Opini

Opini: Via Opus Justitiae Pax, Catatan Panca Windu Seminari Oepoi Kupang

Pada tahun 2024 ini, Seminari Oepoi Kupang merayakan panca windu usia kehadirannya di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.  

Editor: Dion DB Putra
DOK MARIO F LAWI
Penyerahan buku karya siswa seminari secara simbolis saat apel pagi di Seminari St Rafael, Oepoi Kupang, Selasa, 17 Juli 2024. Tahun 2024 ini seminari tersebut berusia 40 tahun atau panca windu. 

Suatu waktu di sore hari, Pater Yulius Bere SVD,  muncul tiba-tiba di rumah kami di Kuanino (belakang Toko Nusa Makmur), Kupang. Saya kaget namun muncul rasa penasaran, gerangan apa yang mau disampaikan Pater Yulius. 

"Saya disuruh bapa Uskup untuk menyampaikan daftar ini (sederet nama) yang bakal menjadi guru di Seminari Oepoi. Dan, pak Willem termasuk salah satunya", ungkap Pater Yulius dengan senyum khasnya. 

Saya pun ikut tersenyum kecil-kecil dan tanpa panjang lebar pembicaraan kami pun berlanjut. 

Kemudian saya menebak, rupanya relasi Bapa Uskup selagi di Kisol itu sebagai Rektor, Prefek, guru dan saya sebagai siswa tersambung lagi di Kupang. Kebetulan saya juga sudah menyelesaikan pendidikan sarjana Bahasa Inggris, FKIP Undana  dan menjabat sebagai  kepala sekolah SMPK St. Yoseph Naikoten Kupang.

Salah satu butir dasar keputusan Uskup Diosis Kupang, Mgr. Gregorius Monteiro SVD nomor 164/D 1.1/1984 tanggal 15 Agustus 1984 ialah kekurangan imam di wilayah Keuskupan Kupang. 

Membaca argumentasi ini, saya pikir gereja sudah dan selalu memikirkan masa depannya. Butir ini seperti memicu (trigger) target opus (pekerjaan, karya) yang disandang bapa uskup. 

Untuk itu sangat dibutuhkan sekali bibit-bibit calon imam yang dapat mengikuti jalur pendidikan khusus di seminari. 

Lampiran keputusan Bapa Uskup itu mencantumkan nama-nama: Pater Julius Bere SVD sebagai Preses/ Direktur Seminari, Pater Gabriel Atok SVD, wakil Preses/Direktur. 

Yang berstatus awam kami lima orang: Zakarias Paun, Michael Fernandez, Martinus Sasi, Urbanus Santus dan saya sendiri. 

Dari kalangan imam, Frater,  dan biarawati lain ada Pater Theo Tidja Ballela SVD, Pater Josef Sievers SVD, Romo Ande Duli Kabelen Pr, Suster Agnes PRR, Suster Marissa SSpS, Frater Yustinus Phoa, Pr. 

Selintas

Saya coba merekam kembali sekilas pengalaman mengajar di lembaga ini. Terbersit refleksi kecil saya. Sebagai guru Bahasa Inggris tentu punya harapan what to be achieved, pencapaian apa untuk murid/siswa. 

Apalagi penunjukan ini tak lepas dari proses pendirian seminari di bawah kepemimpinan Uskup Kupang, Mgr. Gregorius Monteiro SVD.  Saya  merasa seperti berutang-budi kepada Bapa Uskup Monteiro. 

Asumsi pertama, saya mengajar siswa yang bakal menjadi imam. Ini tentu berbeda dengan sekolah umum lainnya. Prospek masa depan para siswa belum terfokus. 

Kedua, gaya atau karakter mengajar Bahasa Inggris diusahakan menarik dan menyenangkan. Siswa seminari diharapkan tampil keren, beda (difference).

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved