Breaking News

Opini

Opini: Menyembuhkan Virus Sarkasme Politik NTT Menjelang Pilkada

Pemilihan kepala daerah serentak pun telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) bahwa akan berlangsung pada tanggal 27 November 2024.

|
Editor: Dion DB Putra
PROKAL
Ilustrasi Pilkada 2024. Kursi kepala daerah dan wakil kepala daerah menjadi rebutan. 

Sarkasme politik merupakan bentuk penghinaan dan penodaan terhadap politik di mana orang menggunakan cara-cara jahat dan buruk untuk bisa memenangi pertarungan dalam demokrasi.

Banyak orang awam tidak membaca bahaya sarkasme ini malah memuji tindakan beberapa oknum yang membagi-bagi uang menjelang pencoblosan atau ‘serangan fajar’.

Jadi, sarkasme politik yang paling menonjol adalah politik uang dan politik sara.

Dari sini kita bisa mengerti bahwa politik yang semula suci kini menjadi borok dan lumbung dusta yang tidak dapat disembuhkan lagi oleh siapapunn karena siapa yang mempunyai uang ia bisa menjadi pemimpin tanpa melihat apakah ia berkompeten atau tidak. Mari selalu berhati-hati dengan virus sarkasme politik.

Pilgub NTT; Sajian SARA ‘Katolik vs Protestan

Salah satu bentuk sarkasme politik yang sangat nyata di NTT adalah persaingan “Katolik vs Protestan”.

Bedasarkan data statistik, provinsi NTT merupakan mayoritas penduduknya memeluk agama Kristen, baik Katolik maupun Protestan.

Akan tetapi berkaca dari Pemilukada- pemilukada yang lalu, warna adan aroma demokrasi dalam pemilihan kepala daerah selalu diboncengi oleh sentimen politik sara sehingga yang terjadi adalah kepala daerah yang terpilih bukan orang yang berkompeten tetapi karena memiliki satu agama atau satu gereja dengan si pemilih.

Dalam hal ini terjadi bentrok politik seolah-olah “Katolik vs Protestan”.

Melihat fenomena ini, maka virus sarkasme dalam bentuk “Katolik vs Protestan” harus dihindari sedini mungkin.

Oleh karena itu, sangat penting untuk membudayakan politik yang sehat menjelang pikada NTT karena berdasarkan pengalaman yang ada, standar untuk memilih seorang menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT adalah Katolik atau Protestan.

Ini adalah fakta di lapangan yang sudah mengakar dan perlu diubah. Oleh sebab itu sarkasme politik jenis ini harus dihindari karena kita memilih pempimpin politik untuk membangun NTT bukan memilih pemimpin gereja.

Mari kita lawan mafia politik suku, ras, agama dan kita utamakan politik yang sehat agar bisa menciptakan kehidupan NTT yang aman dan sentosa dan selalu mengutamakan toleransi sehingga NTT tetap terjaga sebagai Nusa Terindah Toleransi baik di tingkat nasional maupun di tingkat global. Ingat katong basodara, bae sonde bae NTT lebe bae. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved