Opini
Opini: Standar Sosial Media, Sebuah Cermin yang Pengaruhi Preferensi Perilaku Remaja
Penggunaan sosial media didominasi oleh usia 18-34 tahun dengan persentase 54,1 persen dari total 191 juta pengguna.
Tekanan untuk tampil sempurna di sosial media dapat menyebabkan mereka menciptakan persona online yang berbeda dari kepribadian mereka yang sebenarnya.
Perlahan situasi demikian tanpa disadari akan menyebabkan kebingungan identitas, kepalsuan, dan ketidakpastian tentang siapa diri mereka sebenarnya.
Bagaimana Konten Sosial Media Memengaruhi Preferensi Perilaku Remaja Merujuk pada teori sosiologi konstruksi sosial Peter L. Berger fenomena “standar sosial media” merupakan sesuatu yang muncul karena realitas tersebut disambut baik oleh banyak remaja sehingga terjadi proses konstruksi realitas secara akumulatif kolektif dengan penyebaran yang relatif cepat.
Teori konstruksi sosial menjelaskan bahwa realitas sosial merupakan bangunan yang diciptakan oleh individu atau kelompok secara bertahap dan diterima sebagai fakta yang relatif kuat.
Konten yang diproduksi oleh influencer merupakan objek netral ketika dilepas di ruang publik --meskipun dibuat dengan sejumlah pertimbangan dan maksud tertentu--, kemudian berubah menjadi bermuatan subyektif karena diinterpretasikan sebagai sesuatu yang related dengan kehidupan remaja sehari-hari.
Individu sebagai penerima adalah penentu utama dalam proses konstruksi. Remaja dalam hal ini mempunyai kehendak bebas dalam menafsirkan segala tayangan yang berseliweran di sosial media mereka.
Konten-konten di sosial media dalam konteks konstruksi sosial hanyalah objek yang dapat mengubah apa pun dan siap pun atas kehendak si penerima.
Fase remaja justru memiliki kecendrungan untuk melihat konten-konten di sosial media sebagai resep ampuh dan referensi wajib yang memberi banyak soslusi.
Kombinasi dari karakterisitik remaja dan propaganda sosial media yang gencar berhasil memengaruhi preferensi perilaku remaja.
Masa remaja merupakan periode transisi penting dalam kehidupan
manusia. Pada masa ini, individu mengalami perubahan fisik, kognitif, dan sosial yang signifikan.
Perubahan-perubahan ini mendorong remaja untuk mencari jati diri, membangun sistem nilai, dan mengembangkan identitas mereka sendiri.
Proses ini melibatkan internalisasi nilai-nilai sosial budaya yang diwariskan oleh lingkungan mereka.
Internalisasi nilai-nilai sosial budaya merupakan proses penting dalam pembentukan perilaku dan identitas individu, termasuk cara remaja menerima dan mengolah asupan konten- konten di sosial media.
Membangun Kesadaran dan Keterampilan Sosial Media pada Remaja
Untuk mengatasi dampak negatif standar sosial media, penting membangun kesadaran dan keterampilan sosial media yang sehat di kalangan remaja.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.