Opini
Opini: Pilkada NTT dan Aforisme Calon Kepala Daerah
Nusa Tolak Tambang sehingga menjadi Nusa Tanpa Tambang, akan menjaga marwah lingkungan hidup yang ekologis demi masa depan NTT yang subur permai.
Secara sepintas aforisme dapat ditemukan dari bahasa Yunani aphorismos, dari apo dan horizein artinya suatu ungkapan mengenai doktrin atau prinsip atau suatu kebenaran yang sudah diterima umum.
Aforisme harus berupa suatu pernyataan ringkas, tajam, dan mudah diingat. Untuk sedikit merujuk pada tag line hemat saya dapat menyebut tiga paslon gubernur dan wakil gubernur NTT.
Dengan demikian jika merujuk pada nama paslon gubernur dan wakil gubernur maka akan ditemukan tag line MELKY-JONI, SIAGA, ANSY-JANE.
Dari ketiga tag line ini, tersirat makna filosofis, pedagogis, dan praksis politik dari ketiga paslon yang akan bertarung pada tingkat provinsi nanti juga 84 paslon lainnya.
Kembali ke pengertian aforisme di atas penulis temukan beberapa tantangan dalam praksis politik dari 87 paslon kepala daerah pada pilkada serentak tanggal 27 November mendatang dengan pertanyaan kecil di atas, quo vadis NTT?
Pertama, NTT adalah provinsi kepulauan terbesar kedua sesudah Maluku. Karena itu, para paslon diingatkan untuk tidak selalu tinggal diam di dalam kantor sesudah terpilih.
Sebab tidak semua masyarakat dapat mengunjungi perkantoran-perkantoran baik gubernur maupun bupati/wali kota. Para paslon diharapkan agar tidak abai terhadap semua janji manis, sebab jika tidak, NTT akan tetap nasib tidak tentu.
Kedua, NTT memiliki segudang sumber daya alam yang menarik para elit politik dan kaum berduit. Tambang dan panas bumi saat ini tengah menjadi masalah. Ulumbu dan Sanonggoang di Manggarai digadang-gadang akan dapat menghasilkan berlaksa-laksa daya arus listrik.
Jika berhasil mendirikan perusahaan listrik negara (PLN) maka NTT tidak akan tinggal dalam kegelapan. Tetapi apakah dengan mendirikan PLN, masyarakat adat menjadi aman?
Selain itu, masalah air bersih masih menjadi persoalan besar sehingga terjadi gagal panen di mana-mana. Tentu masalah air termasuk dalam sumber daya alam yang harus diperjuangkan.
Jika tidak wilayah-wilayah yang kekurangan air akan berdampak besar pada plesetan NTT negeri tetap terkering padahal tidak semua tempat.
Ketiga, NTT dinobatkan sebagai negeri pariwisata dengan penetapan Labuan Bajo sebagai daerah wisata super premium. Apa yang dirasakan rakyat akar rumput mengenai Labuan Bajo?
Mungkin saja, rakyat miskin di Tunbaun, Kabupaten Kupan misalnya hanya mendengar nama, tapi tidak pernah merasakan dampak bagi kehidupan.
Apalagi dengan jarak transportasi udara dan laut yang cukup jauh. Padahal masih se-provinsi. Untuk para paslon, apa visi-misi mengenai pariwisata? Apakah hanya menjadi budaya tanding dengan Bali
yang sudah terlebih dahulu dilabeli negeri pariwisata?
Keempat, NTT sebagai provinsi sebagai pemasok terbanyak human trafficking. Banyak korban TKI ilegal yang kembali tidak bernyawa.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.