Opini

Opini: Dari Freire ke Pendidikan Vokasi

Pola semacam itu merupakan salah satu kekhasanyang bisa kita temukan ketika membaca tulisan-tulisan Adrianus yang terbit di koran sejak 2009.

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Mario F Lawi. 

Oleh: Mario F Lawi
Editor Membongkar dari Dalam dan Docendo Discere

POS-KUPANG.COM - Rubrik “Opini” Pos Kupang edisi Selasa, 21 Mei 2024 menerbitkan artikel Adrianus Ngongo berjudul “Kompetensi Abad ke-21 dan Kerja Kolaborasi”.

Dalam tulisan tersebut, Adrianus memperkenalkan empat kompetensi yang mesti dimiliki pada abad ke-21, masalah-masalah dalam mengimplementasikannya, serta pihak-pihak yang menurutnya berkontribusi dalam penerapannya.

Pola semacam itu merupakan salah satu kekhasanyang bisa kita temukan ketika membaca tulisan-tulisan Adrianus yang terbit di koran sejak 2009.

Sebagian besar artikel tersiar tersebut telah dibukukan dalam dua judul. Buku pertama adalah Docendo Discere (2021), yang memuat artikel-artikel pendidikannya dalam rentang tahun 2009—2021.

Buku kedua, Membongkar dari Dalam, yang baru saja terbit bulan ini, memuat artikelnya dalam rentang tahun 2021—2024. Kedua buku tersebut diterbitkan oleh Penerbit Dusun Flobamora.

Sebagai buku-buku bertema pendidikan, Docendo Discere dan Membongkar dari Dalam juga mengingatkan kita pada buku Sekolah Itu Candu, karya terkenal Roem Topatimasang (terbit pertama kali pada 1998).

Dalam cetakan terakhir terbitan Insist Press (2020), Sekolah Itu Candu telah mendapat tambahan empat esai, sehingga memiliki total 16 esai selain prolog dan epilog.

Ke-16 esai dalam buku tersebut adalah esai-esai yang menggugat dan menggugah kesadaran dan kemapanan berpikir kita selama ini tentang sistem pendidikan yang berlangsung di Indonesia.

Roem membuka bukunya dengan esai yang menunjukkan sejarah singkat lembaga pendidikan, dengan menelusuri etimologi kata “sekolah” dan praktiknya sejak zaman Yunani Kuno hingga abad ke-18 di Eropa, dan kilasan tradisi yang berkembang di Indonesia.

Dari esai tersebut, ia kemudian bergerak ke esai-esai yang menunjukkan permasalahan-permasalahan di bidang pendidikan yang melanda Indonesia, dan dampak ikutannya.

Esai paling penting dalam buku yang mengikat keseluruhan tulisan adalah esai berjudul “Involusi Sekolah”, yang secara jitu mempertanyakan dan menunjukkan kelemahan-kelemahan birokratisasi dan sloganisasi pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah, serta masih relevan hingga saat ini, meskipun esai tersebut ditulis
pada 10 Januari 1984 atau 40 tahun lalu.

Membaca esai tersebut pada hari ini menyadarkan kita bahwa gerak pendidikan kita belum beranjak ke mana-mana, dan usaha-usaha mengelabui mandeknya kemajuan dengan mengutak-atik angka-angka kuantitatif telah menjadi penyakit birokrasi yang berulang.

Esai-esai Roem dalam buku tersebut memang bersandar pada gagasan-gagasan sejumlah filsuf pendidikan yang populer di Indonesia, misalnya Paulo Freire.

Karya monumental Paulo Freire, Pedagogy of the Oppressed (Pendidikan Kaum Tertindas) dibuka dengan pembedaan antara kaum penindas dengan kaum tertindas. Kaum tertindas mengalami dehumanisasi karena ditindas.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved