Liputan Khusus
Lipsus - Tuntutan Biaya Pendidikan Anak, Warga Sumba Timur Gadaikan Ratusan Tenun Ikat
Bahkan desakan ekonomi dan kebutuhan pendidikan memaksa pengrajin untuk memggadaikan kain tenun ikat atau pahikung di Pegadaian.
POS-KUPANG.COM, WAINGAPU - Sejak dulu, Kabupaten Sumba Timur terkenal akan tradisi tenun ikat. Tenun ikan menyimpan nilai luhur dan dapat menjadi penentu status sosial seseorang.
Hingga saat ini, tenun ikat maupun Pahikung menjadi barang yang bernilai ekonomi dengan harga jual tinggi. Terlebih jenis tenun ikat yang dibuat menggunakan benang asli, nilainya berkisar puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Akan tetapi, menggantungkan hidup dari tenun ikat bukanlah pilihan yang tepat, pasalnya tenaga untuk membuat selembar tenun ikat tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh.
Baca juga: Lipsus - Siswa SMA di NTT Mulai Pulang Petang
Bahkan desakan ekonomi dan kebutuhan pendidikan memaksa pengrajin untuk memggadaikan kain tenun ikat atau pahikung di Pegadaian.
Disaksi Pos Kupang, Kamis (1/8) di Kantor Pegadaian Cabang Prailiu, terlihat belasan lembar kain tenun ikat dan pahikung terlipat rapi di depan pos security. Tenun ikat dan pahikung tersebut berasal dari masyarakat pengrajin tenun ikat yang menggadaikannya demi menjawab kebutuhan mendesak.
Juliana Koroh, warga Kelurahan Kambaniru, mengaku sudah biasa menggadaikan beberapa lembar kain tenun miliknya ke Kantor Pegadaian terdekat.
"Saya sudah berulangkali gadai kain tenun ikat di Kantor Pegadaian dan biasanya harga per lembar itu bisa Rp 400.000, ada juga Rp 500.000. Jadi kalau ada dua sampai tiga kain. Kami bisa dapat lebih banyak uang hasil gadai," ungkap Juliana.
Terkait uang gadai tenun ikat, Juliana menjelaskan bahwa digunakan untuk membayar biaya pendidikan anak atau digunakan saat kebutuhan mendesak. Terlebih jika ada keluarga yang mengalami dukacita, dan kejadian tak terduga lainnnya.
"Paling berat saat musim masuk sekolah, atau tahun ajaran baru. Banyak biaya yang harus dikeluarkan, maka pilihan terakhir harus gadai tenun ikat. Nanti kami tebus kembali apabila sudah punya uang lebih," ujarnya.
Terima 400 Lembar
Penafsir pada Kantor Pegadaian Prailiu, Hans Berry kepada Pos Kupang menjelaskan, Kantor Cabang Prailiu punya tiga Kantor Cabang Pembantu di Matawai, Kawangu, dan Malolo. Semua kantor cabang pembantu tersebut menerima gadai tenun ikat dan Pahikung.
"Khusus di wilayah Sumba, Kantor Pegadaian menerima tenun ikat dan pahikung sebagai salah satu komoditas selain emas, barang elektronik, surat kendaraan, atau benda berharga lainnya. Sebab, mayoritas mata pencaharian masyarakat sebagai pengrajin tenun ikat, dan sudah dilakukan sejak tahun 2005 hingga sekarang" ungkap Hans.
Sehubungan dengan jumlah kain tenun ikat dan pahikung yang diterima Kantor Pegadaian Cabang Prailiu dalam sebulan khusus tahun ajaran baru bisa mencapai 400 lembar. Sedangkan bulan-bulan lainnya normalnya berkisar 50- 100 lembar.
Terkait harga gadai tenun ikat yang bisa diberikan Kantor Pegadaian sambung Hans, cukup bervariasi tergantung hasil survei harga pasaran yang bisa diterima oleh pihak penggadai.
"Harga gadai tenun ikat yang diberikan oleh Pegadaian sesuai hasil survei dari sejumlah galeri tenun ikat setempat. Pegadaian juga akan memberikan harga gadai yang pantas, sesuai ketentuan berlaku," tambah Hans.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.