Opini

Opini: Pilkada NTT dan Aforisme Calon Kepala Daerah

Nusa Tolak Tambang sehingga menjadi Nusa Tanpa Tambang, akan menjaga marwah lingkungan hidup yang ekologis demi masa depan NTT yang subur permai. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Tomi Runesi 

Oleh: Tomi Runesi
Tinggal di Soverdi Ruteng, Flores

POS-KUPANG.COM - Perhelatan politik Indonesia tidak berhenti setelah pemilihan umum serentak tingkat nasional. Saat ini, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sedang mempersiapkan diri menggelar pesta demokrasi dengan pemilihan umum kepala daerah (pilkada) serentak se-Provinsi NTT.

Terhitung sebanyak 87 pasangan calon (paslon) kepala daerah dari 21 kabupaten plus wali kota Kupang dan pemilihan gubernur (pilgub) NTT (detik.com 25/9/2024). Secara kuantitas, dan kualitas, 87 paslon ini memiliki keunggulan masing-masing. 

Tidak dapat diragukan lagi bahwa pilkada serentak ini dalam satu bingkai visi-misi yakni memajukan NTT yang sejahtera. Masing-masing paslon tentu sudah memiliki visi-misi sendiri. 

Pertanyaan yang muncul adalah quo vadis NTT di tengah gempuran masalah yang masih melilitnya?

Aforisme Pasangan Calon

Sebuah tanya kecil: mau kemana atau quo vadis NTT? Mungkin pertanyaan ini sudah sering diucapkan. 

Tersirat di dalam pertanyaan ini aneka interpretasi, bermacam-macam gagasan epistemologis yang dihasilkan agar masuk akal, apalagi bila dikaitkan dengan situasi NTT kini dan persiapan menjelang pilkada serentak. 

Pertanyaan ini pasti sudah selesai dijawab oleh para pakar pedagogis, tapi masih menjadi PR besar dalam praksis berpolitik. 

Tentu interpretasi quo vadis NTT dalam tulisan ini tidak bermaksud menyinggung paslon tertentu melainkan satu afirmasi untuk 87 paslon dari tingkat kabupaten/kota hingga provinsi yang akan bertarung pada pilkada serentak yang akan datang. 

Pertanyaan ini tidak pernah selesai dijawab oleh para pemimpin yang pernah terpilih. 

NTT selalu diplesetkan secara minus-malum sosial sebagai Nanti Tuhan Tolong karena Nangis Terus-Terus sebab Nasib Tidak Tentu agar tidak menjadi Nestapa Tiap Tahun. 

Boleh jadi NTT setelah sekian periode dapat diplesetkan menjadi Nusa Tipu-Tipu. Sebab pemimpin datang silih berganti, periode berganti periode tetapi NTT nasibnya tinggal tetap. 

Apa saja nasib yang belum sepenuhnya diatasi? Sebut saja  busung lapar, stunting, KDRT, human trafficking, nasib TKI yang kembali setelah menjadi mayat, masalah tambang, panas bumi (Ulumbu dan Sanonggoang di Manggarai), dan masih banyak masalah yang tidak pernah selesai diatasi
dari pemimpin ke pemimpin lain.

Dengan banyaknya plesetan-plesetan untuk NTT, tentu para calon (87 paslon) sudah memiliki tag line mengenai nama masing-masing paslon. Dari tag line-tag line para paslon itu setidaknya tergambar makna filosofis dan visi-misinya (aforisme) masing-masing. 

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved