dalam ruang tak sadar manusia dewasa ini yakni ideologi konsumerisme.
Dari segi pembangunan, negara ini masih tertatih untuk menyesuaikan dengan permainan ekonomi dunia.
Ketergantungan terhadap mata uang asing membuat negara ini tidak bisa berbuat banyak untuk menjangkau gaya pembangunan modern. Kita linglung untuk menentukan model apa yang cocok bagi bangsa ini.
Akhirnya dengan serampangan mulai membentuk kebijakan yang justru semakin merusak tatanan alam.
Data kerusakan alam yang dipublikasi setiap akhir tahun oleh Badan Konsorsium Pembaharuan Agraria menunjukan tahun 2023 kerusakan alam mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Hal itu terjadi demi satu tujuan: peningkatan ekonomi.
Akibatnya, masyarakat adat jadi korban, keanekaragaman hayati terancam punah. Keterbatasannya adalah, kita belum memiliki kemampuan yang luas untuk mengolah sumber daya alam kita dengan lebih baik. Akibat dari keterbatasan pengetahuan dan pengaruh globalisasi pasar, kita akhirnya mengalami lompatan.
Lompatan Imajinasi
Negara ini terpaksa untuk menciptakan penyesuaian dengan perkembangan teknologi sambil tertatih-tatih untuk membentuk model pendidikan masyarakat kita. Di mana letak lompatannya?
Mari kita lihat. Manusia modern yang mendiami negara Indonesia ini sebagian besar tidak sempat mengalami bagaimana mengirim surat menggunakan burung merpati seperti dilakukan oleh bangsa-bangsa besar seperti Mesir Kuno dan Romawi Kuno. Juga tidak sempat mengalami apa itu telepon rumah.
Dua hal itu tidak digapai oleh imajinasi masyarakat kita. Lalu tetiba kita dihadapkan pada sebuah benda digenggaman tangan kita dengan segala macam fitur-fitur yang sepenuhnya mengeksploitasi hasrat manusia lalu diam-diam masyarakat kita mengalami apa yang disebut Jean-Luc Marion sebagai suatu bedazzlement atau keterpukauan.
“Situasi keterpukauan ini menunjukan bahwa persepsi kita berada dalam kondisi mengalami tanpa mampu merumuskan atau menggambarkan secara logis apa yang sedang terjadi”.
Kita terpukau dengan berbagai tawaran dan iklan yang muncul di layar gawai kita, tetapi kita tidak menyadari bahwa yang muncul itu segera berlalu tanpa kita sempat memahami maksudnya.
Akhirnya atas rasa keterpukauan itu, nalar masyarakat kita dituntun oleh satu arus kuat yang mengguncang dalam alam bawah sadar kita yakni Konsumerisme.
Sebagaimana diungkapkan oleh Karlina Supeli, nalar kita tidak dididik untuk melihat apa yang hilang dari keseharian kita, melainkan nalar kita dididik untuk mengikuti pola yang ditentukan oleh korporasi dan ekonomi yang mencengkram kesadaran kita sehingga apa yang tampak demokratis ternyata hanyalah kebebasan yang batas-batasnya ditentukan oleh pasar.
Yang Hilang dari Kesadaran Kita
Persoalan besar yang seiring dengan narasi globalisasi telah menjadi satu budaya baru yang menuntut kesiapan kita. Sejauh mana itu terjadi? pengaruh pasar merangsek masuk ke dalam sistem politik kita. Para elit politik tidak lagi bekerja untuk masyarakat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.