Opini
Opini: In Memoriam Ferdy Levi
Iman Ferdy Levi terlukis dalam lirik-lirik lagunya. Dalam lagu-lagunya, dia tidak menyapa Tuhan dengan kata "Engkau" tetapi "Dikau".
Sejak 1989 sampai tahun 2002, saya berada di luar SMA Syuradikara. Pada tahun 2003, saya kembali ke SMAK Syuradikara. Mula-mula saya hanya mengajar jurnalistik dan melatih siswa menulis mudah dengan ragam jurnalistik.
Saya juga diminta mengajar bahasa Inggris. Meskipun saya memiliki sertifikat advanced dalam bahasa Inggris dari sebuah International English Course di London, tetapi banyak metode mengajar saya belajar dari Pak Ferdy.
Ini terutama ketika bersama-sama memberi bimbingan test bagi siswa-siswi kelas tiga menjelang UAN. Pak Levy memberi English structure sedangkan saya diminta Pak Levy untuk mendampingi siswa dalam soal reading dan listening.
Kerja sama baik ini membawa hasil. Persis tahun terakhir Pak Levy di Syuradikara, dua siswi mendapat nilai 100 bahasa Inggris dalam ujian akhir nasional. Pak Levy anggap ini hadiah terindah sebelum pensiun.
Saya juga masih menyaksikan kehebatan Pak Ferdy Levi memberi latihan drumband dan marching band. Setiap perayaan hari proklamasi, masyarakat Ende menunggu barisan drumband Syuradikara. Penampilan yang selalu luar biasa.
Alumni Syuradikara pasti masih ingat "dislingkes" yang dibawahi Pak Ferdy Levi. Disiplin, lingkungan dan kesehatan. Ini adalah markas pembentukan mental dan disiplin siswa.
Syuradikara dijuluki sekolah berdisiplin tinggi adalah hasil perjuangan dislingkes. Mentalitas tepat waktu ditempa di dislingkes.
Satu hal lain adalah doa. Pak Ferdy Levi adalah pendoa yang penuh iman. Devosinya khusus kepada Santo Yosef Freinademetz, misionaris pertama SVD ke Tiongkok. Banyak masalah dan kegiatan yang dimulai dengan doa lewat perantaraan santo ini.
Iman Ferdy Levi terlukis dalam lirik-lirik lagunya. Dalam lagu-lagunya, dia tidak menyapa Tuhan dengan kata "Engkau" tetapi "Dikau".
Kalau ada lagu menggunakan kata "Dikau", itu pasti lagunya Ferdy Levi. Tradisi membaca Kitab suci setiap pagi, doa Angelus pada pukul 12 siang, harus diakui dimulai oleh Pak Ferdy Levi.
Siapa Ferdy Levi? Seorang yang komplit. Kita tahu, untuk terjadinya sebuah paduan suara, harus ada lima unsur. Pertama harus ada lagu. Tanpa lagu, paduan suara tidak berfungsi.
Ferdy Levi menyiapkan lagu dalam Exultate. Unsur kedua adalah komponis. Tanpa komponis, tidak ada lagu. Pak Levy itu adalah komponis lagu-lagu ibadat Katolik. Sangat banyak lagu hasil karyanya yang sudah beredar.
Unsur ketiga ialah organis. Pak Levy juga adalah seorang organis yang luar biasa. Unsur keempat penyanyi atau paduan suara. Pak Levy pun memiliki suara tenor yang luar biasa. Dan kelima ialah dirigen. Tidak ada yang meragukan bahwa Pak Ferdy Levi adalah dirigen yang bisa menggerakkan paduan suara.
Ada dua peristiwa besar yang patut dicatat. Ketika Tahun Maria di Maumere tahun 1988, Pak Ferdy Levi menggetarkan stadion Samador dengan lagu HYMNE MARIA diiringi van Fare Ende, terompet, clarinet dan Saxophone. Sangat luar biasa. Lagu ini menjadi hit dalam ekaristi Tahun Maria.
Peristiwa kedua adalah tahbisan Uskup Longginus da Cunha pada 16 Juli 1996 di lapangan bola SMA Syuradikara. Pak Ferdy Levi mampu memimpin paduan suara yang berjumlah tak kurang dari 1.060 orang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.