Opini
Opini: In Memoriam Ferdy Levi
Iman Ferdy Levi terlukis dalam lirik-lirik lagunya. Dalam lagu-lagunya, dia tidak menyapa Tuhan dengan kata "Engkau" tetapi "Dikau".
Mereka berasal dari beberapa paroki di kota Ende dan sekitarnya. Untuk latihan, setiap malam Pak Ferdy Levi dan sering juga didampingi istri, ibu Dora dari paroki ke paroki sesuai jadwal. Beberapa hari menjelang tahbisan, paduan suara berlatih bersama di lapangan Syuradikara.
Mungkin tidak berlebihan, sesudah PS Seraphim, terbentuklah beberapa koor gerejani di Ende. Khusus di Paroki Onekore, semua koor lingkungan yang tampil di gereja pada hari Minggu atau pada hari raya, biasanya melewati "finishing touch" dari Pak Ferdy Levi.
Hasilnya, semua koor lingkungan tampil luar biasa di gereja. Masih banyak paduan suara di beberapa paroki yang mendatangkan Pak Levi untuk memberi latihan atau masukan sebelum tampil di gereja.
Selain PS Seraphim, ayah dari empat anak ini membentuk vocal group yang bernama Golgotha Voice. Mereka pernah tampil mengisi acara di Ruteng ketika Uskup Edu Sangsun SVD ditahbiskan tahun 1984.
Dalam perjalanan itu bus malam Agogo yang mereka tumpangi kecelakaan beberapa ratus meter sebelum memasuki Borong. Semua penumpang selamat tapi alami cedera. Akibatnya ketika tampil di Ruteng, ada yang jalan agak pincang dan ada pula yang dahi atau pipi dibalut plester luka.
Hanya suara mereka yang tidak cedera. Mereka tetap menyanyi sangat menyakinkan.
Akhir kata, Pak Ferdy Levi, bukan hanya dikenal sebagai guru di SMA Syuradikara atau dosen di Uniflor. Pak Ferdy Levi adalah aset gereja, aset orang Katolik di keuskupan Agung Ende bahkan di seluruh Indonesia.
Lagu-lagunya dinyanyikan di banyak wilayah gerejani oleh ratusan paduan suara. Tak terhitung orang mengenal namanya walaupun tidak pernah melihat rupanya karena lagu-lagunya yang sangat khas dan lirik lagu yang mewakili cara mengungkapkan iman kepada sang Pencipta.
Pada hari Selasa 30 Juli 2024 mantan frater Projo ini mengakiri ziarah hidupnya pada usia 76 tahun setelah sakit dan hanya berbaring di tempat tidur sekitar empat tahun terakhir.
Berita kematiannya cepat sekali beredar ke seluruh pelosok. Selain alumni SMA Syuradikara juga mereka yang mengenal Pak Levy lewat lagu-lagunya di mana saja mengharapkan agar penghormatan terakhir untuk Pak Ferdy Levi dibuat sebaik mungkin.
Keluarga besar SMAK Syuradikara dan Ikatan Alumni Syuradikara Ende berusaha memenuhi harapan alumni Syuradikara dan umat Katolik dimana saja. Ketika alumnus IKIP Sanata Dharma ini meninggal kita disadarkan bahwa ia adalah milik banyak orang Katolik di Indonesia bukan cuma milik kita.
Dia luar biasa. Gajah mati meninggalkan gading. Pak Ferdy Levi meninggal, meninggalkan lagu-lagu gerejani yang tak akan pernah lekang oleh waktu. Selamat jalan sang guru iman dan kehidupan. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.