Opini
Opini: Dari Freire ke Pendidikan Vokasi
Pola semacam itu merupakan salah satu kekhasanyang bisa kita temukan ketika membaca tulisan-tulisan Adrianus yang terbit di koran sejak 2009.
Lewat penindasan tersebut, kaum penindas ikut mengalami dehumanisasi karena menyebabkan dehumanisasi terhadap kaum tertindas. Untuk memperjuangkan kebebasan, kaum tertindas harus mulai memiliki kesadaran.
“Perjuangan dimulai dengan lahirnya kesadaran manusia bahwa mereka ditindas,” tulis Freire. Cara efektif melahirkan kesadaran adalah melalui pendidikan kemanusiaan yang dialogis. Bagaimana caranya?
Pada bagian kedua bukunya, bergerak dari dikotomi antara penindas dan tertindas, Freire menampilkan dikotomi lain, yakni sistem pendidikan gaya bank (banking education) dan sistem pendidikan hadap-masalah (problem posing education). Freire menunjukkan poin-poin pendidikan bergaya bank:
1. Guru mengajar dan murid diajar;
2. Guru mengetahui segalanya dan murid tidak mengetahui apa-apa;
3. Guru berpikir dan murid dipikirkan;
4. Guru berbicara dan murid patuh mendengarkan;
5. Guru disiplin dan murid didisiplinkan;
6. Guru memilih dan memaksa pilihannya, dan murid menerima;
7. Guru berbuat dan murid membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya;
8. Guru memilih isi pelajaran, dan murid (tanpa diminta pendapatnya) menerima pelajaran itu;
9. Guru mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dengan kewenangan jabatannya, yang dia lakukan untuk menghalangi kebebasan murid;
10. Guru adalah subjek proses belajar, sementara murid hanya sekadar objek. Poin terakhir adalah inti dari pendidikan bergaya bank.
Freire memandang pendidikan semacam itu, yang melihat siswa sebagai tabula rasa untuk diisi, sebagai manifestasi dari nekrofilia.
Pendidikan seperti itu menjadikan siswa pasif, menjauhkannya dari realitas di sekitarnya, dan membunuh kreativitasnya.
| Opini: IKK NTT Terendah Ketiga, Harapan atau Tantangan di Tengah Pemangkasan TKD? |
|
|---|
| Opini: Jalan Terjal Menuju Generasi Emas NTT |
|
|---|
| Opini: Kearifan Lokal Menuju Demokrasi Berkeadaban |
|
|---|
| Opini: Menjaga Demokrasi Kampus dari Politik Zero-Sum Game |
|
|---|
| Opini: Saat Komunikasi Publik Menjadi Kunci Layanan Kesehatan Daerah |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Mario-F-Lawi-penyair.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.