Opini

Opini: Pragmatisme dan Peradaban Politik Tanah Air

Politik lokal mesti memiliki kiblat yang jelas, karena jika tidak, pertarungan politik lokal hanya sebagai ajang perebutan kekuasaan belaka.

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Yantho Bambang 

Upaya sederhana yang mungkin penting untuk dilakukankan saat ini adalah dengan mengawal bersama jalannya proses pertarungan pilkada yang akan datang.

Ini terlihat sederhana namun memiki implikasi dan kontribusi yang besar terhadap proses pendewasan dan peradaban politik kita.

Namun selain itu, untuk mencegah dan melampaui pragmatisme politik yang merasuki dunia politik kita, dua hal yang perlu dipikirkan bersama, yakni; Pertama, memperkuat pendidikan politik.

Pendidikan politik merupakan sarana yang penting dalam upaya melampaui pragmatisme politik. 

Urgensi pendidikan politik bukan hanya untuk mentransfer nilai-nilai politik luhur nasional kepada generasi baru bangsa ini melainkan lebih daripada itu yakni untuk membangun kesadaran kolektif mengenai esensi politik.

Ini harus jelas bagi segenap anak bangsa bahwa politik bukan sebuah ladang basah yang siap digarap untuk meraih kepentingan dan mafaat praktis semata. 

Sebaliknya, politik merupakan sebuah seni untuk menata kehidupan sosial menjadi lebih adil, makmur, sejahtera dan demokratis.

Tujuan berpolitik bukan untuk merealisasikan cita-cita pribadi dan kelompok melainkan untuk merealisasikan cita-cita bersama sebagaimana yang tertuang dalam konstitusi UUD 1945.

Ini jugalah yang mesti disadari oleh segenap partai politik. Bahwa sebagai pilar demokrasi dan yang memiliki fungsi khusus untuk menjalankan pendidikan politik, mereka harus memberikan pendidikan politik yang benar kepada masyarakat, khususnya kepada kader-kader baru yang mulai terlibat dan berpartisipasi dalam politik praktis.

Pendidikan politik yang benar niscaya menghasilkan atau memproduksi figur-figur yang jujur, bersih, dan berintegritas.

Kedua, membenah atau memperbaiki kembali sistem yang ada. Sistem yang kita miliki saat ini sudah bobrok karena itu ia mesti direformasi dan dibaharui kembali.

Adalah sia-sia menjalankan pendidikan politik tanpa membenah atau memperbaiki system yang ada. Ini semacam analogi katak yang dimasukkan ke dalam panci berisi air.

Seekor katak dimasukkan kedalam panci yang berisi air dingin. Ketika ia berada di dalam air itu, seperti biasa, ia menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu air itu. Lalu air di dalam panic itu dimasak. 

Airnya pun pelan-pelan menjadi panas, lalu katak itu, sekali lagi menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu air tersebut. 

Namun saat air itu mencapai titik didih, ia pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved